Bira

155 16 16
                                    

Senja sore itu sangat indah. Murid SMA Eilder tiba tepat waktu, di sore hari. Bintang tak percaya bisa kembali ke tempat ini, Bira. Tak banyak perubahan, hanya semakin banyak pepohonan dan semakin bagus tentunya. Bintang melirik sekilas ke tepi pantai, tempat pertemuan pertamanya.

"Anak-anak, jadi ibu pesan 2 vila. Kalian boleh beristirahat dulu, kita akan mengeksplor tempat ini setelah salat magrib. Bagi yang tidak salat, kalian boleh memasak dulu jika teman kalian masih sementara salat" Ucap Bu Jamilah, pembina osis.

"Baik bu! Joko akan patuh sama calon!" Joko menggoda Bu Jamilah lagi.

"Baiklah Joko. Setelah pulang dari sini kita ke KUA!!"

"Lah Bu? Joko kan masih sekolah Bu."

"Setelah kamu lulus."

"Mampus lo Jok!" Bintang menyikut Joko, pria itu hanya bisa meneguk salivanya.

"Ta-tapi Bu" Ucap Joko khawatir.

"Ibu hanya bercanda! Kamu pikir cuma kamu yang bisa bercandain ibu, ibu juga bisa!!"

Semua murid tertawa, tapi tak lama. Mereka diam setelah menerima tatapan dari Bu Jamilah.

 Mereka diam setelah menerima tatapan dari Bu Jamilah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bu Jamilah~

Bintang masih menatap lekat senja yang pamit, tanpa sadar ia menangis. Dengan cepat Bintang menghapus air matanya agar tak ada yang melihat. Ia melirik ke balik batu besar, ia melihat seorang pria melambai ke arahnya. Bintang berjalan mendekat, Kak Rafel? Gumamnya lalu berlari.

"Kak Rafell!!" Bintang memeluk erat tubuh itu, Rafael. Orang yang ia sebut Rafel.

"Hai, kamu sudah lama tak ke sini? Hm." Rafael mengelus pelan puncak kepala gadis itu, Bintang semakin mempererat pelukannya.

"Bintang rindu kak Langit, rindu kak Rafel. Bintang juga rindu Kia sama Denan." Ucap Bintang ia tak berniat melepas pelukannya.

"Hmm Denan itu juga ada di SMA Eilder Bin. Mau ke tempat nongkrong yang dulu? Toko es krimnya sekarang makin besar loh Bin." Ajak Rafael, ia melepas pelukan Bintang. Mengajak gadis itu naik ke motornya.

Bintang menutup mata, menikmati angin sejuk.

"Kau makin cantik Bin. Atau mau kuajak menemui Langit dulu?" Tanya Rafael, di sela-sela perjalanan mereka.

"Ke toko es krim aja kak. Bintang belum bisa, biar Kak Zabir aja yang bawa Bintang." Ucap Bintang. Ia merentangkan tangan, sedikit berdiri lalu berteriak, "Huwaaa Bintang lelahhh!!!"

"Kau duduklah! Kau bisa jatuh Bintang." Suruh Rafael, memegang tangan gadis itu, agar duduk. Bintang menurut.

"Kak? Mana toko es krimnya?" Tanya Bintang yang melihat tempat tersebut sepi. Hanya ada sebuah gedung tua di sana.

(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang