13🍑

30 2 0
                                    

Dan esoknya lagi, lagi, dan lagi. Aku tetap ke tempat itu. Entah untuk menunggu laki-laki tanpa nama, atau sekedar berbincang dengan kawan baruku yang juga sedang menunggu seseorang.

Arona. Seperti namanya. Ia memiliki rona merah muda di pipinya. Ia sangat cantik dan berkepribadian manis. Sayangnya ia harus mengalami nasib buruk dan harus berada di atas kursi roda selama-lamanya.

Terkadang aku membawanya berjalan-jalan. Aku dengan sepedaku dan dia dengan kursi rodanya.

Aku sebenarnya ingin bertanya apa yang terjadi padanya hingga jadi seperti itu, namun aku tidak enak. Yahh setidaknya untuk kawan baru mu, jangan lah kau buat dia tidak nyaman. Iyakan..?

Akhirnya aku hanya memendam sendiri. Membiarkan waktu berjalan, hingga saat yang tepat, Arona pasti akan bercerita sendiri padaku.


Dan kini, itulah waktunya. Arona segera mulai membuka mulutnya ketika kami sedang berjalan santai.

"Anaya.."

"Iya.."

"Aku ingin bercerita sedikit padamu.."

"Oh.. iya.. silahkan.. aku akan mendengarkan dengan baik." Ucapku. Dia lanjut tersenyum.

"Ini ceritaku dimana aku bisa kehilangan kedua kakiku.."

Aku terdiam mendengarnya. Segera aku menghentikan permainan sepedaku dan diam menatapnya.

"Eh? Tidak usah berhenti. Berjalan saja seperti biasa.. kita santai.. sambil aku bercerita." Mendengar itu aku lalu menunduk malu dan segera menjalankan sepedaku dengan pelan. Menyelaraskan dengan kecepatan Arona melajukan kursi rodanya.

"Hari itu adalah hari Senin.. aku ingat sekali.. penerimaan siswa baru saat itu.. aku dan dia, yahh kau tau orang yang ku tunggu selama ini, bersiap untuk sekolah berdua karena saat itu, orang tua ku sedang ada dinas. Jadi mereka tak bisa menemaniku di hari pertamaku bersekolah. Jadi dia lah yang menemaniku bersekolah, atau lebih tepatnya, kami sama-sama saling menemani.. Saat itu.. aku sekolah SMP. Kau tau SMP yang berpagar hijau disana??"

Sekolah SMP berpagar hijau?? Emm.. yang mana yah?? Dan saat itu, aku hanya meng-iya-kan saja walau jujur, aku tak tau.. hehe.. maafkan aku Arona..

"I-iya.."

"Nahh.. di sana lah aku dan dia bersekolah. Dan takdir membuat kami satu kelas. Jadi sangat enak bila aku butuh apa-apa.."

"......"

"Okey.. kita lanjut.. aku dan dia lalu menaiki sepeda kami masing-masing. Dan saat itu, kita sempat mengadakan lomba kecil.. hihi.. siapa yang kalah akan mentraktir di kantin. Lalu karena dia tak ingin mentraktirku, atau lebih tepatnya dia ingin aku yang mentraktir, jadi dia sangat bersungguh-sungguh saat itu. Dan ternyata, dia menang. Dia sangat bangga dan kembali mengejekku bahwa aku harus mentraktir semua makanan yang ada di kantin untuknya.. ahh mengingat itu aku merasa lucu.. padahal dulu itu.. aku lah yang mengajarinya bersepeda.. hihi.."

Aku tersenyum mendengarnya. Begini kah rasanya bila punya teman dan dia kini bercerita padamu tentang hidupnya.. ahh rasanya kau sudah menjadi orang yang dipercaya olehnya. Dan aku bangga.

Ibu!! Aku sudah punya temannn!!

"Lalu.. apa yang terjadi??" Tanya ku antusias. Dan saat itu... mimik wajahnya mulai berubah sendu. Waduh.. apa yang terjadi.. apa aku salah bicara. Dan saat itu ia mulai menghentikan kursi rodanya. Terdiam beberapa saat dan menghela nafas. Aku yang terlewati beberapa meter segera berjalan mundur dengan sepedaku dan menyelaraskan dengan posisi Arona. Dan dia mulai membuka mulutnya kembali...

~🍑~

my peach bike [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang