"Saat aku ingin menyusulnya.. aku tak melihat tanda lalu lintas dan seenaknya menyeberang. Dan kejadian itu terjadi begitu cepat. Truk kuning melaju dari arah kanan dan menghempaskanku dan sepeda ku jauh dari sana. Dan... hal itu terjadi.."
"......"
"Truk itu melindas.. yahh kau tau.. kedua kakiku. Dan setelah itu aku masih sedikit sadar walau rasanya aku sepertinya sudah mau mati.. dia datang kepadaku dan segera mengangkatku menuju rumah sakit. Dia yang saat itu masih muda, rela terkena darahku dan menggendongku ke rumah sakit. Dia lah yang mengurusku kala aku di rumah sakit.. aku koma beberapa bulan.. dan dia, selalu ada di sampingku. Bercerita sendiri, mengajakku bermain sepeda lagi.. tanpa tau bahwa.... kaki ini sudah tidak bisa lagi.."
"...."
"Ada.."
Mendengar itu entah ada apa aku merasa ada beban 1000 ton di atas kepalaku. Aku merasa ingin menangis sejadi-jadinya. Ini begitu sedih.. aku mohon air mata jangan turun dulu... Aku malu bila harus menangis di depan orang lain..
"Ah.. ini sangat.. sedih.. maksudku.. kau boleh menghentikan ceritamu bila kau mau.." ucapku. Aku tak sanggup bila ia merasakan sedih kembali bila bernostalgia denganku. Tapi ternyata ia menggeleng.
"Tidak.. aku tidak sedih lagi.. itu kan sudah lama.. jadi... aku tak terlalu memikirkannya lagi.." ucap Arona.
"Oh.. baiklah.. lalu.. selanjutnya.."
"Beberapa bulan kemudian, aku tersadar.. dan yang pertama kali aku lihat adalah.. dia.. sedang tertidur di ranjangku sambil menggenggam tanganku.. aku juga tak mengerti kenapa dia bisa sepeduli itu padaku.. tapi dengan kedua kaki yang sudah tak ada lagi ini.., aku tetap bahagia.. karena apa? Karena dia selalu ada untukku. Selalu ada disampingku.."
"...."
"Namun beberapa bulan ini.. kita sudah jarang sekali bertemu.. dan aku jadi khawatir dan segera ingin mencarinya. Dan disinilah aku.. menunggu seseorang.. yang sangat berarti.. untukku.."
Ahh orang itu pasti sangat berarti untukmu Arona... semoga kau bisa cepat bertemu dengannya.. itu lah batinku kala itu. Lalu Arona melanjutkan desisannya.
"Aku rindu..."
"...?"
"Johny... "
Dan saat itu aku hanya membatu mendengar nama itu. Entah ada apa.. andai saja aku menyadari lebih cepat, mungkin aku tak perlu berharap jauh dan lagi-lagi datang ke tempat itu selayaknya chapter berikutnya..
~🍑~
KAMU SEDANG MEMBACA
my peach bike [End]
Short Story'Tentang dia yang membuatku rajin bersepeda setiap pagi..' Tiap chapter -500 word Don't forget vote and coment.. Author nunggu apresiasi dari kalian semua.. (First Up : 020920) (Last Up : 221020)