"Anayaa~~" ucap Arona semangat ketika kursi rodanya sudah mulai mendekat ke arahku yang hanya bisa terdiam ini.
Dengan cepat aku menyadarkan diri dan segera mengambil alih tubuhku.
"Emm.. hey.. Arona.." ucapku setengah mati. Karena sulit berbicara untukmu jika kau sedang menahan emosi yang bergejolak.
"Anaya.. kau tau..? ini Johny.. Johny yang aku ceritakan padamu.. dia lah laki-laki yang aku tunggu selama ini.."
"...." aku hanya terdiam mendengarnya antusias.
"Kau tau kenapa dia kini jarang sekali mengunjungiku?? Ternyata dia masuk turnamen balap sepeda.. wahh.. keren kan Anaya??"
Dan aku mengangguk seadanya.
"Emm.. selamat Johnathan.." tanpa sadar aku membuka mulutku.
"Iya sama-sama.." balas Jonathan. Menyadari itu, Arona segera berbicara,
"Kalian sudah saling kenal?? Kenapa tidak bilang dari tadi.." ucap Arona imut. Dan tangan Johnathan mengelus rambut Arona. Dibalas wajah cemberut dari Arona. Dan itu membuat hatiku...
Sakit..?
Dan aku tak dapat menahan segalanya. Mataku mulai buram. Aku harus segera pergi dari sini.
"Aku.. ada urusan.. aku.. harus pulang.. iya.. segera..." ucapku terbata-bata agar suara ku tak kentara bila sedang menangis. Aku menunduk dan berbalik membelakangi mereka. Berjalan cepat, namun..
"Anaya.. terima kasih karena sudah menemaniku selama ini.." ucap Arona di belakang sana.
"...." Aku terdiam sesaat mendengarkan. Namun tanpa berbalik mengarah kepadanya.
"Aku sangat sangat berterima kasih padamu karena kau sudah mau jadi temanku.. teman yang mendengarkan ceritaku, dan teman yang kudengar ceritanya.."
"...." aku terdiam. Semakin menitikkan air mata.
"Aku ingin memberitahumu bahwa.. hari ini adalah hari terakhirku disini.. karena aku dan Johny akan pergi ke Aussie besok.. jadi.. aku ingin berterima kasih sekali.. berkat mu.. aku jadi manusia yang lebih.. eh.. maksudku.. kau adalah perantara dari Tuhan, yang membuat ku menjadi manusia yang lebih baik.."
"...." aku semakin menahan nafas kala itu.
"Aku jadi tak terlalu sedih saat bersamamu.. kau adalah orang yang selalu memberiku pesan dan juga selalu membuatku merasa bahwa aku masih memiliki orang yang ku sayang disisiku.. jadi aku tak terlalu terpuruk lagi.."
"...."
"Jujur saja.. pertama kali kita bertemu, aku sedikit canggung.. namun kau yang membantuku dan tak meninggalkanku sendirian kala itu, adalah hal yang paling tak akan bisa ku lupakan.."
"...."
"Emm.. sepertinya aku terlalu banyak berbicara.. kalau begitu.. bicaraku sampai sini saja.. ahh.. ini yang terakhir.. aku berjanji.."
"..."
"Aku sangat berterima kasih padamu.. dan juga minta maaf padamu karena besok tak lagi bisa menemanimu bersepeda.. selain itu.. ahh.. berat mengucapkan ini..."
"...." entah ada apa bibirku bergetar saat itu. Air mata ku makin deras menuruni pipi.
"Selamat tinggal Anaya..."
Dan kalimat itu meruntuhkan rasa gengsi ku. Aku berbalik ke arahnya. Tak peduli dengan wajahku seberantakan apa. Aku segera menghambur memeluk Arona erat erat. Menangis di pelukannya dan ia pun juga ikut menangis.
"Aku juga.. hiks.. be-berterima kasih padamu..." ucapku getir.
Dan beberapa detik kemudian, aku ambruk di pelukannya dan tak sadar dalam waktu yang cukup lama.
~🍑~
KAMU SEDANG MEMBACA
my peach bike [End]
Short Story'Tentang dia yang membuatku rajin bersepeda setiap pagi..' Tiap chapter -500 word Don't forget vote and coment.. Author nunggu apresiasi dari kalian semua.. (First Up : 020920) (Last Up : 221020)