11🍑

29 2 0
                                    

"Emm.. kakak--" ucapku terpotong.

"Bicara santai saja.. tidak usah pakai kakak..." Katanya. Aku lalu mengangguk.

"Em.. oke.. kau.. baru pertama kali kesini yah?" Tanyaku. Dia mengangguk.

"Iya.. aku sedang mencari seseorang, tapi tiba-tiba roda dari kursi rodaku ini masuk ke lumpur.. untung ada kamu.." ucapnya teduh.

"Aku cuma perantara dari Tuhan.." ucapku merendahkan diri. Tak baik memuji diri karena semua hal yang terjadi di dunia ini, semuanya adalah kehendak Tuhan.

"Iya.. kamu benar.." ucapnya lalu kembali tersenyum.

"Memang kau sedang mencari siapa?" Tanyaku iseng. Dia lalu menatap ke depan dengan teduh dan mulai tersenyum.

"Seseorang.. yang sudah membuatku menunggu lama.." ucapnya getir. Kenapa sama denganku?

"Ah.. aku juga.. setiap hari aku kesini, hanya untuk memastikan apakah orang yang aku cari datang kembali.." ceritaku. Dia lalu membulatkan matanya.

"Benarkah?" Tanya nya. Aku mengangguk.

"Iya.. kemarin dia datang.. tapi hari ini.. dia tidak ada lagi.." sambungku. Dia lalu memegang pundakku.

"Aku harap, orang yang kita tunggu selama ini, akan datang kepada kita suatu saat nanti.." ucapnya tersenyum padaku. Aku ikut tersenyum dan mengangguk.

"Aamiin.." ucapku penuh harap. Ia pun juga begitu.

Lalu matanya tak sengaja melihat sepedaku yang ku parkir tak jauh dari tempat kami duduk.

"Kau suka main sepeda yah?" Tanya nya. Aku hanya menaikkan kedua alisku.

"Emm.. lumayan.. sebenarnya aku bersepeda juga ada alasannya." Ungkapku. Lalu dia mengangguk mengerti.

"Aku juga dulu.. sangat sangat sangat suka bersepeda.. sampai hal itu terjadi dan membuatku jadi seperti ini.."

Aku lalu menatapnya miris. Sayang sekali yah.. tapi inilah takdir dari Tuhan.

"Maafkan aku.." ucapku tanpa sadar. Karena secara tidak langsung, aku telah membuatnya ingat dengan masa lalunya, bukan?

"Ahh tidak. Kau tidak salah apa-apa kok.. lagipula itu juga sudah lama sekali. Jadi, aku juga sudah tidak terlalu sedih." Jelasnya. Mendengar itu aku lalu terdiam sejenak. Lalu menatap netra coklat itu dan tersenyum ke arahnya.

"Segala yang terjadi adalah kehendak Tuhan, dan semua ini, pasti ada hikmahnya.." ucapku menenangkan. Ia tersenyum lalu menatapku lama. Eum? Ada apa? Apa ada sesuatu yang menempel di wajahku???


Dan selang beberapa lama,

"Kau mau jadi temanku?" Tanya nya tiba-tiba. Tanpa sadar aku terseyum lebar dan mengangguk.

"Mau..!" Ucapku antusias. Tak lama gelak tawa kami bergemuruh. Apalagi saat Arona memberitahuku bahwa wajahku lucu sekali saat menjawabnya tadi. Hahaa..

Dan dengan ini aku harap, aku bisa melupakan sedikit tentangmu.. wahai laki-laki dengan senyuman seindah pelangi..

~🍑~

my peach bike [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang