Part 11- Frustasi

370 26 1
                                    

"Aargh! Kenapa akhirnya seperti ini? Kenapa hanya aku yang mengharapkannya?" teriak Rayyan frustasi. Untung saja dia di apartemen miliknya, jadi ia bisa bebas berteriak sekeras apapun.

"Ya Allah, apa benar penantianku selama ini sia-sia? Kenapa rasanya sakit mengetahui hanya aku yang berjuang sendiri disini?" Rayyan bersimpuh sembari memegang dadanya kuat. Seakan hatinya akan jatuh jika tak ia pegangi. Air mata yang tak pernah jatuh pun sekarang luruh begitu derasnya.

"bodoh!" ucap seseorang dari belakang. Rayyan tak perlu menengok untuk mengetahui siapa yang berbicara.

"ngapain abang kesini?" tanya Rayyan dengan nada dinginnya. Bukannya jawaban yang ia dapatkan, kekehan dari Zayn yang terdengar.

"kamu umur berapa Ray? Jangan bersikap seperti anak remaja yang sedang patah hati deh." Ucap Zayn pedas. Hal itupun membuat amarah Ray terpancing.

"abang kalau Cuma mau mengolok-olokku lebih baik abang pergi." Ucap Rayyan dengan nada penuh amarah.

"Kalem dong bro. Aku disini mau nolongin adik abang yang lemotnya kelewatan ini. Coba deh selesaikan masalah dengan kepala dingin. Jangan langsung mengambil kesimpulan seperti itu." Ucap Zayn pada adiknya. Rayyan pun mulai tenang.

"apa yang Shabira katakan padamu tempo hari sampai membuatmu kacau seperti ini?" tanya Zayn pada adiknya.

"apa urusan abang?" ucap Ray nyolot.

"biar abang lurusin permasalahnnya. Kamu tinggal jawab saja apa susahnya." Kini Zayn bicara tak kalah nyolot dari Ray.

Dan mengalirlah cerita dari mulut Rayyan perihal kejadian beberapa hari lalu saat dirumah Shabira. Ia menceritakan bagaimana dengan mudahnya Shabira mengatakan bahwa ajakan menikah waktu itu hanya untuk mendapatkan sebuah novel. Dan hanya sebuah lelucon saja. Betapa sakitnya hati Ray mendengar hal itu.

"dan kamu mempercayainya?" tanya Zayn sambil menahan tawanya. Rayyan mengangguk pasti.

"bodoh Ray." Ucap Zayn begitu saja.

"Ya memang aku bodoh mengganggap itu begitu serius. Menganggap masalalu itu akan terwujud di masa depan. Gitu kan maksud abang." Ucap Rayyan kesal. Zayn pun langsung memberi jitakan di kepala Rayyan.

"coba kamu pikir, apa mungkin seorang adik ingin menghancurkan acara bahagia kakaknya jika dia mengakui kalau dia juga mengharapkan hal yang sama denganmu? Apa kamu pikir Shabira sejahat itu?" ucap Zayn pada akhirnya. Rayyan pun terdiam. Otaknya baru berjalan untuk mencerna kata-kata kakaknya itu.

"dia mengatakan itu semua karena dia tak mau menghancurkan acara itu. Apa kamu pikir kamu bisa melanjutkan mengkhitbah Zhafira kemarin kalau Shabira mengatakan dia mengharapkanmu juga?" Rayyan menjawabnya dengan gelengan kepala. Ya, jika Shabira mengakui perasaan yang sebenarnya pastinya dia membatalkan acara khitbah itu dan dia akan mengkhitbah Shabira. Dan Shabira tidak mengharapkan itu.

"dan satu hal yang harus kamu tahu, yang sebenarnya terluka disini adalah Shabira. Dia rela mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan kakaknya. Jadi jangan melakukan hal bodoh seperti tadi. Yang harus kamu lakukan hanyalah meyakinkan kembali hatimu sebelum semua terlambat." Ucap Zayn membuat Rayyan mulai membuka pikirannya. Ya, dia tidak boleh menyia-nyiakan waktu lagi. Sebelum semua terlambat ia harus melakukan tindakan.

"terimakasih bang, terimakasih." Ucap Rayyan sembari memeluk abangnya. Zayn yang merasa tak nyamanpun segera menjauhkan tubuhnya dari Rayyan.

"sudah, aku pergi dulu. Jangan jadi lelaki cengeng Ray." Ejeknya sebelum meninggalkan Rayyan.

***

Setelah pulang mengajar Rayyan berencana untuk pulang ke rumah Uminya. Ia ingin meminta pendapat Uminya tentang apa yang akan dia lakukan. Ia ingin membatalkan acara pernikahannya degann Zhafira dan menikah degnan Shabira. Sebelum semua terlambat ia harus melakukan itu. Ia tak tega sebenarnya dengan Zhafira tapi bagaimana lagi, perasaan tidak pernah bisa dibohongi.

Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang