"Bi, Kamu tidak papa?" tanya Maura pada sahabatnya yang tampak sedih itu. setelah perdebatannya dengan Rayyan tadi, luka yang tadinya berusaha ia tutupi kini terbuka lagi. Ia sudah berhasil untuk membuatnya kering tetapi kenapa ia menambahkan garam yang membuat lukanya perih kembali. Tidak cukuplah lelaki itu menuruti permintaannya saja untuk meneruskan pernikahannya dengan Kakaknya. Bukannya selalu mempermasalahkannya terus. Ia sudah lelah dengan semuanya.
"aku ingin bilang tidak papa tapi rasanya begitu sakit Ra." Ucap Bira begitu pilu. Maura mendekap sahabatnya erat. Memberikan kehangatan untuknya.
"aku disini Bi, kamu bisa menangis sepuasmu." Ucap Maura pada Bira. Bira sudah berusaha baik-baik saja sejauh ini. Tapi kenapa ia harus bertemu dengannya lagi.
"terimakasih Ra, aku sudah merasa lebih baik sekarang." Ucap Bira sembari menghapus sisa-sisa air matanya.
"sebentar kamu tunggu disini dulu ya." Ucap Maura yang dijawab anggukan oleh Bira. Walaupun ia tak tau apa yang akan dilakukan sahabatnya itu.
Tak lama Maura pun datang membawa es krim kesukaan Shabira. Senyum Bira mengembang melihat Maura menyodorkan es krim padanya.
"Es Krim coklat untuk nona cantik ini." Ucap Maura sembari menyerahkan es krim itu dengan begitu dramatis.
"terimakasih Maura cantik." Ucap Bira tak kalah manis.
"habis ini kita jalan-jalan ya Bi, aku mau ke Dufan naik banyak wahana." Ajak Maura yang mau tak mau dijawab anggukan setuju oleh Bira.
"kita shalat Dzuhur dulu ya baru kesana"
"Siapp bos!" ucap Maura semangat.
Tak perlu mengucapkan kata-kata mutiara untuk menguatkan sahabatnya karena itu bukan keahlian Maura. Cukup dengan melakukan hal-hal kecil yang ia harap bisa membuat senyum itu kembali hadir di bibir sahabatnya. Rangkaian kata tak akan menyembuhkan luka bila tak datang dari hati yang tulus. Hanya kata penghias tanpa makna. Hanya kata yang terlontar untuk membuai hati pendengarnya. Tidak, itu bukan keahlian maura sama sekali. Ia ingin menjadi teman yang tulus. Teman yang menghapuskan segala lara milik sahabatnya dengan caranya sendiri.
***
"seru banget ya Bi." Ucap Maura sedikit berteriak karena mereka sedang berada di perjalanan pulang ke rumah.
"Iya Ra, tapi kamu kalap gitu sampai kesorean kita mainnya." Ucap Bira juga sedikit berteriak agar maura mendengarnya.
"Abisnya seru banget. Besok kita harus main lagi pokoknya." Ucap Maura membuat Bira memutar bola matanya jengah. Temannya itu benar-benar tak merasa kelelahan padahal dia sudah memainkan banyak wahana tetapi dia masih kurang.
"eh,,eh. Kenapa Bi?" tanya Maura panik ketika motornya semakin lama semakin melambat. Bira pun menggeleng pelan.
Merekapun turun dari motor dan mengecek apa yang terjadi dengan motor mereka dan ternyata masalahnya ada di ban motor mereka yang bocor. Shabira dan Maura saling tatap, tak tau apa yang hendak mereka lakukan.
"bagaimana ini Bi?" tanya Maura pada Bira yang dijawab endikkan bahu oleh gadis itu.
"bengkel disini jauh Ra, kalau mendorong pasti akan lama. Atau aku telpon Papa saja ya?" tanya Bira mencoba mencari jalan keluar.
"telpon Papamu saja Bi, aku tidak mau berjalan begitu jauh. Lelah aku Bi." Ucap Maura dengan wajah memelas. Tadi saja dia masih bersemangat ketika bermain wahana, giliran mendorong motor sudah lemas duluan.
"yasudah aku telpon Papa dulu." Ucap Bira lalu mencoba menghubungi sang Ayah untuk meminta bantuan. Tapi sayangnya telpon tidak diangkat oleh sang Papa. Ia yakin pasti Papanya sedang berada di perjalanan.
![](https://img.wattpad.com/cover/237679268-288-k70101.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - Completed
Romansakejadian yang tak disengaja di masa kecilnya membuat Shabira selalu mengimpikan bertemu imam impiannya. lelaki yang tak sengaja menabraknya sewaktu ia menginjak umur sembilan tahun di sebuah pesantren tempat kakaknya dulu bersekolah. lelaki itu memp...