"Permisi, kami ingin bertemu Mas Hanan apakah ada?" tanya sebuah suara mengejutkan Rayyan yang sedang membaca buku di depan rumah orangtuanya itu.
"Oh, ada di dalam, sedang mengobrol dengan Abi." Ucap Rayyan lalu mempersilahkan mereka masuk.
"Pa, Ma, kalau gitu Zhafira mau ketemu adik dulu ya." Ujar seorang perempuan yang baru Rayyan sadari keberadaannya karena ia masih dalam keterkejutannya. Ketika ia melihat perempuan itu sepertinya ia tak asing lagi.
Ia pun memperhatikan perempuan yang kini sudah mulai melangkah menjauh itu. Ya, tak salah lagi. Dialah perempuan yang ditemuinya kemarin di kampus. Tanpa pikir panjang Rayyan pun berlari mengejar perempuan itu.
"Hei tunggu." Ucap Rayyan yang membuat langkah perempuan itu terhenti. Perempuan itu kemudian menoleh kearah Rayyan dengan raut wajah bertanya.
"Kamu memanggil saya?" tanya Zhafira dengan wajah bingungnya.
"Iya, maaf kalau tidak soopan." Ucap Rayyan merasa bersalah.
"tak apa. Ada apa ya kak?" tanya perempuan itu membuat Rayyan berpikir sejenak.
Ya, memangnya dia mau apa? Ah dia tidak berpikir jernih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Ia jadi menyesal.
"oh, tidak apa. Tapi kita pernah bertemu. Kamu ingat?" tanya Rayyan mencoba membuka pembicaraan setelah berpikir keras.
"ah iya, kamu yang menolongku kemarin?" tanya Zhafira memastikan kemudian dijawab anggukan oleh Rayyan.
"Namaku Rayyan." Ucap Rayyan memperkenalkan diri
"Aku Zhafira." Balas Zhafira sembari menundukkan kepalanya.
" oh ya, kamu mau kemana?" tanya Rayyan basa-basi karena ia tadi sudah mendengar ketika Zhafira berpamitan dengan kedua orangtuanya itu.
"Aku ingin menemui adikku di asrama." Jawab Zhafira
"perlu aku temani, aku takut nanti kamu tersasar atau bingung." Tawar Rayyan pada Zhafira. Zhafira hanya tersenyum kemudian menggeleng.
"aku sudah hapal setiap sudut sekolah dan asrama ini karena sedari kecil akupun sering main kesini. Dulu sewaktu kecil aku sering bermain lari-lari di koridor ketika hendak menjenguk kakakku. Sampai aku sering terjatuh karena menabrak santri-santri disini." Ujar Zhafira sembari tersenyum ketika mengingat masa-masa itu. Sedangkan Rayyan sibuk dengan p ikirannya.
Cerita Zhafira sama persis dengan keadaannya dulu. dia benar-benar gadis kecilnya dulu. pertama adalah buku itu dan sekarang mengetahui fakta bahwa sejak kecil Zhafira selalu main kesini. Apakah dia benar-benar gadis itu?
"Kak? Kakak kenapa melamun?" tanya Zhafira pada Rayyan yang tampak melamun itu.
"Ah tidak papa, aku hanya teringat sesuatu." Ujar Rayyan mengelak.
"kalau begitu aku permisi dulu ya, Assalamualaikum." Ucap Zhafira yang dijawab salam juga oleh Rayyan..
***
"Nggak bosen tuh Ray nyiapin pakaian sendiri?" sindir Umi Hafsah pada putranya yang sedang berpakaian di depan kamarnya.
"alhamdulillah belum bosen kok mi." Jawab Rayyan sambil tersenyum kearah uminya. Ia sudah terbiasa mendengar sindiran itu.
"memangnya kamu belum mau menikah gitu Ray? Umi udah pengen punya temen buat masak nih." Ucap Umi Hafsah semakin terang-terangan.
"Umiku sayang, kalau mau minta mantu sama Bang Zayn aja dulu ya. Nanti abis itu Ray deh." Ujar Rayyan sembari memeluk pundak uminya.
"kamu tau sendiri Zayn jarang pulang ke rumah. Adanya kan Cuma kamu, jadi Umi ngerecokin kamu aja deh." Ujar Umi sembari tersensyum kearah putranya.
"Itu Cuma akal-akalan bang Zayn aja Mi. Dia gak mau pulang karena takut disuruh nikah sama Umi." Ujar Rayyan mengompori.
"kalian berdua tuh sama saja. " ujar Umi Hafsah dengan nada merajuk lalu keluar dari kamar putranya. Rayyan hanya tersenyum geli. Ini bukan pertama kalinya Umi memintanya untuk menikah. Sebenarnya ia ingin segera menikah tapi bagaimana lagi, jodoh belum ada.
Rayyan pun segera berangkat ke kampusnya karena hari sudah siang. Tak lupa ia berpamitan pada Abi dan Uminya. Sesampainya di ruang depan ia melihat uminya sedang bercengkrama akrab dengan seorang gadis yang Rayyan tidak ketahui karena posisinya membelakangi dirinya.
"Mi, Ray berangkat dulu ya." Ucap Rayyan membuat obrolannya dengan gadis itu terinterupsi.
"Eh Ray, udah mau berangkat." Ujar Uminya.
"Shabira." Ucap Rayyan ketika melihat siapa perempuan yang bersama Uminya itu. Umi Hafsah pun mengerutkan dahinya bingung. Kenapa mereka sudah kenal?
"Kanu sudah mengenalnya Ray?" tanya Umi pada Rayyan
"iya Mi, dia yang nolong aku waktu aku kesakitan di masjid pesantren. Bira juga yang jaga aku selama Bang Zayn belum datang." Ujar Rayyan jujur. Umi Hafsah membelalak tak percaya.
"MasyaAllah. Terimakasih ya nak." Ucap Umi Hafsah pada akhirnya.
"Kamu tau gak Ray, Bira juga yang nolongin umi waktu Umi hampir kena jambret. Untung saja Bira datang dan dengan beraninya dia mukulin jambret itu lalu teriak minta tolong. Untung saja ada Bira, kalau tidak, Umi tidak tahu apa yang akan terjadi." Ujar Umi Hafsah dengan mata yang berbinar. Rayyan ikut tak percaya mendengarnya.
"terimakasih Bira, ternyata kamu bukan hanya menolongku tapi Umi juga." Ujar Rayyan tulus.
"ah, itu bukan apa-apa. Bira hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan." Ucap Bira tak enak hati.
"dan kamu tau Ray, semenjak kejadian itu Umi jadi sering undang Bira kesini. Awalnya umi Cuma ajakin Bira makan bersama tapi kata Bira masakan umi enak terus dia minta umi ajarin masak, yaudah deh, Umi sama Bira sering masak bareng. Jadinya umi gak kesepian karena kamu dan abangmu itu sibuk kerja." Ujar Umi Hafsah yang diselingi sindiran untuk Putranya.
Rayyan ikut tersenyum melihat senyum Uminya yang tampak begitu bahagia. Ya, sudah lama Uminya mendambakan anak perempuan di keluarganya agar ia tak merasa kesepian. Tapi Qadarullah Umi sudah tidak bisa mengandung lagi. Jadi uminya harus memendam mimpinya untuk punya anak perempuan.
Dan Alhamdulillah sekarang ia bisa melihat senyum Uminya lagi. Hati Rayyan menghangat melihat kedekatan Bira dengan Uminya. Gadis itu berhasil membuat Uminya bangkit dari keterpurukan dan juga mengembalikan senyum indah Uminya yang sudah lama pudar.
"Kakak gak usah bilang terimakasih lagi ya. Bira bosen dengernya." Ujar Bira ketika Rayyan hendak membuka mulutnya. Sontak saja ucapan Bira membuat tawa pun pecah diantara mereka.
"Umi kalau gitu Aku permisi dulu ya. Nanti aku telat masuk kelasnya." Pamit Bira pada Umi Hafsah.
"iya sayang, tapi jangan lupa ya nanti malam kamu makan malam disini." Peringat Umi Hafsah pada gadis itu.
"Iya Mi, InsyaAllah. Kalau gitu Bira pamit ya, Assalamualaikum." Ucap Bira kemudian menyalami tangan Umi Hafsah kemudian melempar senyum pada Rayyan.
"Mi, Ray juga berangkat ya, Assalamualaikum." Ucap Rayyan lalu secepat kilat melangkah keluar.
"Bira, tunggu!" panggil Rayyan membuat Langkah bira terhenti.
***
Gimana nih guys? pada setuju Rayyan sama Zhafira apa Rayyan sama Shabira?
kira-kira Rayyan mau bilang apa ya sama Bira?
Penasaran? tunggu kelanjutannya yaa guys..
Thanks for reading, jangan lupa vote dan komentar yaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - Completed
Romansakejadian yang tak disengaja di masa kecilnya membuat Shabira selalu mengimpikan bertemu imam impiannya. lelaki yang tak sengaja menabraknya sewaktu ia menginjak umur sembilan tahun di sebuah pesantren tempat kakaknya dulu bersekolah. lelaki itu memp...