Ternyata kejutan tak hanya ketika di pesantren saja. Tetapi di rumahnya Shabira kembali di kejutkan dengan beberapa hiasan di kamarnya yang bertuliskan 'welcome home Shabira' juga balon warna hitam dan cream kesukannya. Bira pun tak mampu menahan rasa harunya. Dia pun kembali memberikan pelukan kepada Mama, Papa dan kakaknya yang telah menyiapkan kejutan ini padanya.
"terimakasih ya, kalian sudah menyiapkan semua ini." Ucap Bira dengan mata berkaca-kaca.
"iya Bira. Yasudah Mama siapkan makanan dulu ya. Ayo Pa kita turun." Ucap Mamanya meninggalkan kedua bersaudara itu disana.
"kakak terimakasih ya." Ucap Bira sambil bergelung manja di pelukan Zhafira. Zhafira mengusap kepala adiknya sayang.
"Iyaa.. udah mandi sana, badan kamu dah bau tuh." Ucap Zhafira sembari mendorong Bira menjauh. Bira mendengus kesal tapi tetap melangkah ke kamar mandi.
Setelah mandi, Birapun turun ke meja makan yang sudah lengkap dengan makanan kesukaannya. Bira langsung duduk dan mencium aroma wangi masakan sang mama yang telah lama tak ia rasakan.
"Wah, keliatannya enak nih Ma." Ucap Bira sembari mencomot salah satu lauk disana.
"Iyadong. Masakan siapa dulu." ucap Mamanya dengan bangga.
"Papa kemana Ma?" tanya Bira karena sedari tadi tak melihat Papanya.
"tuh didepan lagi nyidak anak orang." Ucap Mamanya sambil terkekeh geli. Dan sepertinya Bira mengerti siapa yang dimaksud oleh Mamanya. Diapun langsung bergegas ke depan untuk menemui papanya.
Benar saja di depan Papanya sedang beradu panco dengan seorang lelaki. Laleki itu tampak tersenyum lebar ketika papanya sudah hampir ia kalahkan. Tetapi ketika lelaki itu melihat dirinya, tiba-tiba papanya mengambil kesempatan begitu saja. Mencari kelemahan dari lelaki tersebut dan akhirnya bisa mengalahkannya.
"Yes, aku menang. Jadi kamu tidak boleh bertemu Bira." Ucap Papanya dengan senyum penuh kemenangan.
"Yah tapi Om curang. Tadi Aku lagi lengah liat bidadari tiba-tiba muncul. Eh Om malah ambil kesempatan." Gerutu lelaki itu dengan nada manjanya yang tak hilang-hilang sejak dulu.
"dasar kamu. ngegombal aja bisanya. Belajar dulu yang bener." Oceh Papa pada Lelaki itu. Bira hanya mampu tersenyum melihat perdebatan mereka.
"Neng Bira..Neng Bira kangen gak sama A' Byan? Pasti kangen yaa..sini peluk." Byan sudah bersiap merentangkan tangannya dan menghampiri Bira, tetapi secepat kilat gerakan itu ditahan oleh Papa Aldwin.
"Enak aja main peluk-peluk. Bukan muhrim tau." Ucap Papanya sambil mendorong Byan ke belakang.
"lagian kamu kalau panggil bira tuh teteh bukan neng. Karena dia lebih tua dari kamu Dek Byan." Ucap Papa Bira berhasil membuat lelaki itu merengut kecut. Sungguh papanya suka sekali menggoda Byan seperti itu. ia paling suka mengejek Byan dengan kelemahannya. Byan paling tidak suka dipanggil Dek.
"jangan bawa-bawa umur dong Papa mertua. Nabi Muhammad sama Sayyidah Aisyah saja berbeda umur berapa tahun tapi tidak dijadikan masalah." Protes Byan pada Papanya.
"Tuh kamu bisa sok-sokan bawa-bawa nama Nabi Muhammad tapi tadi kok mau peluk-peluk anak saya. kamu juga tahu kan kalau bersentuhan dengan yang bukan mahram itu haram?" skakmat. Ucapan itu berhasil membuat Byan bungkam.
"Yang tadi tuh bercanda papa mertua. Abyan gak serius kok." Ucap Byan dengan nada menyesal.
"jangan panggil aku papa mertua. Atau kamu benar-benar tidak boleh menemui Bira." Ancam Aldwin pada lealki yang masih gencar mendekati putrinya itu.
"sudah Pa. Byan ayo masuk. Kita makan bersama di dalam." Ucap Bira yang disambut senyuman lebar oleh Byan.
"Wah boleh Bira kalau kamu maksa mah aku gak bisa menolak." Ucap Byan yang dengan percaya dirinya langsung berjalan ke dalam mendahului Aldwin dan Bira. Ayah dan anak itu hanya bisa saling tatap kemudian menggeleng bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - Completed
Romancekejadian yang tak disengaja di masa kecilnya membuat Shabira selalu mengimpikan bertemu imam impiannya. lelaki yang tak sengaja menabraknya sewaktu ia menginjak umur sembilan tahun di sebuah pesantren tempat kakaknya dulu bersekolah. lelaki itu memp...