Part 15-stay or leave?

331 29 0
                                    

"Ray, jadi bagaimana sekarang? Kamu mau melanjutkannya atau tidak? Abi sudah mendengar semua dari Umi mu." Ucap Abinya to the point.

"menikah bukan hal sepele Ray, kamu tidak bisa menikahi seorang wanita sedang kamu mencintai wanita lainnya. Kasihan istrimu nanti. Apalagi mereka bersaudara. Jadi tentukanlah sekarang nak sebelum semuanya terlambat." Ucap Abinya lagi pada Rayyan.

"tetapi aku takut membuat Zhafira terluka Bi." Ucap Rayyan pada Abinya.

"bahkan kalau kamu menikahinya pun, pada akhirnya dia akan merasakan sakit hati pula Ray, bahkan lebih sakit daripada kamu mengatakannya sejak awal." Rayyan tertegun mendengar perkataan itu. benar kata abinya, pada akhirnya ia juga akan menyakiti Zhafira. dia harus memutuskan yang terbaik untuknya.

Tapi ia juga teringat pesan Shabira, ia sangat menginginkan dirinya melangkah maju untuk melanjutkan pernikahan ini. Gadis itu pasti akan sangat membencinya jika mengetahui kalau pernikahan itu dibatalkan. Ia tak mau itu terjadi. Mungkin, walaupun mereka jadi menikah nanti setidaknya Shabira akan tetap menyapanya tanpa rasa benci.

"aku akan tetap melanjutkan pernikahan ini Bi." Ucap Rayyan dengan tegasnya. Abi dan Uminya pun dibuat terperangah melihat jawaban dari putranya.

"kamu yakin nak?" kini Umi Hafsah bertanya dengan nada khawatir. Rayyan mengangguk mantap.

"baiklah, ini keputusanmu Ray, jangan menyesalinya." Ucap Abi pada akhirnya. Rayyan pun mengangguk paham lalu pamit ke kamarnya.

Rayyan kembali ke kamarnya dan menyibukkan diri dengan tugas-tugas miliknya. Ia hanya berpasrah diri pada Allah SWT. Kalaupun ia berjodoh dengan Shabira pasti ia akan diberi jalan yang terbaik oleh-Nya.

"Galau mulu sih adik abang ini." Seru suara dari arah pintu. Rayyan hanya memutar bola matanya jengah mendengar kata-kata aneh dari mulut abangnya itu.

"apaan sih bang, siapa yang galau lagi." Ucap Rayyan cuek. Zayn hanya terkekeh geli.

"Ray, anak ayam aja tau tuh kalau kamu lagi galau gara-gara ditinggal pergi sang pujaan hati." Ejek Zayn lagi sembari tertawa puas.

"terserah deh ya." Ucap Rayyan sudah mulai lelah dan bosan dengan ejekan abangnya itu.

"mending abang cepat nikah deh, daripada gangguin aku mulu." Ucap Rayyan memberi idenya. Dipikir-pikir kalau Zayn menikah pasti ia tak akan sekurang kerjaan itu mengganggu dirinya.

"iya Ray, tunggu aja. Lagi usaha nih." Ucap Zayn membuat Rayyan terperangah. Ia tak bisa membedakan abangnya sedang serius apa sedang bercanda.

"Abang beneran?" tanya Ray meyakinkan.

"serius dong. Tunggu aja undangan jadi." Ujar Zayn kemudian berlalu dari hadapan Rayyan. Rayyan menghembuskan napas pelan. Ia lega kalau benar itu serius, Uminya pasti akan senang jika segera memiliki menantu dari Zayn. Tapi kira-kira siapakah perempuan yang akan menjadi istri Zayn? Selama ini ia tak pernah mendengar kabar Zayn bertaaruf degnan seseorang. Apalagi mendekati seorang akhwat. Ah sudahlahm, yang terpenting abangnya segera menikah.

***

Hari-hari Rayyan tetap ia jalankan seperti biasa. Perihal pernikahannya ia tak perlu repot-repot ikut campur karena semua ia pasrahkan kepada uminya. Ia akan mengikuti semuanya. Dia juga tidak banyak mau terhadap segala sesuatu, ia hanya meminta acaranya dibuat sederhana dan tidak melewati saat shalat dzuhur. Acaranya juga tidak akan berjalan lama.

Sesekali Rayyan dimintai pendapat mengenai pakaian, WO dan yang lainnya dan dia hanya menjawab dengan kata 'terserah'. Ia sudah mengatakan sejak awal bahwa ia akan ikut semua yang mereka pilih. Untungnya Zhafira juga tak banyak menuntut pada Rayyan bahkan perempuan itu tak pernah menghubunginya. Mungkin sesekali menanyakan satu atau dua hal. Dan Rayyan tak pernah memusingkan tentang hal itu.

"Rayyan kamu hari ini ada jadwal fitting baju ya. Kamu nanti ke butik dulu bentar." Ucap Umi Hafsah ketika Rayyan hendak berangkat bekerja.

"hari ini Rayyan sibuk Mi." Ucap Rayyan dengan nada menyesalnya.

"Biar nanti Zayn aja Mi, badan Rayyan sama Zayn kan gak jauh beda." Ujar Zayn memberi saran. Umi Hafsah pun mengangguk tanda setuju. Rayyan juga tak ambil pusing mengenai hal itu.

"thanks bang." Ucap Rayyan pada abangnya sekilas lalu melanjutkan langkahnya untuk berangkat ke kampus tempatnya bekerja.

Pernikahan tinggal beberapa minggu lagi dan Rayyan masih sibuk dengan pekerjaannya. Malah ia mengambil banyak pekerjaan di minggu-minggu yang dekat dengan pernikahannya. Ia pun hanya akan mengambil libur sehari setelah pernikahan itu. baginya tak ada yang akan berubah walaupun ia sudah berstatus menikah nantinya.

Jahat memang kedengarannya. Tapi Rayyan tak mau memaksakan perasaannya. Biarlah perasaan itu tumbuh dengan sendirinya. Karena pada dasarnya Rayyan belum bisa melupakan perasaannya pada Shabira. Ia masih belum bisa melupakan sosok itu. walaupun mereka telah terpisah selama beberapa bulan ini. Tapi di setiap doanya masih terselip namanya.

"Kak Rayyan. Kak." Panggil sebuah suara yang membuyarkan lamunan Rayyan. Rayyan pun menoleh dan mendapati dua buah mata indah sedang menatapnya.

"eh iya, ada apa Zhaf?" tanya Rayyan pada Zhafira yang kini tersenyum padanya. Senyum yang amat indah bagi perempuan sebaik Zhafira. dan dengan teganya Rayyan mempermainkan perasaan perempuan itu.

"Kak Ray sehat? Akhir-akhir ini kakak jarang dihubungi dan tidak pernah terlihat ketika Umi datang ke rumah." Tanya Zhafira pada Rayyan.

"Eh iya Zhaf, aku lagi sibuk ngurusin Kafe cabang baru. Maaf ya." Ucap Rayyan dengan nada tak enak.

"Tidak papa. Semoga kerjaannya lancar ya kak." Ucap Zhafira dengan tulus.

"iya, terimakasih." Ucap Rayyan masih dengan raut wajah tak enak. Sepeduli itukah Zhafira padanya? Tapi kenapa hatinya tak merasakan hal yang spesial ketika Zhafira yang memperhatikannya?

"kamu ada kelas pagi hari ini?" tanya Rayyan basa basi.

"ya, dan itu kelasnya Kak Zayn. Aku gak nyangka bisa diajar langsung oleh Kak Zayn. Dia begitu mempesona sampai-sampai teman-temanku perempuan tidak fokus pada materinya. Mereka hanya fokus pada ketampanan Kak Zayn." Ucap Zhafira semabari terkikik geli menceritakan kejadian tadi pada saat pembelajaran. Rayyan pun tak terkejut lagi mendengar hal itu karena kakaknya memang tampan dan berkharisma.

"ya, dia memang berkharisma. Tapi kalau kalian tau sifat aslinya pasti kalian akan memikirkan ribuan kali untuk mengangguminya lagi." Ucap Rayyan yang dibalas kekehan geli oleh Zhafira.

"aku rasa setiap orang punya sisi lemahnya masing-masing. Jadi wajar kalau kak Zayn punya kekurangan." Ucap Zhafira begitu bijak menanggapi.

"kamu sepertinya sudah terpikat padanya ya?" goda Rayyan membuat Zhafira tersenyum malu.

"mana mungkin. Aku akan segera menikah." Ucap Zhafira menampiknya. Kata-kata itu begitu menohok Rayyan. Harapan Zhafira untuk menikah begitu besar, ia tak mungkin menghancurkannya begitu saja. Ia tak tega melihat kedua mata indah itu mengeluarkan air mata.

"Oh, aku ada kelas lagi setelah ini. Aku pamit dulu ya Kak. Assalamualaikum." Pamit Zhafira pada Rayyan yang kembali melamun. Rayyan mengangguk lalu menjawab salam Zhafira.

***

Wah wah kayaknya si Rayyan bener bener mau nikah nih sama Zhafira. Kira-kira gimana yaa perasaan shabira nantinya??

Kalau penasaran nantikan yaa kisah selanjutnyaa.

terimakasih sudah membaca. jangan lupa vote dan komentarnya.

Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang