Part 2- Bimbang

405 31 0
                                    


"Hey Kak Ray, boleh dong diajarin tentang materi yang tadi. Aku belum paham nih." Ujar sahal satu mahasiswi berjilbab tapi berpakaian ketat itu.

"Maaf, jam mengajar saya sudah habis. Mungkin kamu bisa meminta bantuan teman kamu saja yang sudah paham. Saya ada jam mengajar lagi setelah ini." Tolak Rayyan dengan kata-kata yang halus. Kemudian lelaki itu tersenyum simpul kemudian berlalu dari hadapan perempuan yang sekarang memasang wajah kecewa itu.

"ini untuk kak Ray, ini buatan aku sendiri loh." Baru saja beberapa langkah, Rayyan kembali dihampiri oleh mahasiswi di universitas tempatnya mengajar. Ia hanya bisa menghela napas pelan.

"Maaf saya sedang puasa, terimakasih sebelumnya." Tolak Rayyan lagi dengan bahasa yang halus dan tanpa ada kata yang menyakiti siapapun. Perempuan itupun mengangguk saja karena tersihir oleh senyum manis Rayyan.

Rayyan kemudian mempercepat langkahnya agar tidak bertemu lagi dengan mahasiswi-mahasiswi penggemarnya. Ya, itulah Alvarendra Rayyan Pradipta. Lelaki berumur dua puluh lima tahun yang sekarang sedang menjalani peran sebagai assistan dosen. Rayyan terkenal dengan ketampanan, kecerdasan serta kesolehannya. Hal itu membuat para kaum hawa terpesona padanya. Dan itu tadi hanya sedikit dari banyaknya kelakuan para penggemar Rayyan.

Tapi untungnya Rayyan sudah mulai terbiasa dengan hal tersebut dan ia memilih untuk menolaknya dengan cara yang halus. Karena bagaimanapun mereka juga punya perasaan jadi sebisa mungkin ia tak menyakiti hati para kaum hawa yang merupakan penggemarnya itu. Jadi walaupun mereka ditolak, mereka tak merasakan sakit hati yang dalam.

Rayyan hendak masuk ke dalam mobilnya tetapi perhatiannya teralihkan ketika melihat seorang perempuan yang tak terjatuh hingga buku-buku y ang dibawanya pun jatuh berserakan. Ia pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam mobil dan berjalan menghampiri perempuan berhijab yang kini sedang berjongkok memunguti buku-bukunya.

Rayyan berjongkok lalu membantu perempuan itu untuk mengumpulkan buku-bukunya yang berserakan di tanah. Gerakan tangan Rayyan terhenti ketika ia menyentuh buku yang tak asing lagi baginya. Buku yang sangat berarti untuknya. Ia menatap lama buku itu sambil membolak baliknya. Lalu ia membuka di halaman terakhir. Dan setelah melihat buku itu ia pun tercengang. Ia pun langsung menatap perempuan yang mempuanyai buku itu. Perempuan itu masih sibuk dengan buku-buku di tangannya.

"Aisyah." Gumam Rayyan tanpa sadar. Spontan permpuan itu juga menghentikan aktivitasnya.

"maaf, apa tadi kakak mengatakan sesuatu?" tanya Perempuan itu pada Rayyan.

"Eh tidak,Mm...kalau boleh saya tau ini buku kamu?" tanya Rayyan yang dijawaab anggukan oleh perempuan itu lagi.

"Maaf kak saya harus pergi karena sebentar lagi kelas dimulai. Terimakasih telah membantu." Ucap perempuan itu dengan nada terburu-buru karena memang ia sudah hampir terlambat. Perempuan itupun bergegas pergi meninggalkan lelaki yang masih menatap gadis itu dengan tatapan penuh tanya. Apakah gadis itu benar-benar Aisyah nya? Apakah gadis itu adalah gadis kecilnya dulu? gadis yang ia beri janji untuk menikahinya.

Tak terasa senyum itu terbit di bibir Rayyan. Hatinya pun menghangat mengigat kejadian bertahun-tahun yang lalu. Senyum gadis itu, ya ia ingat betul. Bagaimana binar matanya ketika melihat buku miliknya itu. Kini ia menemukannya. Apakah ini jawaban atas setiap doa di sepertiga malamnya? Entahlah Rayyan pun tak mengetahuinya. Yang Rayyan tau sekarang ia bisa tenang karena telah menemukan gadis itu lagi setelah beberapa tahun berpisah. Dan ia akan menepati janjinya pada gadis itu, janji akan melamar gadis kecilnya ketika mereka bertemu lagi nantinya.

***

"Ray, kamu ngapain ngalamun disini?" tanya Hanan yang merupakan salah satu pengurus pesantren milik orangtuanya.

Ya, Rayyan adalah putra dari pemilik pesantren terbaik di Jakarta. Dirinya lahir dalam didikan agama yang begitu kental. Tak heran jika Rayyan tumbuh menjadi lelaki sholeh seperti sekarang ini.

"Eh bang, ngagetin aja." Ujar Rayyan melihat kehadiran Hanan disampingnya.

"kamu sudah pulang mengajar Ray?" tanya Hanan lagi sambil duduk disamping Rayyan.

"Iya bang, tadi dari kampus langsung kesini. Mau pulang ke rumah tapi bosen. Yaudah deh kesini. Aku pikir Abi sama Umi sudah pulang." Ujar Rayyan dengan nada kecewa.

"bukannya hari ini akan pulang ya." Ujar Hanan yang dijawab anggukan oleh Ray.

"Iya bang seharusnya tadi, tapi mereka telat penerbangannuaya jadi diundur besok deh." Jelas Rayyan yang dijawab anggukan paham oleh Hanan.

"gimana usaha kamu Ray? Lancar?" tanya Hanan memulai perbincangan lebih jauh.

Yapps, selain menjadi asisten dosen, Rayyan juga memiliki beberapa usaha di bidang kuliner. Ia punya usaha Coffeshop yang cukup terkenal. Usaha itu sudah ia rintis sejak ia menduduki bangku kuliah. Ia tak ingin merepotkan kedua orangtuanya perihal biaya kuliah, jadi ia memutuskan untuk merintis usaha dan kuliah dengan uangnya sendiri. Alhamdulillah , berkat ketekunannya usahanay itupun berkembang pesat dan sekarang sudah memiliki beberapa cabang. Dari hasilnya itu, ia juga sudah bisa membeli rumah sendiri. Ya walaupun rumah itu jarang ia tinggali.

"Alhamdulillah bang lancar. Kapan dong main ke kafe aku lagi. Abang udah lama nih gak ngisi disana." Ujar Ray yang dijawab kekehan oleh Hanan.

Setiap sebulan sekali memang Rayyan selalu rutin mengadakan kajian yang bertempat di Kafenya. Jadi jika kebanyakan Kafe diisi dengan Live musik kafe milik Ray lah yang berbeda. Disana kadang ia mengundang ustadz untuk menyampaikan sebuah kajian. Oleh karena itu, Kafe Rayyan cocok sekali untuk para Ikhwan dan Akhwat yang bingung mencari tempat berkumpul yang tidak banyak mudharatnya.

"Yah gimana lagi Ray, aku juga sibuk ngurus pesantren. Nanti deh kalau ada acara lagi insyaAllah aku luangkan waktu." Ucap Hanan pada Ray.

"Iya bang. harus pokoknya." Ucap Rayyan sembari tersenyum.

Tak lama datanglah seorang santriwati yang menginterupsi pembicaraan mereka. Perempuan tampak tak asing di pengelihatan Rayyan. Ya, dia sudah bertemu dengan gadis itu beberapa kali. Tadi saat di pelataran pesantren pun ia bertemu dengan gadis itu. Bahkan bertabrakan dengannya.

"Assalamualaikum." Salam gadis itu ketika sampai di hadapan mereka.

"waalaikumsalam, Ada apa Bira?" tanya Hanan pada keponakannya itu.

"Paman dicari Pak Hasan di ruang guru." Jelas Shabira kepada Pamannya itu.

"Paman?" ucap Rayyan menyuarakan isi hatinya.

"Iya Ray, Bira ini keponakanku. Dia anak dari adikku. Aku kira kamu sudah tau." Jelas Hanan pada Rayyan.

"pantas saja Abang mempercayakan dia menjagaku di Rumah sakit kemarin." Ucap Rayyan yang sekarang mulai mengerti kenapa Shabira yang menemaninya kemarin.

"iya Ray, lagipula orang pertama yang melihatmu kesakitan juga Bira jadi sekalian saja aku memintanya untuk menjagamu sementara, soalnya tepat sekali waktu itu aku ada acara yang penting." Jelas Hanan lagi.

"Terimakasih sekali lagi Bira." Ucap Rayyan dengan tulus. Bira hanya membalasnya dengan anggukan dan senyum indahnya,

"sama-sama Kak, sampai lelah aku mendengar kata terimakasih dari kakak." Ucap Shabira dengan nada bercanda.

"yaudah Ray aku ketemu pak Hasan dulu." pamit Hanan pada Rayyan.

"ah aku juga ingin kembali ke kelas. Assalamualaikum." Ucap Shabira dengan senyumnya yang khas. Merekapun menjawabnya denan salam pula.

Sepeninggal mereka berdua kini tinggalah Ray seorang diri. Dia kembali merenung. Tak sadar senyum terbit di bibirnya. Melihat senyum dan binar milik Bira mengingatkannya pada seseorang. Seorang gadis cilik yang mencuri perhatiannya saejak dulu. seorang gadis yang ia nantikan kedatangannya dari masalalu.tapi ia juga teringat perempuan yang ia temui di kampus tadi. Buku itu menjadi meyakinkan dirinya bahwa perempuan itulah yang ia nanti sejak dulu tapi kenapa hatinya tak merasakan hal yang seharusnya ia rasakan. Akankah penantiannya akan berakhir indah ataukah ia hanya akan mendapatkan penantian tak berujung?

***

Hey Guys, maaf ya agak lama update nya.

happy reading yaa, jangan lupa vote dan komentarnya. thanks. 


Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang