Part 21 - Bertemu Masa lalu

449 28 2
                                    

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh...

Hello Friends, long time no see yaa. 

monmaap atas kelabilan saya ini. niatnya mau lanjutin yang kenapa Taaruf tapi kok sayang banget kalo ini gak diselesaiin. jadi aku mau menyelesaikan kisahnya Shabira sama Rayyan dulu abis itu cuss publish yang lainnya. 

terimakasih untuk yang setia membaca karya-karyaku. Love you guys. Stay Healty and Stay Safe semuaa :))

****************************

seperti pesan kakaknya, Shabira pulang tepat waktu tanpa mampir kemana-mana terlebih dahulu. biasanya jika ia masih ada waktu, ia sempatkan untuk mampir ke perpustakaan yang ada disana untuk sekedar membaca-baca menambah referensinya. tetapi untuk sekarang ia harus pulang ke rumah segera. ia pun tak tahu apa yang sedang direncakan oleh kakaknya itu. 

tak butuh waktu lama bagi Bira untuk sampai di rumahnya. di luar rumah terdengar suara tawa seorang perempuan yang sangat ia kenal. tawa itu begitu familiar di telinga Shabira. Bira pun mengetuk pintu dan mengucap salam tetapi tidak ada yang menyahut. ia pun akhirnya masuk ke rumah yang pintunya tidak dikunci itu. 

di ruang tengah ia mendapati Naura sedang berbincang asyik dengan seorang perempuan juga. tapi ia tak yakin siapa dia, karena ia melihatnya dari arah belakang. dia pun mencoba mengucap salam untuk menyadarkan akan kehadirannya. 

"Assalamualaikum." ucap Bira membuat kedua orang itu menoleh kearahnya. dan saat itu juga Bira merasa terkejut melihat siapa yang ada di depannya sekarang.

tanpa aba-aba ia pun berlari dan memeluk kakaknya itu. ya, Dia adalah Zhafira. kakak yang dirindukan oleh Shabira selama ini. ia pun menangis di pelukan kakaknya itu. Zhafira membalas pelukan erat dari Bira dan mengusap kepala Bira yang tertutup oleh jilbab itu. 

"kamu  ini masih cengeng saja yaa." ejek Zhafira pada adiknya itu yang berhasil membuat Shabira memberengut kesal. 

"udah gak usah cemberut gitu. Mama udah menyiapkan banyak makanan untuk kamu. sekarang kamu makan sana yang banyak. aku lihat-lihat kamu semakin kurus saja Bi." ujar Zhafira sembari menatap kasihan pada adiknya itu. Shabira pun mengangguk lalu berjalan ke meja makan yang sudah tertata banyak makanan. 

dia tersenyum senang bisa menikmati makanan Mamanya. sudah lama sekali ia tak merasakannya. dan hal itu pun membuat dirinya merindukan sang Mama sekarang. 

ketika sedang asyik menikmati makanannya, Bira mendengar suara lelaki yang tak asing lagi baginya. dia buru-buru menyelesaikan makanannya. alhasil ia pun jadi tersedak oleh makanannya sendiri.

"Bira, pelan-pelan dong makannya." omel Kak Zhafira sembari menyodorkan air putih pada adiknya. dia pun mengambil gelas berisi air putih itu dan menenggaknya hingga tandas. 

"duh kak, perutku sakit deh kayaknya sembelit. aku ke toilet dulu ya." alibinya sembari bergegas pergi dari sana. 

walaupun selama ini Bira  terlihat baik-baik saja dan berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi rasanya dia belum siap untuk bertemu dengannya lagi. hatinya belum siap untuk itu. Dia ingin menenangkan hatinya terlebih dahulu sebelum dia bisa benar-benar mengikhlaskan semuanya. 

"Bi, kamu gak papa kan? ini aku bawakan obat sakit perut untukmu." ujar Kak Zhafira dari luar kamar mandi.  Dia memang sudah terlalu lama di dalam sana dan hal itu pastinya membuat mereka khawatir. 

Bira mengambil napas dalam dan mengeluarkannya pelan. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. 

"tidak perlu kak. perutku sudah membaik." ujarnya sembari menunjukkan senyum terbaiknya. dia pun mengangguk mendengarnya. 

"yaudah yuk kita temui suami kakak dulu. dia udah kepengen banget loh ketemu kamu."ujarnya pada Bira. Bira hanya mampu mengangguk sembari tersenyum walau hatinya tersayat sakit.

"Shabira. MasyaAllah akhirnya kita bertemu juga. aku udah kangen sama kamu Bi." ujar  kak Zayn menyapa Bira. Bira tersenyum dan membalas sapaan kak Zayn tetapi tidak untuk Rayyan. walau lelaki itu duduk hanya bersebelahan dengan Zayn tetapi rasanya enggan melihat kearah sana. 

mereka pun berbincang-bincang banyak dan berbagi cerita tetapi tidak untuk dua orang yang saling terdiam satu sama lain. entah apa yang mereka pikirkan. mereka larut dalam pikiran mereka masing-masing meskipun mereka dikelilingi banyak orang.

***

Thankyou for reading  :)

Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang