Part 14-Tasbih cinta

350 31 0
                                    

"Kamu hati-hati ya nak disana. pokoknya harus sering-sering telpon Mama sama Papa." Ujar Maisha pada putrinya. Shabira mengangguk pelan lalu memeluk mamanya erat. Oh, ia pasti akan sangat merindukan kehadiran Mamanya disana.

"Doakan Bira ya Ma. Doa mama memudahkan setiap langkah Bira." Ucap Bira masih di pelukan Mamanya. Mamanya mengangguk pelan sembari mengecup puncak kepala Bira lembut.

Setelah itu Bira beralih pada Kakaknya yang berada disampingnya. Ia melihat kakaknya sudah berkaca-kaca sejak tadi.

"Aku pamit ya Kak. Semoga pernikahan kakak berjalan lancar ya." Ucap Bira sembari memeluk Zhafira.

"iya dek, kamu hati-hati ya disana. pokoknya kalau kakak Telpon kamu harus angkat. Oke?" ucap Zhafira dengan nada memaksa. Bira terkekeh pelan kemudian menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Papa kenapa?" tanya Bira karena sedari tadi Papanya diam. Papanya hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

"Kamu baik-baik ya disana. jangan lupa kabarin Papa. Kalau kamu butuh sesuatu telpon Papa." Ucap Papanya dengan suara serak. Bira mengangguk pelan lalu menghambur ke pelukan papanya. Dan disitulah tangis Papanya pecah.

"terimakasih Pa, Bira akan merindukan papa nanti disana. papa jaga kesehatan ya, jangan capek-capek." Ujar Bira lembut pada papanya.

"Pasti nak. Papa juga pasti akan merindukanmu." Ucap Pak Aldwin pada putrinya. Merekapun menyudahi acara haru-harunya. Berat bagi mereka untuk melepas Shabira seorang diri di negeri orang. Untung saja mereka sudah mempercayakan Bira pada Naura.

Bira melanjutkan berpamitan dengan yang lainnya. Terutama dengan sahabatnya yang menyempatkan datang untuk mengantarkan kepergiannya. Tentu saja sahabatnya itu sedih tapi ia mencoba ikhlas karena mereka sudah menghabiskan waktu bersama sebelum keberangkatan Bira kemarin.

"Makasih umi sama Abi dan Bang Zayn sudah datang." Ucap Shabira kepada mereka.

"iya Bira. Kamu hati-hati ya nak, sukses disana." ucap Abi pada alumni pesantrennya itu. Bira mengangguk pelan.

"Bira, bulan depan kita ketemu disana ya." Ucap Zayn membuatnya mengerutkan dahi bingung.

"Bulan depan aku akan mengambil master degree disana." ujar Zayn membuat Shabira terkejut. Tapi kemudian ia tersenyum senang mendengar kabar tersebut.

"wah, Bira tunggu ya bang disana." ucap Bira dengan senyum yang mengembang. Zayn mengacungkan jempolnya pada Bira sambil tersenyum lebar.

"Bira, Umi ada sesuatu untukmu." Ucap Umi lalu memberikan kotak kecil pada Bira. Bira pun menerimanya dengan senang hati.

"Wah apa ini Mi, kenapa repot-repot." Ucap Bira merasa tak enak.

"tidak papa. Semoga perjalananmu lancar ya nak. Semoga Allah selalu melindungi kamu." Ucap Umi Hafsah pada santri kesayangannya itu.

"Iya Mi, terimakasih ya." Ucap Bira dengan tulus.

Setelah itu Bira pun masuk ke dalam bandara karena pesawatnya akan segera berangkat. Baru sampai beberapa langkah seseorang memanggil namanya. Ia pun menoleh dan melihat siapakah yang memanggilnya.

"Bira kok ninggalin Abyan lagi? Bira tau Abyan udah nunggu 6 tahun dan sekarang apa Byan harus menunggu lagi?" Tanya Abyan pada Bira dengan mata yang penuh dengan air mata.

"Byan,aku harus menuntut ilmuku disana. maaf ya. Kamu baik-baik disini." ucap Bira dengan senyum terbaiknya.

"Bira, sebelum kamu pergi aku ingin mengatakan kalau sejak dulu aku mencintaimu. Aku sudah menunggumu sejak lama. Aku ingin kamu menikah denganku Bira." Ucap Byan tampak serius. Bira pun terkejut mendengar pengakuan itu. ia tak menyangka perasaan Byan serius padanya.

Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang