Part 17-Hurt

428 28 2
                                    

"Bi, kenapa kakak lihat sedari tadi kamu melamun saja? kamu ada masalah di tempatmu kuliah?" tanya Naura dengan nada yang halus kepada Shabira. Shabira menggelengkan kepalanya pelan kearah Naura. 

"Bira gak papa Kak, cuma rindu rumah saja." ucap Shabira memberi alibi. 

"Oh iya, Kamu sudah lihat video pernikahan Zhafira? dia tampak sangat cantik. suaminya pun tampan. aku ikut bahagia melihat mereka. iya kan Bi?" pertanyaan itu begitu mengoyak batin Bira yang berusaha untuk tegar dan baik-baik saja. tapi nyatanya mendengar pernikahan kakaknya membuat hatinya begitu sakit. luka yang sedari tadi berusaha ia tahan kini kembali terasa perihnya. 

"Iya kak, mereka sangat cocok." ucap Bira sembari berusaha menampilkan senyum terbaiknya. tetapi setelah mengucapkan itu air mata jatuh tanpa seizinnya. Naura yang tak tau apa-apa pun langsung memeluk Bira erat. 

"kamu kenapa Bi? kenapa kamu malah menangis seperti ini?" tanya Naura dengan nada cemasnya. 

Bira terdiam sejenak, membiarkan hatinya sembuh sementara. ia mengumpulkan kembali kekuatan untuk menutup luka di hatinya. sebisa mungkin dia menyembuhkan luka itu sendiri.

"Maaf Kak, aku tidak papa. aku hanya sedih tidak bisa datang di hari bahagia Kak Zhaf, aku rindu mereka." ucap Bira kembali berbohong. Bira tak mau Naura tau masalah yang sebenarnya. dia ingin menyimpan lukanya sendiri. 

"Aku tau Bi, kamu pasti sangat merindukan mereka. aku tau kamu pasti sangat ingin berada disana sekarang. tetapi ini sudah jalanmu Bi. kamu harus sabar ya. dulu kakak juga sama sepertimu, selalu merindukan keluarga disana. kita saling mendoakan saja ya agar selalu dilindungi." ucap Naura memberi nasihat. Bira mengangguk pelan di dalam pelukan Naura. 

"Iya kak, makasih ya Kak. maaf aku jadi cengeng gini." ucap Bira sembari mengusap air matanya. 

"tak apa Bira. kamu bisa ceritakan apapun kepadaku. anggap saja aku ini seperti Zhafira. walaupun aku sudah ibu-ibu tapi aku masih ingat bagaimana menjadi anak muda Bi." gurau Naura membuat tawa Bira pecah. Naura tersenyum bisa melihat Bira tidak bersedih lagi.

"Ya sudah kamu sekarang tidur ya. ini  sudah larut malam." ucap Naura yang dijawab anggukan kepala oleh Bira. 

selepas Naura pergi, Bira menuju kamar mandi. membasuh wajahnya dengan air wudhu dan bersiap untuk tidur. ia tak lupa berdoa dan berdzikir supaya diberikan ketenangan. 

***

"Bang, mau mengajak  Shaquille jalan-jalan ya?" tanya Bira pada suami dari Naura itu. 

"Iya Bi, kasian dia dari kemarin gak diajak jalan-jalan sore." ujar Kevan pada  Bira.

"yaudah biar Bira aja bang." tawar Bira pada Kevan.

"gak usah Bi, kamu kan baru pulang kuliah. nanti kamu kecapekan lho." ujar Kevan pada Bira. Bira menggeleng pelan lalu mengambil stroler itu dari tangan Kevan.

"sekalian Bira juga butuh udara segar bang. nanti pamitkan ke Kak Nau ya, assalamualaikum bang." pamit Shabira pada Kevan. mau tak mau Kevan pun mengangguk menuruti permintaan Bira.

Bira pun akhirnya membawa Shaquille keluar untuk jalan-jalan, menikmati sore hari yang indah. sesekali Shabira berhenti untuk mengajak Shaquille berbincang ringan. walaupun anak kecil itu tidak bisa menjawabnya tetapi Bira yakin dia paham dengan apa yang diucapkan oleh Bira. 

Bira begitu menikmati jalan-jalan sore itu. ia menghirup dalam-dalam seluruh oksigen di sekitarnya dan menghempaskannya dengan keras. seakan-akan ia menghempaskan seluruh beban di hatinya saat ini. dan ternyata cara itupun berhasil. beban yang mengganjal di hati Bira terasa ringan sekarang. 

"cinta itu menyakitkan ya Shaquille. mengikhlaskan itu memang mudah diucapkan tetapi ternyata sangat sulit untuk dijalani." ucap Shabira pada Shaquille yang sedari tadi hanya mengoceh tidak jelas.

"Hahh,,,Maafin aunty ya, malah ngajak kamu galau-galau gini." ucap Shabira disertai tawa yang begitu pilu. 

"kita pulang aja yuk." ucap Shabira lalu memutar balik stroller milik Shaquille. 

ketika hendak pulang. seseorang memanggil namanya. sebelum menoleh Shabira seperti kenal dengan suara itu. suara seorang lelaki yang ada di kehidupannya. suara itu tak asing lagi baginya. tapi mana mungkin dia ada di tempat ini. apakah ini hanya ilusinya saja?

"Bira." teriak lelaki itu lagi. tetapi Bira masih enggan untuk menoleh.

kemudian lelaki itu akhirnya mendekat dan menghampiri Bira yang masih menatap kearah depan. Bira masih enggan untuk menoleh dan  melihat siapa orang yang memanggil namanya berulang kali itu. 

***

kira-kira siapa ya l elaki itu???

nantikan kelanjutannya yaa.. 

thanks for reading, jangan lupa vote dan komentarnya ya.

see  you soon :))

Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang