Part 23-Marry you

424 27 0
                                    

sesuai janji Rayyan, setelah ia pulang ke Indonesia, ia segera melamar secara resmi ke kediaman keluarga Shabira. walaupun Shabira tidak hadir dalam acara tersebut tapi acara tetap dilaksanakan dengan khusyu dan lancar. walaupun tidak dapat menghadiri secara langsung tetapi Shabira masih bisa mengikuti acaranya secara virtual. ia menyaksikan acara itu melalui Videocall.

"Bira, apakah kamu bisa mengambil cuti nanti di acara pernikahan kalian?" tanya Pak Aldwin pada putrinya. 

"Tidak Pa. karena aku masih mahasiswa baru aku belum bisa bebas mengambil cuti. mungkin nanti kalau sudah semester lima keatas." jawab Shabira apa adanya. kemudian merekapun mendiskusikan lagi untuk hasil yang terbaik.

"lalu bagaimana jika pernikahanmu dilaksanakan jarak jauh seperti ini? apa kamu tidak keberatan?" tanya Pak Aldwin lagi pada putrinya. 

"tidak Pa, Bira tidak keberatan." ucap Bira sembari tersenyum. ia memang tak merasa keberatan dengan hal itu. melihat kondisinya yang tak memungkinkan untuk kembali ke Indonesia. 

"baiklah. jika seperti itu akad nikah akan dilaksanakan minggu depan, kemudian nanti resepsinya dilaksanakan jika kamu sudah pulang dari sana. bagaimana, apakah kamu setuju?" tanya Pak Aldwin yang dijawab anggukan setuju oleh Shabira. 

akhirnya acara malam itupun menghasilkan keputusan perencanaan pernikahan Rayyan dan Shabira. walaupun terpaut jarak yang jauh tapi mereka tetap bisa melaksanakan pernikahan yang diridhai oleh Allah SWT. 

sampai saat ini rasanya Bira masih sulit mempercayai semuanya. ia tak berpikir bahwa ia benar-benar bisa menikah dengan lelaki di masa kecilnya  itu. lelaki yang menawarinya sebuah pernikahan padahal dia belum paham mengenai hal itu. tetapi Allah Maha Baik, Dia mempertemukan mereka lagi sekarang.

mungkin itulah yang dinamakan takdir. karena memang setiap manusia itu diciptakan saling berpasang-pasangan. benar jika orang bilang jodoh itu ditangan Tuhan, karena Nyatanya kita sendiripun tak tahu siapa yang akan berjodoh dengan kita kelak. entah itu orang yang asing bagi kita atau bahkan orang yang kita kenal baik sekalipun. 

bagaimanapun juga, kita harus selalu memperbaiki diri dan terus bermuhasabah diri. semua orang pasti ingin jodoh kita nanti adalah seseorang yang baik Akhlak dan Imannya. jadi pastinya kita juga harus menjadi seseorang yang seperti itu dulu. jangan hanya sibuk mencari tapi juga berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita. 

seminggu berlalu begitu cepat. Shabira sudah berganti pakaian dan siap di depan laptop. Dia ditemani kak Naura beserta suaminya. tak lupa Shaquille juga turut serta dalam acara pernikahan virtual ini. akad nikah akan dilaksanakan pukul sembilan pagi waktu indonesia sedangkan di tempat Shabira sudah jam dua siang. dia sengaja mengambil libur kuliah sehari untuk acara ini. 

walaupun hanya melalui video call tapi rasa gugup tetap menyerang Shabira. tangannya sudah dingin sejak tadi. tapi tetap saja itu tak akan mengurangi rasa bahagiannya. beberapa jam kedepan ia sudah sah menjadi istri dari Rayyan.

" Shabira, apakah suaranya terdengar jelas?" tanya penghulu kepada Shabira disana. tempat akad dilaksanakan di masjid dekat rumah. walaupun pernikahan itu kurang lengkap karena mempelai wanita tidak ada disana, tapi mereka tetap mengadakannya secara normal. 

"terdengar jelas Pak." ujar Shabira pada Bapak penghulu yang nampak sudah berumur itu. 

"baik, Alhamdulillah. mempelai laki-laki sudah siap?" tanya Pak Penghulu pada Rayyan. lelaki itupun menjawab dengan lantang bahwa dia sudah siap.

pandangan Shabira pun tertuju pada calon suaminya. ia begitu tampan memakai pakaian serba putih dan peci putih yang sangat cocok untuk kulit bersihnya. tapi Bira langsung menundukkan pandangannya mengingat mereka belum Sah.

sebelum akad dimulai penghulu pun memberikan wejangan-wejangan kepada calon pengantin. mereka mendengarkannya dengan seksama, karena kelak hal itulah yang akan berguna bagi mereka dalam membina kehidupan rumahtangga.

"saudara Alvarendra Rayyan Pradipta." panggil Pak Aldwin selaku wali dari Shabira pada mempelai lelaki.

"Ya, Saya." jawab Rayyan dengan tegas dan lantang.

"saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Shabira Asheeqa Dinata Binti Aldwin  Farendra Dinata dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai." pak Aldwin mengucapkan  dengan lantangnya sembari memegang erat tangan Rayyan. 

"Saya terima nikah dan kawinya Shabira Asheeqa Dinata binti Aldwin Farendra Dinata dengan mas kawin tersebut tunai."  Ucap Rayyan lantang dengan satu tarikan napas saja. 

kemudian penghulu menanyai para saksi dan mereka menjawab Sah. sontak saja mereka mengucapkan hamdallah bersamaan waktu itu. 

Shabira mengucapkan hamdallah ketika ijab qabul itu berjalan dengan lancar dan hanya satu kali saja tanpa pengulangan. dia merasa lega sekarang. sekarang statusnya sudah berubah menjadi seorang istri dari Alvarendra Rayyan Pradipta.

"Shabira, istriku. aku akan membacakan doa pengantin untukmu. kamu aminkan yaa." pinta Rayyan pada istrinya.

hati Shabira serasa berdesir ketika kata istri keluar lembut dari mulut Rayyan. dia kemudian tersenyum lalu mengangguk menanggapi permintaan suaminya tadi.

"Shabira, terimakasih kamu telah mengizinkanku menjadi imammu. InsyaAllah aku akan menjadi imam yang baik untukmu dan bisa membimbingmu ke surga. kita sama-sama belajar yaa. ingatkan aku jika aku salah dan begitupun sebaliknya."ucap Rayyan sesaat setelah ia selesai membacakan doa pengantin untuk istrinya. 

"Aku yang berterimakasih Kak. terimakasih telah memilihku menjadi pendampingmu. semoga kita bisa membina keluarga ini sampai ke Jannah-Nya." ucap Shabira menimpali. suaminya pun mengaminkan doa sang istri.

walau terpisah jarak yang jauh tapi perasaan itu tak bisa terbendungkan lagi. perasaan bahagia yang luar biasa bisa tersalurkan walau hanya melalui kata. 

***

Thanks for reading guys :)

Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang