Part 24- First Hug

429 27 0
                                    

bulan demi bulan mereka lewati dengan penuh kesabaran. pengantin baru yang seharusnya sedang mesra-mesranya atau sedang sibuk bulan madu, kini tak dapat mereka wujudkan. walaupun akad sudah diucap tetapi jarak menjadi penghalangnya. setiap hari mereka selalu videocall atau telepon. saling bercerita tentang kegiatan masing-masing. hal berat itu harus mereka lewati tapi mereka tetap bersabar menghadapinya.

"sayang, mungkin beberapa hari ini aku akan sibuk dan tak bisa dihubungi. jadi, kamu bisa beristirahat saja." ucap Rayyan pada istrinya waktu itu ketika mereka sedang berkomunikasi lewat video call. raut wajah Shabira berubah cemberut. 

"baiklah. sesibuk apapun kamu jangan lupa makan dan istirahat yaa." ucap Shabira pada suaminya. ia khawatir jika suaminya terlalu sibuk bekerja hingga lupa kesehatannya sendiri. 

" iyaa sayang. kok cemberut gitu mukanya?" tanya Rayyan yang menyadari perubahan ekspresi pada istrinya. ia tahu bahwa hal itu akan membuat istrinya kecewa. bukankah ini salah satu cara agar mereka tetap terhubung, tetapi kalau alasannya sibuk bekerja, hal itu terdengar menyakitkan. 

"tidak papa. aku akan mencoba mengerti keadaanmu. kalau begitu aku istirahat dulu disini sudah larut malam." pamit Shabira pada suaminya. Rayyan pun menjawab dengan anggukan singkat saja.

Shabira menutup teleponnya dengan perasaan kesal. tak bisa dipungkiri, ia juga ingin bertemu langsung dengan suaminya. walau mereka sering berkomunikasi melalui media telepon tetapi rasanya masih ada yang kurang. ia ingin dia yang nyata, bukan hanya sekedar suara.

Shabira memutuskan untuk tidur saja karena besok ada jadwal kuliah dari pagi hingga sore. dia mencoba mengikhlaskan segalanya. mencoba memahami keadaan itulah kuncinya. 

benar saja, beberapa hari ini Shabira tak bisa menghubungi suaminya sama sekali. yang ia lakukan hanyalah terus berdoa agar ditenangkan hatinya dan tidak berburuk sangka. ia akan teurs percaya pada suaminya. 

"Dek, kamu gak papa kan? akhir-akhir ini aku lihat kamu melamun terus." tanya Kak Naura pada Shabira. 

mungkin karena ia sudah tak mampu menahan semuanya sendiri, ia pun akhirnya bercerita. dia mengeluarkan semua yang mengganjal di benaknya pada kak Naura. tidak bisa ia pungkiri bahwa semua ini terasa berat baginya. 

"Sabar ya Dek. waktu Allah itu pasti indah. nanti pasti kamu akan dipertemukan dengan suamimu." ucap Kak Naura mencoba menenangkan. aku pun mengangguk saja sebagai jawaban. 

karena pikiranku terlalu suntuk, akupun memutuskan untuk mengajak jalan-jalan Shaquille di jalanan depan. mungkin saja dengan begitu aku bisa sedikit menghilangkan beban di benak ini. 

sore itu suasana jalan di perumahan tempat kak  Naura tinggal begitu sepi. tak banyak orang yang beraktivitas di luar rumah sore ini. akupun berjalan dengan santai sembari mendorong stroller Shaquille.

beberapa lama aku berjalan, seseorang menghadang jalan kami. dia seorang lelaki yang memakai pakaian serba hitam. aku terkejut begitu melihatnya. aku hendak berputar arah tetapi dia menahan strollernya. 

"who are u? what do you want?" tanyaku pada lelaki misterius itu walaupun aku sedang panik dan ketakutan.

lelaki itu tak menjawab dan malah mencari sesuatu dari balik jaket hitamnya. Shabira berjingkat dan bersiap untuk melarikan diri. ia takut kalau saja lelaki itu mengeluarkan sebuah senjata tajam.

"what are u doing? I'll scream if you do something that can injure me." ancamku pada lelaki itu. tapi lagi-lagi tak direspon olehnya.

kemudian dia seperti menemuakan benda yang dicarinya dan siap mengeluarkannya. Shabira menahan erat stroller dan perlahan beringsut ke belakang. 

tapi betapa terkejutnya ia ketika sebuah bunga mawar merah sudah ada di hadapannya. lelaki itu memberikannya pada Shabira. perempuan itu tampak kebingungan dan masih menatap lelaki itu waspada.

perlahan lelaki itu melepaskan topi dan maskernya. Shabira tampak terus menatap lelaki itu waspada. 

"Kak Ray." gumam Shabira ketika lelaki itu sudah menampakkan wajahnya dan tersenyum pada Shabira.

"Assalamualaikum istriku. aku merindukanmu." ucap Rayyan pada istrinya. tanpa aba ia pun mendekat dan memeluk istrinya erat. walau sedikit canggung karena ini pertama kalinya mereka berdekatan seperti ini.

"waalaikumsalam Kak. kenapa harus mengejutkanku seperti ini?" protes Shabira pada suaminya. ia pun mencubit perut suaminya hingga berteriak kegelian.

"maaf sayang, aku hanya ingin membuat kejutan untukmu." ujarnya begitu santai sedangkan Shabira sedang kesal padanya.

"udah dong ngambeknya, aku jauh-jauh kesini buat ketemu kamu loh. dikasih pelukan kek atau senyuman bukannya dikasih muka cemberut." oceh Rayyan dengan nada seperti bocah yang tak mendapat uang jajan dari orangtuanya. Shabira pun tak mampu menahan tawanya melihat tingkah suaminya.

"yaudah sini peluk."ujar Shabira kembali mengeratkan pelukan pada suaminya.

Rindu itu memang berat. apalagi merindukan seseorang yang sudah halal bagi kita. Rayyan yang tak mampu menahan rindu begitu lama pun akhirnya memutuskan untuk datang menemui istrinya. dengan berbagai cara ia lakukan agar ia bisa bertemudengan istrinya disini.

beberapa hari lalu sebenarnya ia disibukkan dengan urusan pekerjaan yang harus ia selesaikan, sehingga ia bisa mengambil cuti lama. usaha yang dilakukannya tak sia-sia. ia akhirnya bisa bertemu dengan tulang rusuknya. lelah yang tadinya mendera luruh begitu saja melihat senyum dari perempuan yang dicintainya itu.

***

Thanks for reading :)

Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang