part 25 - Akhir bahagia

660 24 2
                                    

Shabira tentunya tak menyangka semua akan berakhir seindah ini. Duka dan luka yang telah ia rasakan selama ini telah berubah menjadi suka cita. Asa yang terus ia rajut menepis segala Luka yang ada sehingga cinta datang melalui Ridha-Nya. Kisahnya belum berakhir sampai disini. Masih banyak yang harus mereka usahakan, masih banyak yang harus mereka lewati tetapi dengan kata Kita semua menjadi lebih mudah.

Mereka dipertemukan, dipisahkan dan disatukan kembali oleh kehendak-Nya. Sajauh apapun, setidak mungkin apapun itu jika Allah mengendaki mereka berjodoh maka tidak mustahil bagi mereka untuk kembali bersama.

Kini mereka telah bersama kembali. Setelah melewati hubungan jarak jauh yang cukup menyiksa tapi mereka mampu melewatinya dengan baik. Walau Rayyan harus rela bolak balik Mesir - Indonesia demi menemui sang istri yang sedang berkuliah disana.

Setelah empat tahun, kini Shabira kembali ke Indonesia dan memulai peran seutuhnya sebagai seorang istri. Dia akan selalu berada di samping Rayyan dan mendukung suaminya itu. Selain itu ia juga bekerja di pondok pesantren tempat ia bersekolah dulu. Ia senang bisa kembali kesana sebagai guru. Ia akan mengabdikn dirinya disana, di tempat ia menggali ilmu.

" Sayang, Kamu mau berangkat bareng aja gak?" Tanya Rayyan pada Shabira yang sedang berganti pakaian.

" Iyaa Mas, sebentar aku pakai jilbab dulu." Ucap shabira berteriak dari kamar atas.

Rayyan pun dengan sabar menunggu istrinya sembari mengecek e-mail masuk di ponselnya. Tak lama Shabira pun datang menghampiri suaminya dengan dandanan yang sudah rapi.

"ayo Mas." Ajak Shabira. Suaminya langsung menutup ponsel dan memasukkan kembali ke dalam saku celananya.

Baru saja sampai ambang pintu, Shabira merasakan sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya. Ia pun berbalik dan berlari menuju kamar mandi. Rayyan pun ikut panik dan mengejar istrinya. Dari luar  Rayyan mendengar istrinya muntah - muntah.

" sayang, kamu kenapa? Mana yang sakit?" Tanya Rayyan pada istrinya sembari menyerahkan segelas air putih pada Bira.

" tidak tau mas, tiba- tiba perutku mual." Jelas Bira pada suaminya. Ia pun juga tak tau apa yang terjadi pada dirinya.

" kita ke rumah sakit saja ya?" Tawar Rayyan pada Bira, tapi istrinya itu menggeleng pelan.

" tidak usah mas, nanti aku usap minyak angin saja. Mungkin hanya telat makan atau masuk angin biasa. Kita berangkat saja sekarang ya mas." Ajak Shabira pada suaminya. Dengan berat hati Rayyan pun menyetujui perkataan istrinya. Ia masih khawatir dengan keadaan istrinya itu.

" Kamu benar- benar tak apa?" Tanya Rayyan pada istrinya. Ia menggenggam tangan istrinya dan menatapnya cemas.

" Mas, aku tidak papa. Aku akan istirahat jika aku benar-benar sakit nanti. Oke?" Hibur Shabira sembari tersenyum pada suaminya.

" hubungi aku kalau ada apa- apa ya." Ucap Rayyan sebelum Shabira turun dari mobil. Shabira mengangguk pelan pada suaminya kemudian menyalami tangan Rayyan dengan hormat.

Bira masuk ke kelas dan mengajar seperti biasa. Rasa mual kembali mendera tapi ia bisa menahannya. Ia bertahan sampai jam istirahat pertama berbunyi. Selepas itu ia segera berlari ke kamar mandi. Rasanya lemas sekali. Ia berjalan gontai menuju ruang guru.

"Kamu sakit ya Bi?" Tanya Aisha, salah satu guru juga disana. Bira menggeleng pelan. Tapi tak lama badannya terasa lemas dan tak ada kekuatan sama sekali. Matanya pun gelap dan kesadarannya pun hilang.

***

B

ira mengerjap-ngerjapkan matanya, dia melihat semua yang ada di depannya berwarna putih. Dia belum menyadari kalau sedang dirawat di rumah sakit. Tai ia sudah mencium bau obat-obatan di sekitarnya. Kepalanya masih pening, dengan susah payah ia berusaha untuk duduk di ranjang.

" Sayang, kamu sudah bangun?" Tanya suaminya yang baru saja datang dari arah pintu luar. Di tanganya ia membawa kresek putih berisi obat miliknya.

"Kenapa aku bisa disini mas?" Tanya Bira kebingungan. Seingatnya Dia masih ada di kantor guru tadi.

" tadi kamu pingsan Bi, Aisha dan Rena yang mengantarmu kesini tadi." Jelas suaminya.

"Lalu aku sakit apa mas?" Tanya Bira pada suaminya. Bukannya menjawab laki- laki itu malah tersenyum pada istrinya. Tentu saja Bira bingung dengan tingkah suaminya.

"Mas ada apa? Kok malah senyum gitu?" Tanya Bira lagi penasaran.

" kamu hamil sayang. Kita akan mrnjadi orangtua sebentar lagi." Ucapnya dengan nada bahagia. Bir terdiam sejenak lalu menghambur di pelukan suaminya. Dia menangis terharu atas karunia Allah yang sungguh tak terduga ini.

"Masya Allah. Alhamdulillah ya mas." Ucap Shabira dengan penuh rasa syukur.

" mulai saat ini aku akan menjagamu dan calon anak kita lebih baik lagi." Ucap Rayyan dengan nada serius seraya menggenggam lembut tangan istrinya.

" Terimakasih Ayah." Ucap Bira sembari tersenyum lembut pada sang suami.

Betapa senangnya mereka. Keluarga mereka sebentar lagi akan utuh dengan kehadiran sang buah hati. Karunia yang mereka tunggu-tunggu sejak tahun lalu tetapi Mereka yakin bahwa rencana Allah itu Indah. Semua ada waktunya, Allah tau waktu yang tepat untuk kita. Jadi Sabar adalah kunci dari segalanya.

Jikalau kita masih belum mendapat jodoh diusia seperti ini mungkin Allah masih ingin kita memperbaiki diri agar yang datang pada kita juga jodoh yang baik. Jikalau kita belum diberi momongan padahal sudah lama menikah, tenang. Mungkin Allah masih ingin kita mempersiapkan diri dengan matang sebagai orangtua. Sabar dan terus berikhtiar agar Allah memberi kenikmatan tersebut. Allah Maha Segala-galanya. Dia tahu yang mana yang terbaik untuk hambanya dan juga Dia tahu waktu yang Indah untuk setiap hamba - Nya.

***
End.

Shabira ( Cinta, Asa dan Luka) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang