14. Sisi lain

14.7K 982 39
                                    

Alooo beibers gengs..
Bintang sama komen gratiss loch
Happy reading xixi

•••••

Mobil Arega berjalan dengan kecepatan rata-rata menyusuri jalanan yang lenggang. Disampingnya kini ada seorang gadis tengah menekuk wajahnya sebal. Entah apa yang membuat suasana gadis itu buruk, mungkin karena kakinya yang terkilir dan itu juga disebabkan oleh kecerobohannya sendiri.

Arega juga tidak terlalu mengambil pusing, tujuannya adalah membawa gadis keras kepala ini kepada ibunya.

Tetapi tiba-tiba saja muncul 2 mobil yang berhenti mendadak di depan dan samping kanan mobil Arega. Hampir saja ia menabrak trotoar jalan di samping kirinya.

"Awwww... Rega pala gue bego," protes Rena ketika kepalanya nyaris terhantam dasboard mobil. Arega hanya diam melirik Rena sekilas sebelum seseorang menggedor kaca mobilnya dengan keras.

"Diem disini," tegas Arega.

Sedikit menahan amarah. Ia keluar dari dalam mobilnya dan meninggalkan Rena sendiri di dalam mobil itu.

"Masih belum puas kalah?," ujar Rega menatap lawan bicaranya dengan sinis.

"Lo jangan seneng dulu. Gue yakin hari ini lo ngga akan menang. Habisi dia!," titah Edzard kepada para anak buahnya yang kurang lebih 15 orang.

Padangan Arega langsung tersorot pada musuh-musuh yang ada di depannya, 7 diantaranya adalah bodyguard milik keluarga Edzard dan sisanya adalah anak buah genk Edzard. Arega berusaha keras menghalau dan membalas setiap pukulan yang menghantam nya. Tapi ia sudah menduga nya, bahwa ia kalah jumlah.

Melihat keadaan Arega membuat Edzard tersenyum puas. Tapi ia sedikit mendesah kecewa tak bisa menyaksikan pemandangan itu terlalu lama. Ada hal penting yang harus ia selesaikan. Edzard pergi meninggalkan tempat itu melesat dengan cepat.

Arega harus pasrah menerima bogeman dan pukulan yang mengenai sekujur badannya. Tapi hanya satu yang membuat Arega khawatir jangan sampai mereka semua tau, keberadaan Rena. Arega mencoba agar tidak terlalu melawan agar mereka segera pergi.

Tapi Arega langsung menolehkan kepalanya ketika gadis bodoh itu berteriak dan keluar dari dalam mobil, yang tentu saja mengalihkan perhatian semua orang yang ada disitu.

"Kalo kalian berani, jangan main keroyokan!"

•••••

Moyna baru saja keluar dari cafe favoritnya, tiba-tiba datang Calvin yang menghadang jalannya. Moyna berdecak dan menghadiahkan jitakan manis di kepala cowok bermanik mata hazel itu.

"Kok lo jitak pala gue sih Moy?," dengus Calvin mengusap kepalanya yang sedikit terasa sakit.

"Lo bisa jalan ngga sih? Jalan masih luas ngapain lo ambil jalan gue?," omel Moyna.

"Gue mau minta tolong sama lo. Penting banget, bantuin gue ya," pinta Calvin dengan tatapan penuh harap. Moyna memandang aneh Calvin, tetapi kemudian gadis berambut coklat itu mengangguk, mengiyakan.

"Ikut gue." Calvin menarik Moyna untuk ikut dengannya.

"Buset.. santai nariknya. Gue bukan sapi," gerutu Moyna ketika Calvin menyeretnya dengan kuat.

"Ini penting banget Moy. Cuma lo satu-satunya harapan gue," ucap Calvin.

"Apaan sih lo? Jangan lebay dah," ujar Moyna.

"Bantuin gue buat deketin Rena."

Moyna mencoba mencerna kata-kata Calvin dengan sepenuh tenaga. Memastikan secara rinci apakah telinganya berfungsi dengan normal.

"Ha?"

"i"

"Hah?!"

"Ngapain si lo Moy! jigong lo kemana-mana," cerca Calvin.

*Plak!

Satu ayunan tangan itu mendarat sempurna di pelipis Calvin yang tak berdosa.

"Tangan lo moy damage nya kerasa banget," ujar Calvin mengusap bekas telapak tangan Moyna.

"Gue serius pinpin! Dalam rangka apa lo suka sama Rena? Dia sahabat gue ya. Jangan samain dia sama mantan-mantan cabe lo!," terang Moyna menatap tajam Calvin.

"Kali ini gue serius Moy. Sepanjang kehidupan gue, gue ngga pernah minta tolong buat deketin cewe," ungkap Calvin.

"Hm. Jadi?"

"Huhh, iya gue bantuin."

•••••

Rena menatap takut-takut sorot mata Arega yang sayu namun sangat tajam. Apalagi tatapan itu saat ini sedang tertuju kepadanya, ia benar-benar tak bisa berkutik sekarang. Setelah kejadian sok heroik yang dilakukan Rena bukannya membuat suasana lebih baik tetapi malah memporak-porandakan rencana Arega. Dan berakhir lah mereka yang dibawa oleh para anak buah Edzard ke suatu tempat yang sangat asing. Ini semua karena gadis ceroboh sok pintar yang menghancurkan segalanya.

Coba saja, Rena mau menuruti ucapannya untuk tetap di dala mobil. Keduanya tak akan berakhir seperti ini.

"Turun!" sentak seorang pria bertubuh kekar yang menarik paksa tangan Rena. Kedua tangan Arega terikat begitu pula dengan Rena. Mereka digiring ke sebuah gedung tua kosong yang masih terlihat kokoh. Rena meneguk saliva kasar ketika melihat gedung di hadapannya. Dengan kasar, mereka mendorong Arega dan Rena ke dalam sebuah ruangan kosong yang gelap kemudian mengunci pintu itu, lalu pergi meninggalkan keduanya.

"Shit!" Arega mengumpat kesal ketika mereka melemparkan tubuh nya begitu saja di lantai. Bukanlah hal sulit untuk Arega melepaskan ikatan tali kecil itu cukup sedikit tarikan simpul tali itu lepas dengan sendirinya.

Arega menatap Rena yang sepertinya tengah terdiam dengan pandangan lurus ke bawah. Ia mendekat mencoba melepaskan ikatan di tangan gadis itu, tetapi gadis itu malah melangkah mundur menjauhinya.

Arega mengernyitkan dahinya bingung, apa yang terjadi dengan gadis ini? Arega tetap saja mencoba mendekat kearah gadis itu walaupun cahaya yang benar-benar minim karena hari yang sudah mulai gelap.

"Pergi!!"

"Mundur jangan deket-deket gue!," desis Rena semakin menjauh dari Arega.

"Jangan deket-deket gue.. Gue takut *hiks.. Mereka jahat! Mereka semua nyakitin gue!..." lirih Rena

"Arkkkhhhh.. Jangan mendekat!!!," jerit Rena mencengkram kedua telinganya, kemudian tubuhnya luruh ke lantai.

Arega berdiri tergugu di tempatnya. Ia mendengar semua kata yang keluar dari bibir Rena. Perlahan ia melangkah mendekat melihat Rena yang sudah dipenuhi keringat dingin di sekujur tubuhnya. Ia merengkuh tubuh mungil yang kini tengah bergetar hebat, racauan kecil terus keluar dari bibir mungil Irena.

Rena adalah penderita Cenotophobia / Kenophobia adalah takut akan ruangan yang kosong. Phobia ini muncul dari kombinasi peristiwa kejadian traumatis atau juga genetika.

Biasanya kejadian trauma sejak dini. Itulah sebabnya mengapa Rena sangat trauma jika berhubungan dengan pemaksaan dan kekerasan. Padahal ia sudah berusaha menghilangkan trauma itu tapi selalu gagal. Meski ia melatih sikapnya untuk bersikap kasar pula. Ia sudah sangat jauh dari dirinya yang sesungguhnya. Ia tak sekuat dan seberani yang terlihat.

Baiklah kali ini, Arega tidak bisa menyangkalnya lagi ia khawatir dengan gadis itu.

Arega semakin panik ketika merasakan suhu tubuh gadis itu semakin dingin. Bibir nya menggigil juga terlihat sangat pucat.

"Re--ga.. di--ngin," lirih Rena.

Rega mendekap tubuh itu semakin erat. Memangku tubuh kecil itu membuat tubuh kecil itu meringkuk seperti bayi.

"Ssstt.. gue disini. Lo jangan takut."

"Maaf. Harusnya lo ngga jadi kaya gini."

"Bertahan buat gue."

______________


To be Continued 


Chippi

Arega✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang