37. Cowok Kuat

5.3K 297 9
                                    

Selamat membaca beibers..

***

Tubuh Rena membeku diam terpaku dalam keheningan. Pandangan matanya kosong mengarah lurus ke depan. Otaknya tengah sibuk mencerna ucapan yang baru saja di tangkap oleh indra pendengarannya. Dilema memenuhi relung hati. Sebuah lem perekat seakan membungkam mulutnya agar bisa terbuka untuk mengucap sepatah kata.

"Ahahahaha.. ngga usah tegang gitu kali Na. Gue cuma becanda doang.. serius amat. Tapi kalo mau serius ya nggak papa banget."

Suara tawa receh itu seketika mencairkan suasana. Reflek sebuah pukulan melayang mendarat tepat pada bahu lelaki yang larut dalam tawanya sendiri.

"Apaasih vin! Ngga lucu tau," kata Rena dengan wajah sebal.

"Yah kok ngga lucu sih gagal dong jadi badut."

"Engga deng hahaha lucu banget sampek pengen salto," sahut Rena terlihat terpaksa.

"Agak keliatan ngga ikhlas ya."

"Eh udah bel masuk tuh. Masuk yuk!," ajak Rena tatkala mendengar bel telah berbunyi.

"Duluan deh kaya ngga tau Calvin aja."

"Mau bolos kemana si Vin? Mau godain mbak jualan nasi pecel depan, iya?"

"Ya gimana Na kecantikan Mbak Narti yang paripurna memabukkan diriku," jawab Calvin sangat mendramatisir.

"Awas aja dimarahin suaminya," pesan Rena memperingatkan Calvin.

"Untung Mbak Narti janda."

Tawa keduanya menyatu. Mereka berdua sama-sama melepas kebahagiaan masing-masing melupakan sejenak rasa sakit yang tengah bersarang di dalam hati.

***

Sekelompok remaja laki-laki tengah berkumpul pada sebuah ruangan ber dominan hitam. Ruangan itu nampak gelap meski siang hari. Tak sembarang orang bisa masuk ke sana. Bahkan sorot matahari pun tidak diijinkan menyinari ruangan misterius itu.

"Apa lo yakin rencana ini bakalan berhasil Ga?," tanya Arion.

Arega beralih menatap Arion hanya beberapa detik lalu membuang pandangan ke arah lain. Tangannya terulur mengambil seputung rokok mengapitnya dengan kedua bibir seraya memantik korek api lalu menghisapnya dalam.

"Menurut gue rencana Arega ini udah bener. Kita cuma butuh sabar buat nunggu umpan di makan," ucap Nathan.

"Tapi gue udah gedeg liat berbi plastik gabung mulu sama kita," ucap Kenzo.

"Dih yaudah lu aja sono jangan ikut kita," tangkas Bastian membuat Kenzo melayangkan tatapan tajamnya.

"Kamu kok jahat sih mas? Dek Jojo salah apa?," ucap Kenzo memasang raut muka seperti ingin menangis.

"Amit-amit najong banget lo ken."

Bastian bergidik ngeri, ia mengusap leher belakang nya yang terasa merinding melihat tingkah genit dari Kenzo. Sementara Kenzo semakin gencar menggoda Bastian, ia mengedip-ngedipkan mata beberapa kali lalu memberikan cium jauh untuk Bastian.

"Najis banget lo berdua. Kita lagi rapat serius jangan malah nge gay disini," kata Danial.

"Tau dah ngga jelas lo berdua," tambah Nathan.

"Cukup. Kita semua nunggu komando dari lo, Ga." tegas Arion.

"Ikutin aja alur gue," ucap Arega mulai angkat bicara di tengah perdebatan teman-temannya.

***

Beberapa hari lalu Rena memang sempat membolos masuk kerja. Penyebab utamanya tak lain dan tak bukan adalah Arega. Entah apa yang merasuki lelaki itu hingga sifatnya sangat mudah berubah-ubah seperti ramalan cuaca. Kadang hujan, kadang panas, kadang lagi mendung.

Begitu juga dengan sikap Arega bisa tiba-tiba berubah menjadi mode baik, bisa juga berubah menjadi mode senggol bacok secara drastis. Lelaki itu terlalu sulit untuk di tebak. Sudahlah biarkan saja, memikirkan lelaki itu akan membuat kepala kalian pusing.

"Sulit dimengerti, tapi semoga kamu tidak dipertermukan dengan mahluk seperti dia."

Hari ini Rena ingin kembali pada pekerjaannya. Memenuhi tanggung jawabnya sebagai pelayan Cafe seperti biasanya. Bertemu orang-orang baru setiap harinya percayalah itu sangat menyenangkan daripada hanya berbaring di atas ranjang sepanjang waktu. Bonus tambahan nya ia juga dapat mendapat uang demi memenuhi kebutuhannya sendiri.

"Ai. Lo kemana aja sih hampir seminggu ngga masuk?," tanya Cika teman kerja Rena. Saat bekerja Rena memang sering dipanggil Airen itu semua berawal dari tante Sarah yang sering memanggilnya begitu. Umur Rena dan Cika memang terpaut sedikit jauh tapi Cika sendiri yang tidak suka dituakan.

"Ada urusan dikit Cik."

"Gue kira lo mau resign buat fokus sekolah."

"Tenang masih aman kok. Lo tuh kapan mau di halalin sama bang barista depan kayanya udah saling falling in love nih apalagi pas gak ada gue kan. Gak ada nyamuk."

"Bocil tau apasih.."

Keduanya saling tertawa sebelum suara bariton membuat perhatian mereka seketika teralih.

"Airen.. Tolong anter ke meja nomor 8 ya," ucap seorang barista lelaki yang berumur tak jauh diatasnya.

"Siap bang," teriak Lusya dari dalam dapur.

"Ditunggu kabar baiknya," bisik Lusya sebelum meninggalkan Cika yang hampir melemar teflon padanya.

Rena membawa secangkir kopi americano di atas nampannya menuju meja pemesan. Tak lupa seraya mengumbar senyum manis.

Ketika menyapa beberapa pengunjung. Rena memang dikenal sangat ramah dan bak ketika melayani semua pengunjung.

"Permisi.. kopi americano," ucap Rena.

Pengunjung itu hanya mengangguk sebagai jawaban, pandangannya fokus terhadap laptop di hadapannya tanpa beralih sedikitpun. Rena memperhatikan pengunjung lelaki ini, hingga tatapan kagetnya jatuh pada pergelangan tangan lelaki itu yang basah oleh darah hingga menembus kain jaket yang ia kenakan.

"Astaga maaf tangan anda terluka. Tolong tunggu sebentar."

Lelaki itu melihat tangannya sendiri dengan santai. Sedangkan Rena malah kelabakan berusaha mencari kotak P3K.

Beberapa saat kemudian Rena kembali dengan sedikit tergopoh membawa kotak putih di tangannya. Nafasnya memburu karena sempat berlari-larian merasa panik.

"Gak usah panik. Tangan gue cuma sobek doang."

"Hah sobek doang? Maksudnya doang tapi darahnya sampek kemana-mana gitu?"

Lelaki itu hanya diam menatap datar gadis di depannya. Rena duduk di kursi kosong lelaki asing itu.

"Maaf bisa buka dulu ngga jaketnya."

Pengunjung itu menurut saja, membuka jaketnya yang sudah basah oleh darah di bagian tangan kirinya. Rena sedikit meringis ngeri saat melihat luka sobekan yang lumayan panjang.

Dengan penuh hati-hati ia menuangkan cairan alkohol pada kapas menyapukan pelan di area luka itu menghilang bercak darah yang mengering. Setelah cukup bersih, ia membalutnya dengan kasa putih hingga luka itu tertutupi dengan sempurna. Sebagai sentuhan akhir, ia menempelkan sticker khusus luka berwarna biru bergambar dinosaurus.

"Maaf ya adanya cuma yang ini," ucap Rena saat menempelkan sticker anak-anak itu.

"Hm. Makasih," ucap lelaki itu singkat. Rena mengangguk seraya tersenyum ia menutup kembali kotak P3Knya berniat ingin beranjak dari tempatnya.

"Nama lo? Siapa?"

"Irena.. panggil aja Rena," jawab Rena.

"Gue... Edzard."

_____________

Thanks for reading <3
To be continued

Chippi

Arega✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang