PROLOG

22.2K 1.7K 56
                                    

Aku melangkah lunglai keluar dari ruang rapat dengan wajah kecut. Kututup kembali pintu ruangan itu dan berjalan pelan menuju pintu depan. Terlihat mbak Vero yang selalu mengisi kursinya di meja resepsionis gedung ini, ia tersenyum ramah saat mata kami bertemu.

"Udah mau balik, Ran?" tanya mba Vero membuka pembicaraan.

Aku mengangguk dan tersenyum meringis, "Banyak tugas yang harus diselesaikan, mbak. Tugas pelajaran sejarah itu ngga satu dua halaman folio," jawabku kecut. Ia hanya tertawa ringan dan melambai tangan padaku. Selangkah lagi kakiku menyentuh parkiran gedung, sebuah suara memanggilku dari kejauhan, membuatku menoleh padanya. Mas Ringgan berjalan cepat dan berhenti tepat di depanku, ia menyerahkan sebuah berkas tipis.

"Lo ninggalin draft untuk video pelajaran sejarah, nih. Untung gue sekalian pulang juga, jangan lupa bulan ini selesain tiga video ya untuk stok, biar bulan depan ngga perlu banyak kerjaan buat videonya," jelasnya sembari menyeka peluh di dahi. Udara kota Jakarta sore ini memang sangat panas, aku sedari tadi juga mengipas-ngipasi diriku. Sudah bukan hal luar biasa apabila Jakarta masih gerah bahkan ketika waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.

"Oh, makasih mas. Maaf udah ngerepotin," jawabku sambil menunduk kecil. Meskipun ia cukup supel dan terlihat pengertian, ia tetap delapan tahun lebih tua dariku dan dia adalah senior yang paling dihormati di pusat bimbingan belajar tempatku bekerja sebagai pengajar kontrak.

"Iya, hati-hati ya," balasnya singkat lalu meninggalkanku menuju kenderaannya. Aku segera menggulung berkas tipis yang kuterima dan memasukkannya dalam ranselku, menghidupkan sepeda motor yang sudah menemani suka dukaku sebagai mahasiswa ilmu sejarah di sebuah unversitas negeri di Jakarta, dan mulai membawanya pulang.

***

Buku-buku tebal dengan sampul cokelat dan krem terlihat berserakan di kamarku. Kuletakkan ranselku di atas meja belajar yang kosong- tidak ada buku atau alat tulis apapun di atas meja itu karena aku lebih suka bekerja di lantai dekat tempat tidurku yang rendah menggunakan meja lipat kecil. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur dan menatap langit-langit kamar. Sebagai mahasiswa akhir yang masih harus menyelesaikan beberapa mata kuliah sebelum benar-benar menghadapi skripsi, aku sudah merasa kelelahan dengan tugas-tugas- terutama tugas artikel dan analisis- terhadap banyak kejadian sejarah, baik nasional maupun global. Kepalaku seperti tidak mampu lagi menampung informasi yang berhubungan dengan siapa dalang sebenarnya dibalik G30S PKI, atau apakah benar Ratu Marie Antoinette tidak peduli dengan kondisi rakyatnya ketika Perancis mengalami krisis, atau berapa kali perang salib sebenarnya terjadi.

Sungguh.

Aku suka sejarah, namun bila belajar dibawah tekanan seperti ini rasanya aku hanya mampu mengetahui semua itu selama proses belajar tanpa benar-benar memahami. Kemudian setelah mata kuliah itu selesai aku yakin semua pelajaran yang kudapatkan akan menguap bersamaan dengan pengumuman nilai mata kuliah yang keluar melalui laman akademik kampus. Ya, mungkin ini hanyalah alasan yang kubuat untuk membuat diri terasa lebih baik. Manusia memang selalu mencari tempat untuk disalahkan, bukan? Padahal aku sadar, daripada mengeluh lebih baik diam dan bekerja. Tapi, apakah ada manusia yang tidak pernah mengeluh? Aku percaya manusia mengeluh karena manusia hanyalah manusia.

Ah, pikiranku semakin kacau.

Aku menurunkan suhu pendingin ruangan agar gerahku berkurang lebih cepat. Sungguh Jakarta sangat panas, dan aku sangat lelah. Tugas yang diberikan oleh pusat bimbingan belajar tempatku bekerja paruh waktu sebagai pengajar kontrak mata pelajaran sejarah juga menjadi seperti batu kerikil, terasa kecil namun sakit bila diinjak. Bimbingan belajar tersebut hendak membuat konsep baru dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu menciptakan kelas online yang bisa diikuti siapa saja dari lokasi mana saja seperti yang sudah diterapkan beberapa perusahaan start up di bidang pendidikan.

Rania van Batavia [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang