Aku benar-benar tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah madam Dorothy. Ada dua pengawal yang berjaga bergantian di depan pintu rumah setiap harinya selama dua puluh empat jam. Hanya aku yang tidak boleh keluar, namun madam Dorothy dapat keluar dan orang-orang luar dapat masuk ke dalam rumah. Untuk berjaga-jaga agar aku tak sendirian di rumah setiap kali madam Dorothy keluar, ia mempekerjakan seorang perempuan paruh baya kenalan mbok Sadikem.
Pagi ini aku kedatangan tamu, Sartono dan Sartika. Sartono sudah terlihat lebih sehat hari ini, meskipun memar di wajahnya belum benar-benar hilang. Madam Dorothy membawa mereka naik ke perpustakaan di lantai dua agar pengawal di bawah tak dapat mendengar obrolan kami. Saat pintu perpustakaan ditutup, Sartika segera berlari ke arahku dan memelukku erat, ia tersedu.
"Mengapa kau begitu nekat, Rania? Aku sangat ketakutan saat melihatmu di sana, kau tahu?" ujar Sartika terisak. Aku hanya mengelus pelan punggungnya.
"Maafkan aku, Sartika. Hanya itu cara yang dapat kulakukan untuk menyelamatkan kalian," jawabku pelan.
"Bagaimana kalau hakim itu tidak percaya dan kau malah dijebloskan ke penjara, Rania?!" ia semakin histeris.
"Ah, sudahlah, jangan menangis. Pengawal di bawah akan mendengar dan menyusul kita, kau mau diusir padahal baru tiba?" tanyaku berusaha menenangkan Sartika, kuhapus air mata yang mengalir di pipinya, ia mulai tenang.
Aku meminta mereka untuk duduk di sofa panjang dalam perpustakaan ini. Pekerja yang disewa madam Dorothy mengetuk dan membawa masuk tiga cangkir teh mint hangat dan setoples kue kering.
"Mengapa kau begitu cerdas, Rania?" suara Sartono rendah memulai pembicaraan.
Aku tersenyum, "Itulah kekuatan saat manusia terdesak, mas. Aku sudah memikirkan cukup banyak kemungkinan apabila aku melakukan hal ini."
"Apa itu artinya kau sudah menduga akan menjadi tahanan rumah dan kami akan bebas?"
"Untuk yang kedua, ya. Untuk yang pertama, tidak. Aku hanya meyakini apabila aku dikenal sebagai bagian dari bangsa Eropa maka hukuman yang akan kudapat tidak terlalu berat dibandingkan hukuman yang diberikan kepada pribumi. Kau tahu? Aku harus memanfaatkan perawakanku yang 'tidak-seperti-pribumi' ini untuk menyelamatkan kalian. Aku tak mau keluarga yang kusayangi di sini kesusahan," jelasku setengah berbisik, meskipun mereka jauh di bawah sana tetap saja aku takut mereka dapat mendengar pembicaraan kami.
"Kenapa kau lakukan itu? Bagaimana kalau nantinya mereka tahu bahwa kau berbohong?" tanya Sartika saat ia benar-benar berhenti menangis, ia menatapku cemas.
Aku meyakinkannya, "Tak apa, Sartika. Aku akan baik-baik saja, yang pasti mereka mempercayaiku sebagai gadis Indo. Itu sudah lebih dari cukup untuk mereka menentukan hukuman seperti apa yang kudapat bila aku ketahuan berbohong."
"Tidak semudah itu, Rania. Apabila kau ketahuan berbohong maka Hoesni pun akan terlibat karena memiliki hubungan yang dekat denganmu. Ia bahkan mengatakan bahwa kau memang gadis yang sedang hilang ingatan," sahut Sartono.
Aku terdiam, "Tetap saja ia akan bebas, mas. Pertama, ia mengatakan bahwa aku gadis yang hilang ingatan karena ia tahu dari siapa? Tentu dariku, maka bila aku ketahuan berbohong ia tak akan dirugikan. Kedua, ia berasal dari keluarga yang cukup dipandang di Batavia. Ada perbedaan yang cukup besar antara keluarga Hoesni dan keluarga kalian, mas. Meski kalian sama-sama terpandang dan sukses, Hoesni lebih tinggi dan lebih disegani karena ia memiliki darah Eropa dalam dirinya, dan mevrouw Bella merupakan wanita yang berpengaruh di kalangan para londo.
Lalu bagaimana dengan kalian, mas? Meski keluarga kalian cukup berpengaruh, kalian tetap tak dapat melepaskan sebutan pribumi pada diri kalian. Bergaul dengan para londo lantas tak membuat kalian menjadi bagian dari mereka, bukan begitu? Justru ini menguntungkan mereka apabila keluarga Kartosoerjawidjaja dalam masalah. Seluruh usaha keluarga kalian dapat diambil alih oleh pemerintah, apa kalian mau begitu? Yang kulakukan sudah tepat, mas, sudah dapat menyelamatkan banyak pihak," jelasku dengan tenang dan logis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania van Batavia [✔️]
Fiksi Sejarah# THE WATTYS WINNER 2021 IN HISTORICAL FICTION # Previous Title: "Namanya Hoesni" Aku Rania, seorang mahasiswi tahun akhir ilmu sejarah yang sangat menggemari kisah-kisah menakjubkan dari pergerakan nasional bangsa Indonesia pada masa kolonial. Semu...