"Ughh.." lenguhan gadis itu terdengar, bola mata cakrawala itu mengerjap lemah beberapa lagi.
Sayup-sayup terdengar langkah kaki yang tak jauh dari arahnya. Kewaspadaannya meningkat, lekas ia bangun, membersihkan debu-debu yang menempel pada bajunya lalu menatap sosok yang akan menghampirinya.
"Selamat datang di Menara. Gadis kecil."
Kewaspadaannya meningkat drastis, maniknya menangkap sosok kelinci bertubuh besar? dihadapannya. Lantas ia terkejut karena dirinya sama sekali tak pernah melihat makhluk seperti itu.
"Namaku Headon, penjaga dari Menara ini." Mahkluk bertubuh kelinci berucap seraya membawa tongkat yang menurut si gadis tersebut aneh.
Raut wajah bingung terpampang jelas di wajah sigadis. Headon mengerti, ia melangkah mendekati gadis itu. "Apa yang kau lakukan disini, Gadis kecil?"
Mendengar pertanyaan Headon tanpa ragu si gadis itu menjawab. "A-aku ingin mencari kakakku!"
"Kalau begitu Kau harus menaiki Menara."
Menara? Tapi buat apa?
"Menara tau semuanya, termasuk keberadaan kakakmu. Percayalah padaku." ucap Headon meyakinkan si gadis kecil.
Namun sedikit keraguan di hati gadis tersebut. Bagaimana jika dirinya hanya tersesat disini sementara kakaknya juga tidak ada disini? Oh ayolah, apa yang harus aku lakukan. Pikir gadis tersebut.
Headon bisa merasakan keraguan si gadis tersebut. "Kalau begitu, kau pulang saja sekarang. Ini waktu yang tepat."
Tidak, ia tidak akan pulang sebelum ia menemukan kakaknya. Ia beralih menatap Headon, sekelebat pertanyaan terlintas di benaknya, "bagaimana jika kau berbohong mengenai soal itu? bagaimana kau tau kalau Menara ini mengetahui keberadaan kakakku?"
"Kan sudah ku bilang, jika kau ingin mengetahui segalanya. Kau bisa menaiki menara. Semua jawabanmu akan terjawab di Menara ini."
Gadis tersebut diam, Headon mengarahkan tongkatnya kedepan. "Aturannya sederhana. Kau akan memasuki penjara itu."
Pagar-pagar menjulang tinggi seolah tanpa batas. Seekor raksasa belut tengah bebas melayang di udara. Namun anehnya gadis itu sama sekali tak takut.
"Kalau kau bisa menghancurkan bola itu sambil menghindari serangan belut baja putih, maka kau akan lulus."
"Apa kau akan mengikuti ujiannya gadis kecil?"
Dengan tatapan kosong gadis itu berjalan kedepan. "Jika aku menaiki menara, apa aku bisa bertemu kakak ku?"
"Tentu saja."
Tanpa ragu gadis itu menembus dinding pagar itu. Dan Headon cukup terkejut dengan keberanian si gadis tersebut.
Aku hanya perlu menghindarinya bukan? Tapi, bagaimana bisa? Belut ini besar sekali! Batin gadis tersebut histeris.
"Rachel bilang, jika kita tak mencobanya maka kita tak akan tau." Gumam gadis tersebut sementara Belut baja putih tersebut menatapnya lapar.
Ayolah! Sekarang bukan waktu yang tepat buat merenung!!
Belut tersebut menyerangnya, dengan gesit ia menghindar, lalu melompat ke tubuh belut raksasa tersebut.
Namun naas, saat ia hampir sampai dengan bola hitam tersebut, kibasan ekor belut menghantanya hingga terpental begitu jauh.
"Arkhhh -uhuk-" rasa sakit yang begitu luar biasa yang ia rasakan. Noda merah mngucur dan berserakan dimana-mana. Gadis itu terbatuk mengeluarkan darah, meringis menatap perutnya yang hampir mengeluarkan isi didalamnya.
Saat ia ingin berdiri, ia merasakan sakit yang bertambah dua kali lipat sebab beberapa tulang menusuk organ didalamnya. Gadis itu kembali tumbang. Kedua matanya mulai memberat seiring detik berjalan.
Samar-samar belut tersebut menghampirinya dengan tatapan ganas dan siap memakan gadis tersebut kapan saja. Ia tak bisa lagi kemana-mana, bahkan bergerak sedikit saja rasanya sudah sangat berat.
Sayup-sayup ia mendengar suara gadis yang berteriak memanggil namanya. Maniknya melirik sekejap, ia melihat bintang hidupnya sedang menangis tersedu-sedu disana.
"R-rachel.."
Grap!
Belut itu melahap gadis yang sekarat tanpa sisa sedikitpun. Saking laparnya, belut tersebut menjilat darah yang tersisa berserakan dimana-mana.
Tamat sudah riwayat hidup gadis mungil tersebut.
Headon turut berduka cita atas kepergian gadis tersebut. Ia akui keberanian gadis itu saat menghadapi belut berzirah tersebut.
"Nah, sekarang apa yang akan kau lakukan?" ucap Headon misterius.
***
"Ini dimana?" Saat membuka matanya ia dikejutkan di sebuah tempat yang gelap tanpa batas. Ia merasakan dirinya tengah melayang di udara.
"Kau sudah sadar?"
Suara asing ini, ia begitu kalap mencari siapa pemilik dari suara tersebut. Ia tak bisa melihat apa-apa disini, hanya ada rasa kehampaan saat ia melihat kegelapan ini. "Kau siapa?" ucapnya berusaha setenang mungkin.
"Aku ingin bertanya padamu, apa kau siap mengemban tugas seberat ini?"
Oh tidak! Apalagi ini?! Sungguh demi apapun gadis itu tak mengerti semua kejadian ini. Dam sekarang apa?! "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan!"
"Jika kau menerima tugas ini dengan senang hati, maka apa yang kau impikan akan terwujud."
Ia sama sekali tidak menginginkan apapun, ia hanya butuh Kakak disampingnya itu saja sudah sangat cukup baginya.
"Dan kau bisa bertemu dengan kakak mu."
D e g !
"Apa kau yakin??!"
"Ya, tapi berjanjilah untuk satu hal. Bahwa kau harus setia kepada dewa."
Belum sempat gadis itu menjawabnya, sebuah cahaya menelan habis gadis tersebut.
"Nah,kalau begitu Selamat jalan dewiku. [Name]."
***
Entah kenapa aku ngga pede sama ceritaku yang ini:< pengen unpub tapi ga jadi, yaudahlah demi kegabutanku yang sudah mendarah daging maka aku ngelanjutin cerita gaje ini TvT
Semoga kalian suka 'v'
Jangan lupa tinggalin jejak ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|
FanfictionTak pernah terpikir kan saat ia mendaki menara ini. Bingung, Risau, memilih eksistensi yang mau di sisinya. Rasa penasaranpun kian meluap, terjalnya disetiap lantai, beribu rintangan lika-liku yang di lewati, berusaha mencari jawaban atas keingin ta...