»» Season 2 ¦ Chapter 3

899 175 38
                                    

Jangan lupa untuk memutar lagu yang ada di atas ya^^

Terlalu diam mendadak bisu tak berucap. Keegoisan manusia hanya tertepati ketika apa yang ia inginkan tercapai, lupa kacang akan kulitnya. Lekas ia harus menyebutnya apa lagi?

Ingatan 6 tahun silam hanya sebuah pil pahit yang harus ia telan mentah-mentah. Goresan dihati walau kembali pudar namun kunjung meninggalkan bekas. Estetika visualnya berpendar kala mengingat gadis yang sangat ia sayangi.

Viole termenung diam sendiri, di bawah semilir angin malam yang menyejukkan. Membisikkan sebuah fatamorgana yang tidak akan pernah mungkin ia harapkan. Bisikan kalbu nan kelam didalam hati kecilnya bahwa ia sangat merindukan sosok adiknya.

Dirundung penyesalan yang teramat dalam, Viole menunduk lekas bertanya dalam hati, mengapa semua ini terjadi kepada dirinya yang bahkan tidak tahu menahu apa salahnya.

Sebuah rasa yang tak pernah ia kenal, kini menjadi bersarang dihatinya. Kesal- lebih tepatnya amarah yang bercampur menjadi bodoh, idiot, goblok!

Mengabaikan atensi adiknya, mengejar Sosok yang menjadi miliknya- yang ujung-ujungnya hanya dicampakkan begitu saja.

Ia berharap, setidaknya suatu saat ia ingin bertemu adiknya. Satu kesempatan pun maka ia benar -benar ingin memperbaikinya dengan benar. Nyaris sempurna- tak akan ada momen yang terlewatkan satupun dari nya. Hanya ingin menghabiskan waktu bersama saja.

Jikapun takdir tidak menghendakinya, ia pun tak bisa berbuat apa-apa selain dirinya jatuh terhuyung-huyung di tabah antah berantah-antah. Berpikir ia dapat bahagia selamanya, justru itu hanya stigma lelucon belaka- yang nantinya berharap terlalu tinggi akan merasa sakit seolah ditusuk dan dihujam ribuan pasak.

Menghela nafas, setitik rebas air mata keluar. Menyembunyikan semua kesedihannya dikala ia sendirian.

"Kakak~"

Suara lembut itu terus mengalun dan bergema dibenaknya. Membayangkan adiknya benar-benar disini bersamanya. Kali pun, ia tak akan membiarkannya menjauh darinya- hanya satu senti sedikitpun.

Malam kini, ia hanya ingin mengenang semua yang ia ingat di iringi dengan rasa penyesalan sekaligus rindu yang kini menggerogoti jiwanya.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

30 menit..

Hanya diam berkalut dalam pikiran masing-masing. Khun menatap pocketnya yang sudah menunjukkan pukul 14.46. Orang yang ia tunggu belum juga memunculkan batang hidungnya.

Manik kobalt itu menatap gadis yang tengah menatap gedung cakrawala disana. Duduk tak jauhan darinya, Khun bertanya, "kau tak ingin makan siang?"

Tak ada jawaban dari sigadis, Khun sudah terbiasa akan kebisuan gadis tersebut. Lekas ia berdiri dari tempat duduknya berniat memesan makanan manis untuk [Name].

Tapi, ia terpaksa berhenti kala gadis itu menarik bajunya. "Disini saja..."

Spontan Khun sedikit terkejut, sekian 3 tahun lamanya ia kini kembali bersuara, lembut mengalun di indra pendengaran khun. Birama jantungnya kini berdetak mulai cepat - Menatapnya dengan lembut, Khun menarik gadis bibirnya, "aku akan kembali."

[Name] menggeleng pelan, ia beralih mengenggam tangan khun menariknya untuk duduk kembali. "Tetap disini.." manik [e/c] itu tak menatap atensi Khun yanga di sampingnya. Namun, andai saja Khun tau, bahwa ia tak suka dikeramaian seperti ini.

"Aku akan disini, selama yang kau mau." Tatapan Khun menyendu seiring ia menghabiskan waktu bersama [Name].

[Name] menelungkupkan kepalanya diatas meja, tangan kananya masih setia menggenggam jari jemari Khun yang begitu hangat untuknya.

Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang