Headon menatap belut yang masih lahap menjilat sisa darah dari [Name]. Matanya menajam saat ia melihat tingkah laku belut yang sedikit aneh dari biasanya.
Ia terkejut, begitu belut itu memuntahkan seorang gadis yang tak sadarkan diri. Dan ia juga melihat, belut menunduk, menguyel-uyel badan [Name] seolah itu berusaha membuat [Name] terbangun?
Ia tak percaya juga apa yang ia lihat, seolah mukjizat itu datang memberi anugrah kepada gadis itu.
[Name] bangun, wajahnya ditekuk hingga Headon tak jelas dapat untuk melihatnya. Namun, satu hal yang pasti Headon yakini. Lukanya? Bagaimana bisa?
"Apa ia mungkin-"
Gadis itu sendiri juga terkejut saat tubuhnya menjadi semula. Padahal ia bisa merasakan sakit yang luar biasa tadi, dan sekarang lukanya bemar-benar regenerasi dan tak meninggalkan cacat sedikit pun.
Gadis itu menatap belut dihadapannya. Rasa sedih antara senang dapat [Name] rasakan dari makhluk raksasa tersebut. [Name] tersenyum tipis, membuat belut itu bersujud dihadapannya.
Sekali lagi, Headon tak percaya apa yang ia lihat.
[Name] berjalan mengarah bola hitam yang akan menjadi tujuan selanjutnya. Hanya dengan menyentuhnya, bola hitam tersebut benar-benar hancur berkeping-keping hingga habis tak tersisa.
Cahaya tersebut menghampiri [Name] dan membawa dirinya ke lantai selanjutnya.
Yah, Headon tak salah apa yang ia lihat hari ini. Ia menyeringai, semoga saja untuk kedepannya masa depan menara ini akan menjadi lebih baik.
Lahirnya kembali sang dewi pemusnah.
"Apa yang akan terjadi selanjutnya benar-benar membuatku tertarik, ya." Headon berucap menatap seseorang gadis yang ia kurung sedari tadi.
"Yah, tentu kau takkan bisa melihatnya." Headon menatap remeh si gadis yang tengah beringsut akibat pengaruh shinsu oleh Headon.
"Sekarang kau mengerti bukan? Alasan kenapa kau tak terpilih." Nafas gadis berbintiq (baca:syaland) terengah-rengah, ia berusaha untuk tenang, mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya.
"Ya ampun, shinsu sekecil itu membuatmu kesulitan. Kau itu terlalu lemah." Rachel tetap diam saat Headon mengeluarkan bakat menghujadnya.
"Kejelekan yang terpancar darimu benar-benar membuatku ingin muntah. Sama sekali tak mempesona!" Lagi, Rachel terpaksa menelan ocehan pahit dari Headon.
"Apapun yang kau katakan aku tetap ingin melihat bintang." ucap Rachel.
"Bukan! Kau itu hanya ingin menjadi bintang." Perkataan Headon seolah menyudutnya habis-habisan, gadis itu menunduk sendu.
"Kumohon-
Asal bisa mendaki menara, aku bersedia melakukan apapun." Rachel mendekati Headon, ia bersujud berharap bahwa ia bisa mendaki menara. "Kumohon.."
"Baiklah, aku menghargai kebodohan hakikimu, itu." Rachel terkesiap mendengar penuturan Headon. "Ayo, kita jalankan ujian khusus."
"Khusus?" beo Rachel tak mengerti.
"Kalau kau bisa membuat kehidupan mereka berakhir, aku akan mengizinkanmu mendaki menara. Kau harus mengakhiri cerita mereka di tanganmu sendiri." Mendengar penjelasan Headon membuat Rachel membelalak tak percaya.
"Itu... artinya kau ingin aku membunuh mereka?" tanya Rachel tak percaya.
"Kenapa kau terkejut? Padahal kau membuang mereka karena sudah tak membutuhkannya lagi."
"Itu-"
"Hanya kau seorang yang bisa memutuskannya." Sela Headon cepat, tak memberi kesempatan Rachel untuk berbicara.
Rachel berdiri menatap Headon kesal, "berikan aku senjata dan kekuatan juga. Bahkan Baam memiliki senjata sehebat itu, sementara gadis menyusahkan itu- dia, entah kenapa dia bisa mendapatkan kekuatan yang hebat. Ini tak adil!!" sergah Rachel tak terima.
Headon benar-benar jengkel dengan gadis keras kepala yang satu ini. Ia menyeringai sejenak. "Aku benar-benar benci pikiran bodohmu itu, sempit sekali!" Perkataan Headon barusan membuat Rachel kecewa. Namun segera ia tepis perasaan itu saat Headon memberikan mahkluk penjaga dari Neraka.
"Dia adalah penjagamu, sang penjaga Neraka. Untuk sekali ini saja, kau akan dihidupkan kembali."
.
.Yep, kuputuskan untuk mengikuti alur di anime/webtoonya :>
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|
FanfictionTak pernah terpikir kan saat ia mendaki menara ini. Bingung, Risau, memilih eksistensi yang mau di sisinya. Rasa penasaranpun kian meluap, terjalnya disetiap lantai, beribu rintangan lika-liku yang di lewati, berusaha mencari jawaban atas keingin ta...