Chapter 3

1.2K 243 36
                                    

Putar lagu yg ada diatas ya:^

Sekali lagi, aku dilahirkan kembali....

Hanya untuk, menjagamu.. dewaku.

-flashback-

Maniknya mentap sendu saat dua insan yang tengah asik berbicara riang tanpa dirinya. Hanya mampu bersembunyi dibalik batu, mendengar semua percakapan mereka dalam diam.

"Rachel, pertikaian itu apa?"

"Sudah kuberitahu sebelumnya, kan? Perbuatan yang didasarkan atas dendam tindakan saling menyakiti."

"Aku tidak mengerti."

[Name] masih setia bersembunyi di balik batu, mendengarkan semua pengetahuan yang Rachel katakan. Walau itu bukan tertuju untuknya.

Ia tak memiliki keberanian untuk menghampiri mereka. Terlebih lagi, Rachel selalu mengalihkan atensinya hanya untuk Baam. Dan itu sedikit menggeser posisinya. Bahkan semenjak kehadiran Rachel, Baam sedikit acuh padanya.

Yang di kepala Baam hanya ada Rachel, Rachel, Rachel, dan Rachel.

Hatinya terasa teriris setelah mengetahui fakta itu.

Ia menatap tangannya yang begitu kumal, sedari tadi ia bermain pasir dan membuat lukisan abstrak. Menghilangkan segala kekesalan yang ada di hatinya.

Dalam hati ia terus berargumen diri sendiri. Ia sadar akan diri karena tak mampu berbaur seperti Rachel. Dirinya hanyalah sebutir debu yang sama sekali tak dianggap. Haa sudahlah, memikirkannya saja membuat ia sedih.

"Jadi kak, dimata mu aku ini apa?" Gumamnya kecil yang tidak dapat didengar oleh siapapun.

-flashback off-

...

Awalnya ia sangat kebingungan saat ia sudah berada si tempat asing dan terang. Maniknya [e/c] nya menatap langit biru yang membentang luas. Sempat kepikiran, apakah ini langit yang pernah dibicarakan oleh Rachel?

Tatapan lalu berahlih salah satu rumput yang melekat pada tangannya. Ia mengambilnya, bingung sendiri dengan benda apa yang ia pegang dan lihat. Tanpa ba bi bu ia memakan rumput tersebut.

Seketika ia memuntahkan rumput itu, rasa pahit menggerogoti lidah membuatnya mual. "Ugh,, pahit."

"Tes mik.. tes mik.."

Sebuah benda berbentuk kotak melayang di udara. "Halo para Regular."

"Selamat datang di lantai kedua Menara. Disini kepantasan kalian menaiki menara akan di uji."

"Baiklah, mari langsung kita mulai ujian yang pertama."

"Aturannya sederhana. Ada 400 Regular disini. Silahkan kurangi jumlahnya 200 sebelum waktu yang ditentukan habis. Kalian bebas menggunakan cara apapun."

"Saat jumlah regular yang tersisa 200, ujiannya otomatis akan selesai. Ah! Kalian juga bisa mengecek jumlah regular dan waktu yang tersisa di pocket kalian. Baiklah semuanya semangat ya!!"

Ah, tunggu! Apa tadi ujian??! [Name] celingak-celinguk kesana kemari. Ia tak melihat seorang pun disini. Kemana perginya semua orang ?

Ia pun memutuskan untuk berkeliling. Namun ada saja kesialan yang menimpanya. Seperti wanita bersurai golden yang sudah ada di hadapannya dengan pedang panjang yang berlumur darah.

Srangg!

Wanita itu mulai menyerang [name] tanpa aba-aba. Reflek [Name] sangat cepat untuk menghindar dari serangan pedang secara tiba-tiba. Netra [e/c] mulai menajam, melihat wanita dihadapan yang berusaha untuk membunuhnya.

"Siapa kau?!!!" [Name] berusaha menghindari tiap serangan pedang yang siap membelah tubuhnya. Dengan gesit ia menghindar membuat wanita itu sedikit kewalahan.

[Name] berlari menjauh dari wanita tersebut. bagi gadis itu, bertarung bukanlah hal yang bagus mengingat kondisinya yang belum cukup prima. Tentu musuhnya tak akan tinggal diam jika incarannya kabur begitu saja. Ia juga ikut mengejar [Name].

Setelah berlari menjauh, wanita itu tak tampak lagi di mata [Name] . Lekas ia bersembunyi di balik bebatuan, memastikan semuanya aman. oke, dia tidak ada. [Name] bernafas lega, ia ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak.  Baru saja ia ingin tenang, lagi-lagi serangan mendadak hampir mengenai dirinya. Sedikit saja, jika ia tidak mengindar maka dipastikan nyawanya akan lenyap saat itu juga. 

Goresan luka yang terlukis di pipinya membuat [Name] meringis pedih. Lagi-lagi serangan yang datang dari belakang membuat dirinya terhantam hingga menabrak batu besar. Retakan disana cukup membuktikan serangan yang ia dapatkan begitu kuat dan sakit, bodohnya ia terlalu fokus dengan luka yang ia dapat sampai [Name] lalai dengan kewaspadaanya. 

"Kena kau!"

Rasa sakit yang luar biasa meremukkan seluruh tubuhnya. degan tertatih-tatih [Name] berusaha berdiri. Namun lawan yang satu ini tak memberikan [Name] kesempatan untuk menyerangnya. wanita bersurai golden itu terus saja menyerangnya tanpa memberi ampun sedikitpun. ya ampun, apa ia tak mau mengala sedikitpun pada anak keil sepertiku ini?

Bugh!

Gadis mungil itu terlempar sangat jauh akibat tendangan keras dari wanita tadi.

"Sella, sudah ku bilangkan. Kau tak boleh mneyakitinya!" Suara berat bariton menginterupsi pendengarannya. Sella wanita itu cemberut kesal. 

"Ini tugasku, kau tidak perlu ikut campur Gerald sialan!"

Pria bernama Gerald itu menyeringai. "Aku tak menyangka bisa satu tugas oleh mak lampir seperti mu." Gerald terkekeh melihat wajah konyol Sella yang sedang menahan amarahnya.

"Gerald Sialan!! Akan ku bantai kau!!"

Gerald berlari menghindari amarah nenek lampir yang siap membunuhnya. "Coba saja!"

sampai dimana pria itu menghampiri gadis yang tengah meringis kesakitan.
sementara [Name] merasa bahwa tubuhnya remuk. Ini sakit sekali sampai-sampai gadis kecil itu batuk darah beberapa kali.

Gerald cukup takjub dengan gadis ini. Padahal untuk orang biasa ia akan mati karena mengenai tendangan Sella. "Kau gadis kecil yang cukup kuat ya~"

"GERALD! SIALAN KAU!" 

"Berisik!"

"Uhuk- k-kalian si-siapa? Akh!! K-kenapa kalian menyakiti ku?"

Sella menatap [Name] dengan tatapan tak percaya. "Woah kau masih hidup?"

Gerald menyentil dahi Sella begitu keras, membuat si empunya meringis kesakitan. "Sialan kau! Sakit tau!!"

Gerald menunjuk ke tangan [Name] yang tertampak ukiran yang mereka kenal. Sella pun melihatnya, seketika bui-bui penyesalan menyiram dirinya,  ia lagi-lagi dia dibuat kaget. 

"Jadi, dia itu penerus yang kita cari?"

...

Well, ini bakal sedikit melenceng dari alur aslinya :v

Jangan lupa tinggalkan jejak ya^^

Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang