»» Season 2 ¦ Chapter 5

880 173 80
                                    

Jangan lupa untuk memutar lagu yang ada diatas ya^^

"Mereka datang tak bilang-bilang. Aku jadi takut." Rachel beranjak dari ranjangnya, begitu punggung Khun tak lagi terlihat.

"Diperlakukan seperti putri itu menyenangkan sekali." Rachel meregang ototnya, setelah sekian lama ia tak bergerak.

"Tapi, aku jadi sedikit bosan." Imbuhnya, ia menghela nafas "Kalau begini terus kakiku akan jadi kaku."

"Akhirnya aku menaiki menara lagi." Rachel tersenyum, ah akhirnya setelah kian lama ia akan menaiki menara. Tentu ia tak perlu repot-repot untuk menghabiskan tenaga sebab Khun yang akan menjadi kakinya.

Si gadis berbintik itu memutar kegirangan, seketika ia mengingat sesuatu dan membuatnya kesal tak berujung. "Tch, aku masih punya satu tugas lagi yang belum aku kerjakan. Sulit juga ternyata."

"Apalagi [Name] sekian lamanya makin tambah cantik. Sial, aku ingin mencakar wajahnya yang sok polos itu."

"Sama sekali tak berguna, tch seperti sampah saja."

Dirinya mulai berbaring dikasur, menatapl angit-langit kamar. Terlintas seribu satu cara untuk menyingkirkan gadis itu, lekas ia meyeringai senang."Kuharap aku bisa segera bertemu dengan bintang-bintang. Dan menyingkirkan gadis itu."

Yah, pasti ada waktunya untuk ia membunuh gadis itu.

.
.
.
.

Khun keluar dari pondok, mencari keberadaan [Name] yang sempat menghilang. Merutuk kesal, seharusnya ia lebih memperhatikan [Name] dari tadi. Sial! Siang kini pun terasa cepat sekali.

Iris kobalt itu terus saja menelusuri kesana-kemari. Dan bagus! Kini ia menemukan [Name] yang duduk di depan pondok lain. Khun menghela nafas tenang, segera ia melangkah menghampiri gadis itu. "[Name]." Panggilnya.

Gadis itu merengkuh dirinya sendiri, sekilas ia menatap Khun datar lalu kembali menelungkupkan kepalanya.

Dalam hati ia bertarung dengan logika. Merasa paling tak berguna di dunia hanya karena sering dibuat kerepotan oleh ulahnya. Sudah begini, ia tak pernah dimintai untuk mengalihkan atensi, ia merasa cukup sadar diri ketimbang menjadi tak tau diri.

Khun ikut lesehan disebelah gadis itu. Membiarkan keduanya sejenak, Khun ingin tau lebih apa saja yang dipikirkan gadis itu.

Bergeming dalam kesunyian dinamis diantara keduanya. [Name] terus saja memikirkan segala puing-puing masalah— terkadang sering kali berlipat ganda, membuat dirinya terpaksa hancur diri dalam diam. Kadang [Name] bertanya, sebab apa Khun sering kali repot-repot karenanya? Apakah rasa iba manusia seperti ini, jika memang khun keberatan untuk menolongnya seharusnya ia bersikap layaknya teman biasa. Daripada bersikap berlebihan hanya dilandas perasaan kasihan dan iba.

"[Name], ayo." Khun menggenggam tangan [Name], mengajaknya untuk pergi dari sini.

Dengan cepat [Name] menghempaskan tangan Khun begitu saja. Sontak hal itu membuat Khun tersentak, ketika rasa sakit ini mulai perlahan menusuknya. Kenapa gadis itu tak mau menerima uluran tangannya?

Sekali lagi Khun menatap tangannya sendiri, apa ada yang salah dengan dirinya?

"Pergilah, kau tak perlu mengasihani ku lagi." Tubuh [Name] begetar menahan isakan yang kini hampir lepas. Kata-kata yang dilontarkan oleh gadis itu membuat Khun merasa tak berguna. Apakah gadis itu dari dulu memang tak membutuhkan dirinya?

Seharusnya Khun merasa usahanya sia-sia. Acap kali gadis itu sering juga tak memperhatikannya, seharusnya ia marah, juga pergi meninggalkan gadis itu. Namun Khun harus berpikir untuk keseratus kali. Jika ia memang meninggalkan [Name], bukankah ia melanggar janjinya dengan Baam.

Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang