Jangan lupa untuk memutar lagu yang ada di atas ya^^
=============================Jiwa yang pindah ketubuh asli kini telah sempurna. Gadis itu membuka matanya, rasa pusing, lemas, kaku dan nyeri tiba-tiba menyerang tubuhnya.
"Ugh.." [Name] melenguh, ia mencoba berdiri sekuat tenaga. Alhasil ia kembali terjatuh, merasakan sakit dibokongnya. Ia mencoba beranjak dengan tangan yang menumpuk pada dinding. Ia segera memakai jubah panjang yang disiapkan setelah jauh-jauh hari.
Sebuah portal terbuka, dengan perasaan senang, gelisah bercampur aduk orang itu datang menghampiri [Name].
"Kalian datang tepat waktu." [Name] menatap rekan-rekan lamanya seraya tersenyum tipis.
Sella, Gerald dan Lunetta menatap [Name] haru. Rasa rindu kini tertuntaskan. Sella memeluk [Name] dengan erat, terisak kecil disana seraya berkata. "Kupikir nona tak akan kembali lagi.."
Lunetta diam-diam menyeka air matanya yang tumpah. Menatap sang calon tirani sendu, "kami merindukanmu nona [Name]."
Manik [e/c] itu terpejam, menikmati kehangatan dari pelukan Sella. "Ya, aku juga merindukan kalian semua."
Sementara Gerlad menyaksikan pemandangan hangat ini. Sudah lama sekali melihat nona-nya tak pernah setenang ini. Apalagi sekarang [Name] sedikit tinggi dari yang sebelumnya. Pria bersurai itu melihat waktu yang tertera di pergelangan tangannya, seketika ia tersentak.
"Maaf, apa kalian sudah selesai dengan reuniannya?" Celetuk Gerlad membuat Sella dan [Name] melerai pelukan.
"Ada apa tuan Gerald?" tanya Lunetta heran, mantan kadidat dari zodiak Libra itu menatap Guardian intens.
Gerlad mulai menggumamkan sesuatu dari mulutnya. Tampak sebuah jam pasir yang penuh dengan darah. Seketika Lunetta dan Sella sama-sama terkejut, sementara gadis [e/c] itu menatap mengerenyit bingung merek semua.
"Tak mungkin.." lirih Sella tak percaya.
Lunetta menatap kosong jam pasir berdarah tersebut.
"Tunggu, apa terjadi sesuatu?" tanya [Name] menatap rekan-rekannya penasaran. Sejak ia melihat jam pasir berdarah tersebut perasaanya menjadi tak karuan.
Tiba-tiba aliran mana disini semakin menipis. Hawa berat, kian membuat suasana semakin mati. Cahaya ilusi berwarna hitam seolah mengelilingi tubuh para rekan-rekannya saat [Name] melihat.
"Waktu kita sudah tak banyak lagi, akan kujelaskan nanti, ayo segera pergi dari sini." Gerald mengajak mereka untuk masuk ke portal.
"Kalian tunggulah sebentar lagi, aku akan kembali." Pinta [Name], seraya melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.
Wajah yang tertutupi oleh tudung jubahnya. Bersembunyi di bilik pondok, Menatap nanar dua insan disana. Seketika pilu menyayat hatinya.
Ia melihat dirinya kini telah terbaring kaku di dekapan Khun. Khun sendiri menangis kepergian dirinya disana seraya untuk meminta membuka matanya kembali.
Padahal itu hanya boneka yang di isi oleh jiwa berbentuk seperti dirinya.
Tak sanggup, pun ia pergi dari sana. Melihat betapa frustasinya saat orang-orang disana kehilangan sesuatu yang sangat disayangi.
"Maafkan aku..
Khun." Lirih [Name].
Tangannya kini membuat sebuah sihir, [Name] menulis secarik pesan disana dan akan dikirim oleh khun dalam bentuk pesawat kertas.
[Name] meniup kertas pesawat tersebut, melayang bebas ke udara- pasti akan tersampaikan pesannya kepada Khun. Berharap, apa yang ia goreskan disana dapat membuat Khun mengerti...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|
FanfictionTak pernah terpikir kan saat ia mendaki menara ini. Bingung, Risau, memilih eksistensi yang mau di sisinya. Rasa penasaranpun kian meluap, terjalnya disetiap lantai, beribu rintangan lika-liku yang di lewati, berusaha mencari jawaban atas keingin ta...