»» Season 2 ¦ Chapter 4

805 165 91
                                    

"Boleh kami masuk Rachel?" Khun berkata seraya menggengam tangan [Name].

"Tu-tunggu!" Terdengar sahutan dari dalam sana. Lekas terdengar bunyi dentuman benda disana, membuat [Name] mengerenyit heran.

"Masuklah.. Khun."

Khun membuka pintu tersebut setelah mendapat izin dari pemiliknya, masuk kedalam bersama [Name] dan menutup pintunya.

Gadis mungil itu mendadak dingin tatkala Rachel tersenyum padanya. [name] membalas tatapan datar Rachel, sementara tangannya terus mengenggam kuat jemari Khun.

"Mengerikan sekali hatimu, Nona."

"Bagaimana perjalanan kalian?" tanya Rachel ramah.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Aduh... kepalaku..." terdengar lenguhan seorang pria yang tengah membangkitkan kesadarannya. Manik hitam itu mengerjap beberapa kali, ruangan asing yang ia lihat pertama kali.

"Dimana aku??!" Ucapnya bingung, seketika ia tersadar ia membuka matanya jelas, tertampak seorang pria bertubuh tegap tengah duduk tak jauh darinya.

"Siapa..?! Siapa kau?!!!" Lekas Edin bangun, bertanya dengan waa-was.

"Oh, kau sudah bangun."

"Aku Nobic, Spear Bearer  dari tim Khun. Senang berkenalan denganmu." Ucap pria bernama Nobic itu dengan tenang.

"Sial, Kau anggota tim orang sial itu?? Lalu ini—" rutuk Edin kesal.

"Ya, ini pondok kami. Kau dibawa kesini setelah dibius."

"Sialan. Aku telah dibutakan oleh batu mengapung itu. Dan sekarang aku harus menaiki menara bersama si penipu itu!"

"Hahaha!! Kau sudah menyerah huh?"

"Selamat bergabung ke tim kami. Aku Nobic, sang Spear Bearer. Melempar adalah keahlian Ku." Nobic mengulurkan tangannya.

"Aku Scout, Edin Dann. Aku seorang Speedster." Edin tersenyum, lekas ia menkabat tangan itu dengan senang hati.

"Ya aku dengan banyak tentang kau."

Dia— kuat.

"Anggota yang lain menunggumu diluar. Jadi aku akan memperkenalkan mereka padamu sebentar lagi."

"Kuperingatkan kau, mereka semua berbahaya jadi hati-hatilah."Nobic menatap Edin sinis, "Yah, kudengar kau sangat hebat, tapi—

Kau sebaiknya tidak memamerkan disini." Dinginnya

"Sebelum keluar, ada pertanyaan?"

"Aku punya banyak!"

"Kenapa si Khun itu menaiki menara seperti ini? Memaksa anggota tim untuk bergabung."

Mendengar pertanyan Edin, Nobic memijit pelipisnya. "Itu.. Diatas ada seseorang perempuan bernama Rachel. Dia tak bisa menggunakan kakinya."

"Kudengar Khun menaiki menara untuk mengantarnya sampai ke puncak."

"Apa? Dia tunangannya?" Tanya edin dengan wajah yang sedikit err- mengejek.  "Ternyata dia lebih romantis dari dugaanku, ya?"

"Lalu gadis cantik bernama [Name] itu siapanya Khun? Simpanan, ya??" Lagi, Edin bertanya membuat Nobic sedikit kesal. Simpanan? Kata-kata itu tak pantas untuk berlian seperti [Name].

"Kuperingatkan kau, kalau kau melakukannnya di depan Khun. Esok harinya, jarimu akan lenyap." Ancam Nobic membuat Edin bungkam.

.
.
.
.

Menyesal? Tentu, merasa terlupakan dirinya saat ia berada disini. Seharusnya ia menolak ajakan Khun tadi, sekarang apa coba, kini Khun malah asik berbicara dengan Rachel tanpa memperdulikannya.

"Kemarin malam di mimpiku, aku bertemu Baam kembali." raut wajah Rachel menjadi sedih, ucapan Rachel tadi hampir membuat [Name] muak. Kenapa ia harus berbicara seseorang yang sudah tidak ada? Itu hanya menambah rasa sakitnya, andai saja ia tahu.

"Di kegelapan itu, Dia memohon padaku untuk menyelamatkan dia." Lagi-lagi Rachel menyendu.

"Aku merasa Baam masih hidup di bawah sana."

"Rachel..." ucap khun menyela.

"Ini sudah enam tahun, tapi aku tak bisa melupakannya. Ia yang menyelamatkan aku dan menghilang di kegelapan para monster—"

"Lupakanlah hal itu Rachel. Baam tewas demi menyelamatkanmu." Khun mengusap air mata yang hampir saja tumpah dari manik Rachel.

"Dia tak mau kau menangis." ucap Khun lagi.

"Khun..."

"Terimakasih... Khun." Lekas Rachel memeluk Khun, menenangkan dirinya didekapan Khun.

Oke sekarang apa yang harus gadis itu lakukan? Pergi dari sini? Yah mungkin itu pilihan yang terbaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Oke sekarang apa yang harus gadis itu lakukan? Pergi dari sini? Yah mungkin itu pilihan yang terbaik. Kaki mungil milik [Name] beranjak dari tempat tersebut tentu dengan hawa keberadaan yang tipis, pergi melenggang begitu saja. sehingga Khun dan Rachel pun sama-sama tak tau.

Kenapa setiap kali ia bersama dengan orang yang ia sayangi selalu ada saja bayang-bayang gadis berbintik itu?

Andai saja mereka semua tau, bahwa [Name] benar-benar membencinya. Bukan tanpa sebab, melainkan ia hanya mengutarakan perasaan fakta yang ia rasakan. Memang benar kata orang itu, hatinya benar-benar mengerikan.

Beberapa menit setelah berpelukan. Khun melerainya, "Apa kau baik-baik saja, Rachel?"

"Maaf, Khun. Ini terlalu berat untukku. Aku terus saja bergantung padamu." Rachel tersenyum manis. Membuat Khun ingin menamparnya. Ya menamparnya, kalian tidak salah baca kok.

"Tidak apa."

"Ngomong-ngomong dimana [Name], perasaanku tadi dia ada disini." Rachel menatap dimana [Name] berada, sekilas ia menunduk lagi. "Apa [Name] membenciku, Khun?" Tanyanya lirih.

Khun menggeleng, "tidak buat apa [Name] membencimu tanpa suatu sebab. Kau tak perlu khawatir ia memang terlalu tempramen seperti itu."

Khun beranjak dari tempat duduknya, berniat menyusul [Name], "Kau boleh saja bergantung padaku selama yang kau mau. Tapi akan sulit menggantikan Baam di posisimu." Setelah mengatakan itu Khun pergi menutup pintu, pikirannya berkecamuk sekarang.

"[Name] kau kemana??" Risau Khun.

.
.
.
.

Tbc..
Jangan lupa tinggalkan jejak:)

Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang