Chapter 1 [S2]

1K 187 69
                                    

Jangan lupa untuk memutar lagu yang ada diatas ya^^

Lemah..
.
.
.
Tak berdaya..
.
.
.
Putus Asa...

Semuanya kini tengah aku rasakan. Tak satupun arunika senja mendatangi jiwa hampa..

Hanya diam bak terobang boneka.

Kendati terlalu pasrah akan takdir semesta.

Menerima semuanya dengan lapang dada..

Kesedihan yang kurasakan ini tiada tara.

Terjebak dalam kubangan mimpi buruk tanpa bisa keluar selamanya..

Hanya bisa diam menatap takdir orang yang begitu bernasib bahagia.

Lantas, jika sudah seperti ini apakah aku berhak bahagia?


6 tahun kemudian..

Menatap datar bingkai kelabu sana, wajah bak boneka nan molek diam dengan pikiran yang tengah berkalut. Raut wajah datar terkesan dingin, kasar kepada siapa saja, kini lelembutnya tengah kehilangan arah.

Dibawah indahnya malam, tersimpan beribu kelamnya kenangan. Jiwa jati diri telah pergi, kini dirinya benar-benar mati.

Tak ayal jika dirinya mendadak mati seperti ini. Hujaman musibah benar-benar mengguncang hebat, meruntuhkan akan akal sehat dirinya.

Ia tak bisa mengenali diri sendiri, hanya bisa hening bergeming, tanpa tau ajal akan menghampiri. Jika seperti ini rasanya neraka, ia sudah sangat terbiasa.

Pintu berderit, menampilkan atensi pria muda bersurai biru. Kedua tangannya membawa aneka macam kue, walaupun Khun tau nantinya akan berakhir ditempat pembuangan.

Khun berjalan lalu duduk berhadapan gadis itu. Meletakkan cemilan di atas nakas.

Gadis itu sama sekali tak peduli akan kehadiran Khun. Terus menatap kosong langit malam menerawang menembus antariksa yang ada diatas sana.

"[Name], besok kau akan ikut dengan ku." ucap Khun namun tak direspon oleh sang gadis.

Acap kali Khun kendati seribu kali mengajaknya hanya untuk mengunjungi Rachel. Namun yang Khun dapatkan hanyalah bantahan bisu telak yang di dapatkan oleh gadis itu.

Ia memang benar-benar tak mau meninggalkan gadis ini. Bukannya atau perasaan bodoh semacamnya- sebuah tanggung jawab yang harus ia laksanakan. Melainkan seperti janji yang harus ditepati.

Terakhir kali ia meninggalkan gadis ini dengan lumuran darah dimana-mana. Bahkan rekannya tak sanggup untuk mengurusi boneka hidup seperti [Name]. Terlalu mati, hanya untuk sebuah benda. Benar-benar tak berguna.

Khun menatap lamat rupa Elok itu, kantung mata yang kian menghitam Khun beramsumsi bahwa gadis ini jarang sekali untuk tidur. Tangan Khun terulur, menyingkirkan helaian rambut kebelakang telinga. "Kau tak tidur lagi, hmm?"

Lagi-lagi, bisu. Hanya bunyi nanyanika mengisi kekosongan kesunyian hampa. Khun sudah terbiasa. Lekas Khun mengenggam tangan ringkih gadis itu, berusaha membujuk gadis itu untuk memperdulikan kondisi tubuhnya. "Kau tau, kurang beristirahat itu sangat tak baik untuk kesehatanmu."

[Name] sama sekali tak mengindahkan ucapan pria itu. Alih-alih hanya ingin tenang, namun perlakuan Khun hanya mengingatkan dirinya kepada kakaknya. Runtuh sudah pertahanannya, ia tak mau seperti ini, tenggelam dalam akan kebaikan orang hanya benar-benar dirinya menjadi beban.

"Jika kau benar-benar kesulitan, setidaknya panggilah aku. Gunakan diriku sesukamu, perlakukan aku sesukamu. Aku hanya merasa tak berguna jika ada disampingmu." Khun menumpukan kepalanya dibahu [Name]. Terdiam sejenak, membiarkan keduanya berkalut dalam pikiran masing-masing.

Hati kecilnya mencelos saat mendengarkan kata Khun tadi. Seharusnya, tak pantas sebab pria itu terlalu sering menolong hidupnya. Seharusnya ia berkata seperti itu. Tapi apa daya, lisan ini tak mampu untuk berucap lagi, tercekat tak bisa berkata apa-apa.

Khun mengangkat wajahnya, menatap lembut gadis yang ada dihadapannya. Tangannya membelai pipi pucat itu, khun tersenyum, "kalau kau kesulitan untuk tidur, kau bisa datang kekamarku.."

Cup!

Khun mencium kening gadis itu sedikit lama. Desiran hangat merogoki tubuhnya, [Name] sedikit terkejut apa yang Khun lakukan. Aneh, iya aneh, bukannya menolak, ia justru membiarkannya.

"Selamat malam.. [Name]." Khun lekas berdiri, menutup pintu kamar [Name].

Gadis itu tak dapat mengekspresikan apa yang sedang terjadi, terlalu datar ia tak cukup untuk berekspresi sedikit saja. [Name] sadari, dirinya hanyalah manusia brengsek yang tak tau cara bersyukur.

"Bodoh.." lirihnya.
.
.
.
.
.
.
Tbc gan^^

Haii~~ gimana kesan kalian setelah membaca part ini?
-gaje
-sedih
-senang
-atau tidak sama sekali:p

Jangan lupa tinggalkan jejak ya^^

Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang