»» Season 2 ¦ Chapter 2

1K 184 51
                                    

"Bagaimana keadaan Nona [Name]? sudah ada kemajuan?"

"Sama sekali tak ada perubahan."
Khun duduk ditepi kasur, seraya berbicara dengan Sella lewat pocket miliknya. Ia menatap jendela sana, membiarkan pikirannya jernih sejenak.

"Selama ini apa para kandidat pernah bertemu dengannya, secara langsung?"

"Tidak sama sekali, sulit untuk para kandidat menemukan [Name] karena aliran mana miliknya sangat rendah. Lagian, aku sudah menghilangkan jejaknya." ujar Khun, yah selama ini semenjak dirinya bersama [Name]. Perlahan, ia mulai tau apa yang menimpa gadis itu, mulai dari perebutan batu kristal, dan merebut posisi sebagai dewi. Tentunya dengan bantuan penjelasan dari Sella, Gerald, dan Lunetta.

Khun awalnya juga tak percaya bahwa semua itu hanyalah bualan belaka, hanya sebuah dongeng yang tak nyata.

"Kami bertiga berharap bahwa kau tak membocorkan rahasia ini kepada regular siapapun. Hanya kau lah yang mengetahuinya."

"Ya, pasti." Khun mematikan panggilan sepihak, lekas ia terbaring dikasur, menatap langit-langit kamar.

"Haaah.. aku tak bisa menyangkalnya." Khun menutup matanya membiarkan mimpi indah menjemputnya.

.
.
.

"Lunetta, apa yang kau pikirkan tentang Nona [Name]."

Gerald, Sella, dan Lunetta berada di dalam satu ruangan. Sella terlebih dulu membuka obrolan, hanya tak ingin menghadapi situasi hening seperti ini.

Lunetta terdiam sejenak, "dulunya aku pikir ia sama saja dengan seperti diriku. Haus akan posisi, kau tidak tau betapa bodohnya diriku dulu." Lunetta menatap tangannya yang sudah hilang, "tapi dia masih mau mengampuni diriku."

Sella dan Gerlad sama-sama diam dalam keheningan sejak Lunetta mengatakan isi dipikirannya.

"Maka dari itu, aku akan berusaha untuk menjadi pendamping yang berguna untuknya." lanjut Lunetta tersenyum manis.

"Walaupun begitu, tetap saja Nona [Name] tak sama seperti dulu lagi." Lirih Gerald, "keadaan disana tak seakrab seperti dulu lagi." Gerald benar-benar dilanda galau.

"Sudahlah, tak ada waktunya untuk bersedih. Beberapa bulan lagi kita akan menaiki menara dan bertemu nona [Name]."

"Ini sudah malam, sebaiknya kita tidur saja. Pikirkan hal ini lain kali saja. Oke. Sudah tidur sana."
Bak ibu yang terus-terusan mengomeli anaknya. Gerald dan Lunetta pergi menuju kekamar masing-masing.

"Sampai kapan kau akan terus seperti ini, Nona." Lirih Sella seraya melihat bintang berpendar diatas sana.
.
.
.
.
.

Pukul tujuh pagi, Khun sudah bangun dari tidurnya. Lekas ia pergi melakukan ritual paginya. Setelah selesai, ia memakai baju ala childhood lalu berjalan ke kamar [Name].

Khun membuka pintu kamar [Name] yang tak terkunci, ia membukanya perlahan, tertampak seorang gadis tengah bergumul di dalam gumpalan selimut yang hangat. Khun tersenyum dengan langkah yang pelan ia berjalan kekasur dan berusaha membangunkan gadis itu.

"[Name], bangun.." Khun mengguncang bahu gadis itu dengan pelan.

Perlahan bola mata itu mengerjap lemah beberapa kali, rasa kantuk masih bersarang didalam dirinya.

"Bangun.. hari ini aku akan mengajakmu berjalan-jalan." Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya. Ia berjalan gontai kekamar mandi.

Khun tersenyum, lekas ia pergi kedapur menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

.
.
.

Air shower dingin membangunkan seluruh sarafnya. Dinginnya air menusuk sampai ketulang, membuat gadis itu mengigil kedinginan.

"Kakak..."

Tak ada kata lain selainnya bayangan kakanya. Kenangan itu kembali berpendar bak pancarona gemerlapnya sang fajar. Gadis itu diam-diam terisak disana, kenapa hanya mengingat kepergian kakaknya membuat hatinya tercabik-cabik.

Ia menatap bekas luka yang sudah 7 tahun. Lingkaran hitam dengan simbol gemini menandakan bahwa kekuatan terlarang yang ada ditubuhnya telah terbuka sepertiga dari sepenuhnya. Ini rasanya sangat sakit, sampai ia tak tau harus bagimana lagi menghadapinya.

Seketika ia mengingat perkataan Janette saat itu. Masing-masing dari kandidat zodiak setidaknya mempunyai lima atau sepuluh keterbatasan dalan kekuatan terlarang. Jika kau membangkit kekuatan itu hanya dua persen, maka imbalannya adalah rasa sakit yang tiada taranya.

Sementara kekuatan gelap saat Saghan berhasil membukanya walau kini ia masih bisa meyegelnya. Walau tak tau kapan suatu saat itu itu akan lepas, setidaknya itu cukup untuk mengulur waktu.

"Nona, apa kau tak mau memberitahu kepada tuan biru tampan itu bahwa kau-" di sela perkataannya, [Name] mendecih sebal, setiap kali Janette muncul selalu saja ingin merampas raganya.

"Janette, setidaknya jangan terlalu berlebihan memerangi jiwaku." Lirihnya pelan.

.
.
.
.
.

Selesai membersihkan diri, [Name] memakai baju yang sama dengan Khun. Ia menatap dirinya di cermin, rambut yang basah masih awut-awutan, wajah pucat pasi seolah tak diberi makan. Bhaks, salahkan dirinya yang selalu tak berminat untuk menyentuh makanan barang kali sedikit saja.

Khun membuka pintu kamar [Name], membuat atensi gadis itu kembali sepenuhnya.

"Kau belum siap juga." Khun berjalan menghampiri [Name], ia mengambil handuk rambut lalu mulai mengeringkan rambut [Name] yang masih basah.

Ah, Khun rasanya seperti mengurus adik perempuan.

Khun mengambil sisir yang ada di lemari dekat meja. Ia segera menyisir rambut panjang [Name] dengan telaten lalu mengikatnya dengan gaya ponytail, sama sepertinya.

Art by: me:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Art by: me:)

Dirasa susah siap, Khun tersenyum puas. "Ayo, kita sarapan sehabis ini kita akan pergi jalan-jalan."

Khun menggengam tangan gadis itu menuntunnya kedapur guna sarapan.[Name] menatap tangannya yang telah digenggam oleh Khun, tanpa disadari, perasaan aneh terselip dihati [Name].

.
.
.
Tbc gan^^

Aaaaaaaaaaaaaaa demi apa TvT

Happy 3K reader 1K vote nya!!!! Makasih para reader tachi yang selalu berpatisipasi untuk membaca karya ku ini.

Tau ngga sih, pas tengok aja aku udah kesengan ampe jungkir balik :) kudet emang, tapi serius aku senang bangedd sampe emak aku bilang klo aku kek orgil:D

Btw, part ini manis-manis dulu yekan:D baru nextnya asam pedas//plak//

Our Destiny |Tower Of God Fanfiction|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang