Tidak ada yang salah dari jatuh cinta. Sebab pada hakikatnya, cinta itu tumbuh tanpa perintah, entah tertuju untuk siapapun, yang pasti cinta tidak pernah salah memilihkan kita orang untuk dicintai.
Termasuk di dalamnya cerita dua anak manusia yang berteman lama, lantas jatuh cinta, orang-orang sekarang menyebutnya dengan friendzone. Mungkin, bagi orang yang hanya menjadi pembaca atau pendengar dari kisah klise tersebut semua akan terlewat dengan mudah dengan hanya berkata, udah lah lupain aja. Tapi bagi si pemilik perasaan, itu adalah titik tersulit yang bahkan tidak bisa dipermudah. Jika hutang bisa dimintakan waktu senggang untuk dibayarkan, maka jatuh cinta benar-benar tidak akan mengenal waktu.
Begitu juga denganku, aku adalah salah satu dari pemilik kisah orang-orang yang mencintai sahabatnya sendiri. Iya, aku adalah salah satu pemilik kisah klise itu, kisah yang tidak pernah ku mulai awalannya tapi justru memiliki klimaks yang... tidak memiliki titik terang bagaimana akhir dari cerita ini. Entah ini namanya terlanjur, atau memang disengaja. Aku tidak tau, karena jika aku tau semua akan sesakit ini, pasti aku tidak akan pernah melangkahkan kakiku kesini.
☆☆☆
Dengan langkah lebar dan tergesa-gesa, pun emosi meluap-luap yang tertuju pada Raja. Aku melangkah geram menyusul Raja yang sudah pergi entah kemana. Awas saja curut itu kalau tega meninggalkanku sendiri disini! Bakalan aku rebus dan ku bakar biar jadi sate! Mana ada orang yang tidak kesal karena ditinggal tanpa kabar seperti ini.
Aku menyapu pandanganku ke seluruh penjuru tempat dimana Raja memarkirkan sepedanya beberapa saat lalu. Mondar-mandir beberapa kali, namun tak kunjung mendapatkan wujud dari curut sialan itu. Dan ketika tanpa sengaja aku mengalihkan pandangaku ke sebuah pohon besar nan rindang di tepi lapangan, aku bisa melihat sepeda Raja terparkir indah di sana.
Kena kamu, Raja!
Tanpa banyak bicara lagi, aku langsung mendekatinya dengan tangan terkepal erat. "RAJAAA!" Pekikku tanpa ampun dan langsung saja membuat Raja terlonjak kekagetan dan membuat ponsel yang sedang dipegangnya melayang tanpa arah.
"ALYAAA!" Raja balas berteriak. "BISA NGGAK SIH NGGAK USAH TERIAK-TERIAK!?" Tanya Raja sambil tetap berteriak sembari memungut ponselnya kembali.
"Eh, kurang kerjaannya lo itu kebangetan ya? Sumpah gue kesal banget sama lo!" Ujarku tanpa berteriak lagi, namun masih tetap dengan intonasi yang berapi.
"Al! Ini semua buat lo!" Ujar Raja membela dirinya.
"Buat gue?" Aku tersenyum miring. "Lo emang sahabat gue, Ja! Tapi soal hati, gue mohon jangan ikut campur. Jadi lo nggak perlu jodoh-jodohin gue lagi!" Entah kenapa, tiba-tiba saja suasana di antara kami yang awalnya memanas kini berubah menjadi sendu, dan... ini adalah suasana yang paling tidak ku sukai, karena mau tidak mau suasana seperti ini selalu menyuguhkan kesedihan dan keseriusan.
Dan tanpa menunggu jawaban Raja lagi, aku segera berlalu dari hadapannya, menghindari suasana yang nantinya pasti akan memicu drama yang akan berkelanjutan. Meski sebenarnya saat meninggalkannya aku sepenuhnya sadar bahwa aku tidak akan sanggup pulang ke rumah dengan jalan kaki. Tapi, aku yakin Raja pasti akan mengekori langkahku.
"Al!" Tuh kan! Sudah ku bilang, dia pasti akan merasa bersalah, mengekori langkahku, dan meminta maaf. Tambah satu lagi, aku akan luluh dan memaafkannya. Iya, begitulah siklusnya.
Aku memilih bergeming dan mengacuhkannya, terus berjalan tanpa menoleh ke arahnya yang mengekoriku dengan sepedanya. "Al!" Panggil Raja lagi.
Aku tetap memilih bungkam dan terus berjalan. "Gue duluan ya?" Ujar Raja dan langsung mendahuluiku yang membuatku mendengus sebal dan langsung meneriakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR CERITA [COMPLETED]✔
Teen FictionAku Alya. Orang yang hatinya terbuat dari baja. Berkali-kali jatuh dan patah. Tetapi perasaan terus saja membawa hatiku ke lembah yang sama. Tentang mencintai, cemburu, patah hati, bersabar, hingga mengiklaskan sudah pernah ku rasakan. Tapi kenapa...