Koreksi typo!!
Hepiriding🌻🌻🌻
Alya Danisha Jafar
☆☆☆
Aku mengetuk-ngetuk meja kayu yang ada di hadapanku dengan pensil yang ada di tanganku, suguhan buku tebal khas detik-detik Ujian Nasional tidak menggugah seleraku untuk menatapnya. Sekarang aku sedang duduk di sebuah kafe bernuansa klasik dengan dinding batu bata tanpa cat, sengaja dibuat sedemikian rupanya agar terlihat seperti rumah tua yang menambah kesan klasiknya.
Aku mampir di sini bersama Rifky, katanya ini kafe milik ayah temannya, dia berlangganan di sini, makanya dia juga sering membawaku ke sini. Sekarang Rifky sedang menunggu pesanan kami, membuatku duduk sendirian dengan sesekali menatap nanar ke arah buku tebal yang telah ku buka namun tidak memiliki niat untuk membacanya sama sekali.
"Alya!" Tiba-tiba seseorang menyapaku dan duduk di hadapanku, ia menutup sebagian wajahnya dengan masker berwarna abu-abu yang dipakainya, membuatku sedikit kesulitan mengenalinya, meski demikian otakku tetap mengatakan bahwa dia orang yang aku kenali.
Aku mengernyit sebentar sebelum menyahuti suaranya, "iya?"
"Udah nggak kenal lagi sampai harus tegang gitu wajahnya?" Ia terkekeh di ujung pertanyaannya, lantas membuka masker yang membuatku susah mengenalinya. Dan, aku terkejut bukan main setelahnya.
"Kak Dinda?" Aku menatapnya tidak percaya. "Ini beneran kak Dinda, kak Adinda Calya kan?" Tanyaku memastikan.
Ia mengangguk sembari tersenyum lebar. "Iya, ini kakak!" Serunya.
Setelahnya, aku berhambur ke pelukannya. Aku benar-benar merindukan sosoknya yang tidak pernah ku temui selama setahun terakhir. Namanya, Adinda Calya, aku memanggilnya kak Dinda. Sebab... sebab dia adalah mantan pacar bang Agung ketika mereka masih menjadi siswa SMA dulu. Jauh sebelum hari ini, kak Dinda sering sekali bermain bahkan menginap di rumahku. Ia sudah menganggap rumahku seperti rumahnya sendiri. Aku sama sekali tidak keberatan karena kepribadiannya yang menyenangkan membuat suasana rumah yang sepi kerap kali ramai dan berwarna. Namun sayang, masa-masa indah itu hanya bertahan lebih kurang dua sampai tiga tahun. Karena, setelahnya bang Agung dan kak Dinda putus tanpa sebab yang jelas.
Dan putusnya mereka, juga berdampak kepadaku yang terlanjur nyaman dengan kehadiran sosok kakak perempuan sebaik kak Dinda. Waktu itu aku sempat gencar untuk menyuruh kak Dinda untuk tetap tinggal bersama kami. Namun apa mau dikata, semua tidak mudah bagi kak Dinda. Dan sekarang aku mengerti yang kak Dinda maksud dengan tidak mudah itu.
"Kakak apa kabar? Alya kangen banget sama kakak! Kakak kemana aja? Kakak jahat banget ninggalin Alya sendirian!" Seruku setelah mengurai pelukanku.
Kak Dinda tersenyum tulus. Banyak perubahan yang kini bisa ku lihat dari wajahnya. Mulai dari rambutnya yang dulu hitam legam dan tergerai panjang, sekarang tinggal sebahu dengan cat warna coklat yang membuat wajah putihnya lebih bersinar. Dulu, wajahnya juga putih bersih bagai kertas kosong, sekarang kak Dinda tampak memoles wajahnya dengan sedikit make up natural yang menambah kesan menarik untuk dipandang.
"Kakak juga kangen banget sama Alya. Kakak ada kok, kakak nggak pernah kemana-mana, hanya saja menata sesuatu yang terlanjur berantakan itu butuh waktu, beruntung kakak cuma butuh waktu setahun, karena banyak hati lain yang butuh waktu hertahun-tahun untuk kembali bangkit." Kak Dinda menghela napas panjang. "Sekarang kakak baik, jauh lebih dari hari terakhir kita bertemu. Kamu sendiri apa kabar? Kamu bareng Raja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR CERITA [COMPLETED]✔
Teen FictionAku Alya. Orang yang hatinya terbuat dari baja. Berkali-kali jatuh dan patah. Tetapi perasaan terus saja membawa hatiku ke lembah yang sama. Tentang mencintai, cemburu, patah hati, bersabar, hingga mengiklaskan sudah pernah ku rasakan. Tapi kenapa...