Koreksi typo!
Hepiriding🌻🌻
☆☆☆
Satu jam kemudian, kami baru tiba di rumah nenek. Seharusnya, dari pelabuhan ke rumah nenek hanya akan memakan waktu selama dua puluh sampai tiga puluh menit. Tetapi, karena Raja yang memilih mengambil rute yang memutar, menyebabkan kami harus menempuh jarak yang lebih jauh.
"Ja! Belok kiri, bukan lurus!" Begitu kataku tadi, ketika melihatnya yang mengambil jalan lurus padahal seharusnya belok kiri. Sengaja aku berkata demikian, karena mungkin saja dia lupa dengan arah jalannya.
"Oh salah ya?" Tanya Raja.
"Iya, Ja. Ayo putar balik!" Seru ku.
"Nggak mau ah! Sengaja, biar waktu sama tuan puterinya aku jadi awet!" Teriak Raja yang ternyata sengaja memilih rute yang salah.
"Gausah banyak ngomong deh! Ayo putar balik, Raja!" Aku masih tetap dengan pendirianku.
"Kalau gue nggak mau, lo mau apa?"
"Mau lompat!" Seru sambil tertawa pelan.
"Yaudah lompat aja ke hati gue!" Aku tau Raja bercanda ketika berkata demikian, dan jauh sebelum hari ini aku pun tidak masalah dengan candaannya itu. Tapi hari ini, ingin sekali aku berteriak bukan cuma lompat, Ja, bahkan gue udah menetap di hati lo.
Tapi, yang bisa ku lakukan hanyalah berteriak tanpa suara. Aku tau Raja melakukan semuanya hanya karena tidak ingin ada kecanggungan yang tercipta hanya karena perasaan terlarangku ini, aku tau dia tidak mau kehilanganku sebagai sahabatnya. Dan, aku pun demikian. Aku tidak mau ada tembok yang bernama kecanggungan yang akan terasa sangat mengganjal nantinya, aku tidak siap harus kehilangan dia sampai kapan pun. Jadi, biar saja aku mengikuti alur mainnya. Mungkin dengan begini semua akan kembali seperti semula, semula ketika rasa ini belum tumbuh sebagai sebuah tuntutan.
"Nggak mau ah, gue mau nya ke hati om-om pejabat aja!" Seruku sambil terbahak, dan Raja tergelak setelahnya.
"Assalamualaikum, nenek!" Seruku sembari berhambur kepelukannya. Kebetulan, siang ini nenek sedang membakar ikan di halaman depan rumahnya, jadi tanpa perlu menunggu nenek membukakan pintu untukku, aku bisa langsung memeluknya erat-erat.
Nenek tidak lagi terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba, karena aku sering melakukannya. "Cucu nenek, sayang! Waalaikum salam, ayo masuk dulu!" Seru nenek sembari tersenyum lebar.
"Nek! Alya kangen!" Ujarku dengan manja. Siapa coba yang nggak manja sama neneknya sendiri.
"Oh ya? Nenek juga kangen banget sama cucu nenek yang paling cantik ini!" Sahut nenek sambil mencubit pelan hidungku yang belum mau mengurai pelukanku.
"Kacang, kacang, kacang!" Raja yang merada tidak diperhatikan langsung berteriak sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, seolah tidak ada orang di dekatnya.
Nenek terkekeh pelan mendengar suara Raja. "Ini juga cucu nenek yang ganteng, makasi udah ditemani anak manja ini ya, ganteng?" Seru nenek sembari tersenyum lebar.
Raja membungkukkan sedikit badannya dan memasang senyuman terlebar yang dia punya. "Sama-sama nenek yang lebih cantik dari cucunya."
Mendengarnya berkata demikian langsunh saja aku berteriak sebal. "RAJAAA!"
Raja terkekeh, pun nenek. Lantas, nenek segera menggiringku untuk masuk dan diekori Raja pastinya. Rumah ini... bukan rumah mewah seperti rumah papa dan mama yang kebetulan menampungku. Ini hanya rumah biasa yang tidak luas namun tak ada rasa sesak di dalamnya. Ini rumah dimana papa berasal, jika melihat papa yang sekarang mungkin kamu pun tak akan percaya jika papa pernah tinggal di sini. Karena, selain dari papa yang sudah tidak pernah pulang, kesuksesan papa sekarang juga benar-benar tidak melambangkan lagi dirinya di masa lalu, papa berubah total.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR CERITA [COMPLETED]✔
Ficção AdolescenteAku Alya. Orang yang hatinya terbuat dari baja. Berkali-kali jatuh dan patah. Tetapi perasaan terus saja membawa hatiku ke lembah yang sama. Tentang mencintai, cemburu, patah hati, bersabar, hingga mengiklaskan sudah pernah ku rasakan. Tapi kenapa...