Setelah malam itu aku mengutarakan apa yang ada di dalam hatiku, aku kira semua akan baik-baik saja dan semuanya akan berjalan seperti biasanya dengan Raja yang akan melupakannya dan menganggap semuanya hanyalah angin lalu. Tapi, ternyata yang terjadi justru berbalik arah dari jalan pikiranku. Semuanya justru berkali lipat runyam dari biasanya. Beberapa hari terakhir Raja justru sibuk mengekori langkahku kemanapun aku pergi, semua itu hanya untuk meminta penjelasan dari kata-kataku malam itu. Apa setinggi itu rasa penasarannya?
"Al?" Raja menggedor pintu kamar mandi yang ku masuki. Wait!! Ini kamar mandi cewek, ngapain dia disini? Jangan bilang dia mengekoriku sampai sini! Tidak salah lagi, kurang kerjaannya dia itu memang kebangetan!
"RAJA? NGAPAIN LO DI SINI? LO MAU NGINTIPIN GUE?!" Aku berteriak sebal dari dalam kamar mandi.
"Lo bisa biasa aja nggak sih? Nggak usah teriak-teriak heboh gitu! Nanti kalau ada yang liat gimana?" Bukannya pergi dia justru mengajakku mengobrol.
"JAAA!!! SUMPAH YA GUE KESEL BANGET SAMA LO! MENDINGAN LO PERGI DEH!" Teriakku lagi.
"Gue kasih lo dua pilihan--" seru Raja yang langsung ku sela.
"Nggak usah main pilihan-pilihan deh! Udah kayak jin aja lo!" Ujarku masih dengan kesal.
"Pilih gue kunciin dari luar, atau pilih jelasin kata-kata lo malam itu! Ayo cepat dipilih, waktunya nggak banyak!" Mendengar Raja yang tidak mau kalah dengan tetap memberiku dua pilihan, membuatku langsung berhambur keluar kamar mandi karena takut Raja benar-benar akan mengunci pintunya dari luar. Bisa nginap disini aku kalau Raja tega ngelakuin itu.
Raja tersenyum penuh kemenangan melihatku yang keluar dengan wajah panik. "Karena lo udah keluar, berarti gue anggap lo pilih buat jelasin kata-kata lo malam itu!" Raja menyimpulkan tindakanku.
Aku mendengus sebal menatapnya. "Ngapain sih lo disini? Ini toilet cewek! Kurang kerjaan banget!" Ketusku dan langsung pergi meninggalkannya tanpa memikirkan soal pilihan yang diberikan Raja.
Rupanya, Raja benar-benar tidak mau kalah. Dia terus mengekori langkahku yang merutukinya sepanjang jalan, sedangkan dia hanya berjalan santai sambil sesekali menyapa teman-temannya dengan senyuman riang, bahkan dia juga ikut menggodaku kala ada satu dua temannya yang bersiul menggodaku.
Waktu istirahat seperti ini memang waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa tanpa terkecuali, bahkan murid paling pandai dan paling rajin pun pasti menunggu waktu istirahat untuk mengistirahat otak mereka yang jenuh setelah berkelibat dengan materi pembelajaran sejak pagi.
"Hai, Alya cantik!" Goda salah seorang teman Raja saat kami--aku dan Raja yang mengekoriku-- melewati tongkrongan mereka. Biasanya aku akan acuh pada sapaan-sapaan seperti itu. Tapi hari ini aku memilih berhenti dan menatap tajam ke arah lelaki yang brewoknya terlihat seperti belum di cukur selama berbulan-bulan itu, Kole namanya.
"Apaan lo panggil-panggil gue? Ada urusan lo sama gue?!" Ketusku yang dibalas senyum lebar oleh Kole dan teman-temannya yang saling menyikut satu sama lain karena sikapku yang tidak biasa.
"Si Alya kenapa, Ja? Lagi PMS?" Salah satu teman Kole yang duduk disisinya sembari mengupas kuaci yang kemudian menaruh isinya diatas plastik untuk dimakan bersama bertanya pada Raja yang hanya berdiri disampingku dengan memasang tatapan tanpa dosa.
"Apa lo tanya-tanya? Punya urusan juga sama gue?" Ketusku.
Raja memasang cengiran lebar dan meraih kedua pundakku. "Sahabat gue yang paling cantik sekecamatan ini lagi laper! Jadi suka marah-marah gitu kalau laper! Kita ke kantin dulu ya? Dahhh!" Seru Raja sambil merengkuh pundakku dan segera membawaku pergi tanpa mengizinkan aku kembali bersua di depan Kole dan teman-temannya itu yang memiliki hobi menggoda cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR CERITA [COMPLETED]✔
أدب المراهقينAku Alya. Orang yang hatinya terbuat dari baja. Berkali-kali jatuh dan patah. Tetapi perasaan terus saja membawa hatiku ke lembah yang sama. Tentang mencintai, cemburu, patah hati, bersabar, hingga mengiklaskan sudah pernah ku rasakan. Tapi kenapa...