18. bak ditelan bumi

63 16 9
                                    

Raja Faresta Dirga

Sebuah kabar mengejutkan datang menghampiri gue pagi ini. Bukan tentang Naya yang harus dilarikan ke rumah sakit secara tiba-tiba, bukan juga tentangnya yang menerima keajaiban dan sembuh total tanpa aba-aba, apa lagi tentang gue yang bisa menjadi pacar Alya tanpa harus menyelesaikan perjanjian yang menurut gue konyol ini. Bukan sama sekali.

"Ja? Kok diam?"

Gue mengerjap dan gelagapan, tersadar jika Naya kini sedang menunggu jawaban dari pertanyaannya yang meminta gue untuk menjadi pacarnya. Iya, Naya mengutarakan perasaannya pada gue, ini rasanya mimpi, karena kejadian ini bertolak belakang dengan kejadian beberapa tahun lalu ketika ia menolak gue secara mentah-mentah dan lebih memilih Arwan yang sekarang justru memperlakukannya secara semena-mena.

Gue tau dan sepenuhnya sadar jika yang sejak dulu menjadi harapan dan impian gue adalah balasan perasaan dari Naya. Namun, sekarang ceritanya berbeda, sekarang hati gue bukan lagi miliknya, melainkan milik Alya seorang.

"Ja!" Naya kembali bersuara, kali ini dengan menepuk pelan bahu gue.

Setelahnya gue tersenyum sebentar, menggaruk tengkuk yang tidak gatal sama sekali. "Gue... gue nggak bisa, Nay!"

Naya mengerjap. "Kok nggak bisa? Lo udah nggak sayang lagi sama gue?"

"Bukan gitu, Nay, gue sayang sama lo, tapi sayang gue sama lo nggak lebih dari sekedar sahabat, Nay!"

"Tapi kata Alya lo lagi nggak punya pacar dan lagi nggak suka sama siapa-siapa, kok lo tega nolak gue?" Mata Naya berkaca.

"Nay... dulu gue emang pernah suka setengah mati sama lo dan lo tau itu, tapi itu dulu, Nay, dan sekarang... gue suka sama Alya. Maaf, gue nggak bisa balas perasaan lo!"

Detik berikutnya, Naya menangis, gue bingung harus berbuat apa. Karena... di dalam bayangan dan pikiran gue saja ini semua nggak pernah ada. Mana tau gue harus ngapain ketika ternyata kenyataan justru bertindak dengan kejam dengan mengutak-atik tatanan hati dengan begitu mudahnya.

"Tapi lo janji buat terus di samping gue sampai gue sembuh kan?"

"Gue janji, Nay!"

Naya memeluk gue dan tangisannya pecah dalam dekapan gue. Dan sayangnya, gue nggak bisa berbuat banyak. "Ja?"

"Hm!"

"Lo suka Alya?"

"Iya!"

"Sejak kapan?"

"Gue nggak tau pastinya kapan, yang pasti gue tau betul kalau perasaan gue sekarang ke Alya itu cinta namanya!"

Naya menarik dirinya dari gue, menyeka air matanya dan menatap gue lekat. "Terus kenapa lo nggak perjuangin dia, Ja?"

"Karena kita masih terikat perjanjian, Nay!"

"Lo bisa tetap nepatin janji lo dengan apa pun status lo!"

Mata gue berbinar mendengarnya. "Serius? Nggak masalah gue pacaran sama Alya?"

Naya menggeleng cepat. "Nggak, Ja! Lo harus perjuangin perasaan lo, kalian sahabat gue, bahagianya kalian juga bahagianya gue!"

Senyuman gue merekah sempurna. "Tunggu apa lagi? Ayo samperin Alya!" Seru Naya begitu semangat dan segera beranjak dari duduknya.

Gue senang bukan main. Gue kira, cerita gue bakalan berakhir indah hari ini. Gue kira, bahagia akan menjemput gue hari ini. Gue kira, semua yang selama ini ada di kepala gue bakalan jadi kenyataan hari ini. Tapi gue salah, di saat gue dan Naya berlari menuju rumah Alya. Gue justru melihat Alya memasukkan kopernya ke dalam taksi online dan tanpa memberi jeda barang sejenak ia langsung pergi setelahnya.

AKHIR CERITA [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang