Koreksi typo, guys!!
Hepiriding🌻🌻🌻
Vote and comment selalu ku tunggu, luvyualll!!!
☆☆☆
Raja Faresta Dirga
-ini part bakalan panjang dan didominasi sama paragraf, tapi plis, tetap baca dan jgn skip, karena ini isi hati gue (Raja)-
☆☆☆
Jika harus ada yang namanya hari terberat dalam hidup, maka selama delapan belas tahun gue hidup di muka bumi ini, hari ini adalah hari terberat bagi gue, lebih berat dari pada sekarung beras, apa lagi segalon air mineral yang nggak ada apa-apanya bagi gue.
Gue sepenuhnya sadar saat suatu malam sahabat terbaik gue yang bernama Alya mengutarakan perasaannya pada gue. Meski ia mengatakannya secara tersirat, tapi jika pun kalian yang berada di posisi gue maka kalian pun akan tau jika Alya sedang mengutarakan perasaan cintanya. Tapi sayang, malam itu gue nggak bisa berbuat banyak karena entah kenapa gue yakin kalau dengan ataupun tanpa membalas perasaannya pun dia akan tetap berdiri di sini, di sisi gue. Menemani gue menghabiskan hari selalu, selamanya.
Oke, gue memang terlihat jahat dengan memilih mengabaikan perasaannya lewat gue yang berpura-pura tidak tau. Gue kira semua bakalan baik-baik saja ketika gue kembali memperkenalkannya dengan Rifky, salah satu teman tongkrongan gue di sekolahan. Gue kira, Alya akan menolaknya mentah-mentah seperti yang selama ini selalu dia lakukan ketika gue menjodoh-jodohkannya dengan lelaki manapun. Iya, awalnya Alya memang menolak mentah-mentah Rifky. Tapi entah bagaimana caranya sekembalinya dari rumah nenek, ia justru memutuskan untuk melabuhkan hatinya pada Rifky. Sampai satu pertanyaan meradang di otak gue, apa secepat itu dia menghilangkan rasa cintanya pada gue dengan memilih menerima Rifky?
Dan di saat yang bersamaan gue merasa... seperti ditusuk duri yang mengakibatkan luka dalam di salah satu bagian dari tubuh gue. Tepatnya itu, di hati gue. Ah, dari tadi gue ngomong apa sih? Kenapa gue jadi ngelantur gini. Gue menjambak rambut gue sendiri, frustasi dengan menerima hidup yang seolah dipermainkan takdir.
Mungkin sebelumnya, Alya sudah bercerita pada kalian tentang perasaan gue pada Naya, iya gue cinta sama Naya entah sejak kapan, gue nggak ingat jelasnya kapan, intinya gue sempat mengutarakan perasaan gue pada Naya yang kemudian dia tolak dan berujung pada persahabatan kami yang koyak dan kelihatannya... tak lagi bisa dijahit kembali. Dan gue nggak tau apakah ini kesalahan gue atau bukan. Yang pasti tujuan gue menjauh adalah karena gue mau menghilangkan rasa cinta itu. Gue nggak mau berlarut-larut dalam kesedihan, namun nyatanya gue nggak bisa pergi begitu saja dari lingkaran percintaan yang ternyata telah menjebak gue.
Dan akibat dari terjebaknya gue disana adalah patah hatinya Alya yang berkepanjangan, gue tau gue pecundang karena menjaga seorang sahabat saja gue nggak bisa. Tapi gue bisa apa? Gue cinta sama Naya dan gue nggak bisa balas perasaan Alya, tapi kenapa di saat yang bersamaan gue juga seolah nggak rela ketika harus melihat Alya diembat orang lain? Shit! Bukankah menjodohi Alya dengan Rifky itu akal-akalannya gue? Sebenarnya gue ini kenapa sih? Tolong bantu gue! Beritahu gue kalau ada jalan keliru yang sudah terlanjur gue tempuh.
Gue sepenuhnya sadar saat dengan nggak tau dirinya gue meninggalkan Alya yang merapuh di ujung pertahanannya sendirian demi lebih memilih menyambut kedatangan Naya. Singkat cerita gue yang meminta Rifky untuk datang ke rumah nenek dan menemani Alya sedang gue akan pergi untuk menjemput kebahagiaan gue yang telah lama pergi berkelana.
Gue kira Naya datang dengan senyuman merekah yang ia persembahkan. Iya, benar. Dia datang memang dengan sebuah senyuman, tapi senyuman itu tampak semu... karena seharusnya gue sadar bahwa nggak semua hal yang gue mau itu bisa gue genggam. Bagi gue, Naya itu air yang sampai kapanpun nggak akan pernah masuk ke dalam genggaman gue. Sedangkan Alya itu udara, tanpa gue sadari tanpa udara yang nggak pernah mau gue lihat keberadaannya itu bikin gue nggak bisa hidup tanpa dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR CERITA [COMPLETED]✔
Подростковая литератураAku Alya. Orang yang hatinya terbuat dari baja. Berkali-kali jatuh dan patah. Tetapi perasaan terus saja membawa hatiku ke lembah yang sama. Tentang mencintai, cemburu, patah hati, bersabar, hingga mengiklaskan sudah pernah ku rasakan. Tapi kenapa...