DEKORASI acara pernikahan didominasi warna putih. Juntaian bunga mengulur dari segala arah. Sejak siang ballroom luas beratap tinggi ini sudah digandrungi oleh lebih dari ratusan tamu. Citra mengundang Ben, Bima, Sebastian, dan Tara untuk datang pada pukul tujuh malam. Meski demikian, Tara mendatangkan diri lebih awal.
"Tara!" Citra melambaikan tangan rendah pada Tara di bawah pusat panggung. Beberapa orang baru selesai menyalami Citra. Wanita itu mengenakan kebaya panjang ber-tile transparan di bagian punggung.
Dari jauh dan dalam kerumunan, Tara menghampiri Citra dan pasangannya, Rangga yang juga membalas senyuman Tara. Tiba di depan mereka, Tara menatap lekat-lekat Citra dari atas sampai bawah. "Ya Tuhan, cantik banget, Mba!"
Citra tertawa, "Yang make-up in siapa dulu," katanya bangga.
Tara cekikikan. "Tahu, deh, tahu..." Ia tahu Citra menggunakan jasa MUA yang mereka berdua sama-sama idolakan. Tara kemudian mengucapkan selamat kepada Citra dan Rangga. Pasangan baru itu mengucapkan terimakasih kembali.
"Btw, Tar, lo dandan cakep gini masa datang sendiri, sih?" tanya Citra.
Tara menyimpul senyum, "Nggak, kok. Bentar lagi pacar gue datang."
Citra terkesiap. "Pacar? Lo punya pacar, Tar?"
Tara mengangguk, "Ya gitu, deh."
Melihat tampang kecut Tara, Citra tertawa lagi. Wanita itu hendak bertanya "siapa?" ketika Tara mendahului, "Mba, gue mau ngelaporin sesuatu ke lo."
Citra mengernyit, "Laporin apa?"
Saat Tara hendak menjelaskan, segerombol tamu mendatangi Citra dan Rangga. Dengan terpaksa Tara pun minggat. Citra menyuruh Tara untuk makan terlebih dahulu. Ia akan mengunjungi meja Tara beberapa saat lagi.
"Tara, sori lama," Citra baru selesai. Wanita itu menghampiri Tara sambil menyambung, "Mumpung gue senggang, bentar lagi mesti balik."
Niat Tara untuk menjelaskan pelaku pencuri kamera gugur ketika Bima muncul dari belakang Citra. Bocah itu berpakaian rapi, melangkah menuju Citra. Semua orang yang Bima lewati agak terperangah karena Bima membawa dua kotak besar berlapis kertas coklat. Salah satu kotaknya berbentuk persegi panjang. Bima hampir kesusahan membawa barang-barang itu. Melihat Bima, Tara mengirimi Bastian pesan :
Tara : Bima udah muncul
Bastian : Copy that
"Bima?" Citra menganga. Ia memandangi Bima yang berjalan melewatinya dan menaruh kotak itu di meja undangan yang Tara duduki. "Ngapain lo kemari bawa kotak segede gambreng?" tanya Citra. Kotak-kotak itu sangat mencolok di antara kerubungan pesta.
"Bima mau ngaku, tuh, Mba," sahut Tara, cekikikan dari kursinya.
Bima menjengitkan alis pada Tara, "Lo udah tahu, Mba?" tanya bocah itu pada Tara.
Tara mengenyam senyum kecil. Ia tidak menggubris Bima dan menyarankan, "Mending lo suruh Mba Citra buka kotak itu dulu, deh, Bim."
Bima menggeser kotak itu ke arah Citra. Ia menyuruh Citra membukanya. Citra yang sejujurnya kebingungan, takut-takut membuka kotak itu. Dan sesuai firasatnya, isinya kamera baru. Tipe dan merek yang sama dengan kamera Citra yang hilang.
Seketika Citra langsung mengangkat kepala dari isi dalam kardus dan menatap Bima kaget. "Jadi benar lo nyuri kamera gue, Bim?" tanya Citra.
Bima ragu-ragu mengangguk. "Iya," akunya. "Tapi sumpah gue bukan bermaksud nyuri, Mba!" serunya sebelum Citra berpikir yang aneh-aneh. "Gue nggak sengaja jatuhin kamera lo sampai pecah.," jelasnya murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thief!
Chick-LitTELAH HILANG SATU UNIT KAMERA DSLR Berawal dari hilangnya spaghetti bolognese dikulkas hingga kamera DSLR di sebuah rumah kontrakkan, seluruh penghuninya pun berkumpul mengadakan rapat darurat. Mereka saling menuduh satu sama lain sebagai suspect al...