5

2.2K 298 10
                                    

Sahabat? Keluarga gue hancur karna dia.

ARSENIK; Arsen Riadi Permana

"Iya, Ma?"

"Kenapa baru kamu angkat Fian?"

Fian terdiam.

"Fian? Mama nelponin kamu dari tadi loh."

"Maaf, Ma."

"Niko gak ada di rumah Andri dari kemaren. Andri baru aja ngabarin Mama. Nanya Niko pulang ke Surabaya apa enggak soalnya hapenya Niko gak aktif. Niko gak ada di Surabaya, Andri juga minta bantuan polisi—"

"Niko ada sama aku."

Hening.

"Kalo gitu Mama kabarin Andri sekarang juga."

"Jangan," cegah Fian.

"Maksud kamu dengan jangan apa Fian?"

"Ma. Aku mohon ... Niko tinggal sama aku aja—"

"Enggak. Balikin Niko ke rumah Andri sekarang Fian."

"Aku gak mau, Ma. Dia anak aku. Biar aku yang tanggung jawab—"

"Kamu egois."

Fian terdiam. Egois katanya?

"Niko berhak untuk deket sama ayah kandungnya—"

"Dan aku juga berhak deket sama anak aku."

"Fian, dengerin Mama." Vita masih berusaha membujuk. "Beri kesempatan Andri sama Niko untuk bersama. Ada saatnya bagian kamu Fian. Untuk sekarang Mama mohon, anterin Niko pulang—"

Belum selesai Vita berbicara, kalimatnya harus terpotong karena Fian mematikan panggilan sepihak. Biarkan. Biarkan untuk kali ini saja Fian mementingkan keinginannya dari pada mendahulukan permintaan orang lain. Baru saja pria ini ingin mematikan daya handphone, panggilan dari seseorang yang merupakan asisten rumah tangganya langsung menjadikan Fian mengangkat panggilan tadi.

"Iya, Bi'. Ada apa?"

"Bapak Adam baru aja dateng ke rumah, Pak."

Fian membulatkan mata.

"Saya pulang sekarang Bi."

Fian tahu betul apa yang akan terjadi. Adam tidak pernah lagi menaruh suka kepada Niko ataupun Kaila semenjak perceraiannya. Fian pun tahu betul seperti apa Adam itu. Tidak banyak basa-basi pria ini memutuskan untuk berlari ke luar ruangannya, mengabaikan tatapan orang-orang yang mengalihkan fokus pada atasan mereka. Bahkan sekretaris tak diacuhkan oleh Fian.

Hatinya tak nyaman.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah. Fian membeli rumah di salah satu komplek yang sangat dekat dengan kantor. Dia berlari, tanpa menghiraukan keberadaan dua orang yang merupakan satpam serta asisten rumah tangganya. Dua orang tersebut menunggu kedatangan Fian di teras, tidak berani menyusul ke halaman belakang. Tahu betul bahwa Adam tidak pernah suka jika ada yang mengganggu urusannya. Bisa-bisa merekalah yang akan diberi amarah oleh pria tersebut.

Fian tiba tepat saat dengan mata kepalanya sendiri dia melihat bagaimana Adam mendorong Niko ke kolam renang. Sesak dan sakit. Mata Fian sudah sangat memerah sekarang, bukan hanya karena perih di dada, melainkan marah juga.

Fian berlari, tepat saat itu Niko memunculkan diri dari dalam air. Adam melihat hadirnya Fian yang pasti setelah ini akan ada pertengkaran dengan anaknya itu, tetapi pria tersebut memilih diam di tempat. Menunggu respon seperti apakah yang akan Fian lontarkan.

ARSENIK✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang