12

1.7K 248 38
                                    

"Masuk ke kelas lo!" suruh Arsen saat mereka sampai di depan kelas Varsha.

"Gak usah teriak, Sen. Anak-anak ngeliatin."

Arsen menghela napas. "Gue cinta sama elo."

Varsha mengangguk paham. Kalimat tadi selalu Arsen ucapkan ketika mereka sedang bertengkar, bermakna sebagai penjelasan bahwa apa yang dilakukan remaja laki-laki di hadapannya adalah karena hubungan mereka.

"Gue gak mau lo deket sama cowok itu lagi."

Varsha tersenyum. Bagaimana bisa dia meninggalkan Ervin? Rumah mereka berhadapan, mereka juga satu band sehingga sering manggung bersama. Tidak mungkin Varsha tidak dekat dengan Ervin, bukan? Hal tersebut mustahil.

"Iya, aku usahain buat gak terlalu deket." ujar Varsha. "Yaudah, kamu masuk ke kelas kamu sana, ini udah mau bel."

***

Niko mengikuti langkah Andri untuk masuk ke dalam restoran. Setelah Andri memintanya untuk ikut makan malam di luar, Niko hanya bisa menuruti. Namun, saat melihat ke mana mereka akan mendudukkan tubuh, di mana sudah ada sosok lain yang begitu Niko kenal, langkahnya langsung terhenti, menjadikan Andri ikut menghentikan langkah.

"Ayah," gumam Niko. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak bisa menebak bahwa Andri akan membawanya ke tempat Fian, dari sini saja Niko dapat melihat dengan jelas Fian yang terus memandanginya lekat.

"Ayo," ajak Andri.

Niko menggeleng. "Papa gak bilang kalo kita bakal ketemu Ayah."

"Niko--"

"Aku gak jadi ikut makan, Pa," sanggah Niko. Hal yang begitu jarang dia lakukan. "Aku pulang aja."

"Nak--" Kalimat Andri terpaksa berhenti ketika Niko malah berjalan ke luar restoran, sontak saja Fian bangkit dari duduknya, ikut mengejar Niko bersama Andri. Orang-orang sedari tadi juga sadar akan apa yang terjadi di tempat makan ini.

"Niko!" seru Fian. Dia lebih dulu mencekal lengan sang anak ketika mereka sudah ada di luar restoran.

Niko menghentikan langkah, menghela napasnya pelan. "Aku mau pulang, Yah."

"Kenapa kamu ngindari Ayah kayak gini sih, Nak?" tanya Fian. "Kamu marah sama Ayah?"

Niko menggeleng.

"Terus kenapa?" tanya Fian. "Kalo kamu gak marah kenapa Ayah sesulit ini nemuin kamu?"

"Yah," panggil Niko. Saat itu pula Fian langsung memfokuskan diri kepada sang anak untuk dapat menyimak apa yang akan Niko lontarkan.

"Gimana bisa aku bersikap seakan-akan aku gak tau kebenarannya? Gimana bisa aku bersikap sebiasa dulu ke Ayah setelah tau aku bukan anak Ayah? Gimana bisa--"

"Kamu ungkit ini lagi," sanggah Fian.

"Yah," ucap Niko. "Aku malu ...."

"Niko ...."

"Demi Allah aku malu, Yah," ucap Niko. "Aku gak bisa deket-deket sama Ayah kayak dulu setelah tau semuanya."

"Ayah sayang sama kamu."

"Makasih udah rawat aku sampek sebesar ini."

"Ayah sayang banget, Nak."

"Makasih karena dengan senang hati nerima aku."

"Kamu anak Ayah."

"Maaf udah nyusahin."

Kalimat tadi menjadi penutup, Niko lantas menujukan pandangan pada Andri yang berada cukup jauh darinya. "Pa, kita pulang aja ya?"

ARSENIK✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang