11:46 PM, dan Andri masih setia di teras rumah. Menunggu kedatangan remaja yang semenjak sore tak kunjung pulang. Andri tidak berani menelepon langsung pada Arsen, jadi dia memutuskan untuk mengubungi Galang. Remaja yang merupakan tetangganya. Remaja yang turut kehilangan sosok seorang ibu akibat kecelakaan beberapa tahun lalu. Remaja yang kini tinggal bersama om dan tantenya. Namun, Andri juga tidak mendapati sahutan. Sayangnya, keluarga Galang tidak sedang berada di rumah. Orang-orang itu terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Kehadiran sebuah mobil yang cukup familiar membuat Andri langsung menuju ke gerbang. Motor Arsen juga dikendari oleh orang lain. Andri pun mempersilahkan remaja tersebut untuk masuk ke kawasan rumah. Sedangkan Andri langsung beralih ke kursi belakang setelah Galang mengatakan bahwa Arsen ada di sana.
Keduanya lantas membantu tubuh lemas Arsen untuk ke luar. Bau alkohol sungguh terasa oleh Andri. "Berapa gelas?"
Galang bergeming. "Gak kehitung."
Andri terdiam.
"Nih kuncinya."
"Thanks, Di," ujar Galang pada orang yang memberinya kabar bahwa dia menemui Arsen sedang minum. Menjadikan remaja tersebut langsung datang ke lokasi kejadian. Ketika tiba, Galang segera mengajak Arsen pulang, tetapi sahabatnya itu terlalu keras kepala. "Lo pakek mobil gue aja."
Sandi mengangguk. "Thanks. Kalo gitu saya pamit Om."
"Iya, hati-hati."
Ketika Arsen yang hampir kehilangan kesadarannya secara penuh dibantu masuk ke dalam rumah oleh Galang dan Andri, seseorang yang turut di buat resah karena saudaranya tak kunjung pulang mulai melangkah mundur, hingga punggungnya menyentuh tepat ke pembatas antara balkon dan kamarnya. Niko membiarkan tubuhnya luruh.
Memejamkan netra adalah yang dilakukan. Sejatinya Niko tak ingin mengeluh, tetapi ketika melihat sendiri bagaimana hancurnya orang-orang karena hadirnya, rasa menuntut semakin menggila dalam diri sendiri.
Bunda, kenapa jadi gini? Batin Niko. Dulu, hidupnya begitu sempurna dengan keluarga yang lengkap. Orang bilang, keluarganya adalah keluarga impian. Begitu menakjubkan. Ayah yang begitu penyayang terhadap keluarga, ibu cantik yang begitu menawan. Para tetangga yang begitu menyanjung karena kemurahan hati keluarga Niko yang rajin mengundang orang-orang untuk bersilaturahmi. Juga, tidak pernah terdengar perselisihan dari dalam rumah. Namun, setelah keluarga mereka harus retak ketika orang tua memutuskan pisah, artinya predikat keluarga impian ikut tercabut. Hingga kini Niko tak tahu alasan apa sebenarnya, orang lain juga ikut dibuat heran, sebab mereka memang tidak pernah mendengar atau melihat pertengkaran antara Fian dan Kaila. Bahkan Niko bisa melihat dengan jelas seperti apa cinta ayah pada ibu.
Niko membuka netra, menatap lurus ke langit kelam. Pikirannya berkelana, berkhayal bahwa bundanya dapat mendengar apa yang ingin dia sampaikan. Keluhan tentang mengapa hadirnya harus ada, mengapa dia muncul hanya untuk membuat orang lain terluka. Namun, Niko tetap tidak bisa dan tidak pantas menuntut pada Tuhan. Takdir-Nya adalah yang terbaik bukan?
Dan di ruangan lain, sesudahnya Galang pamit untuk pergi pulang. Andri masih memutuskan mengamati anaknya. Tadi saat memasuki kamar Arsen dia juga dikejutkan dengan puntung rokok di mana-mana, menjadikannya begitu tertampar. Semua ini salahnya.
Andri duduk di tepi kasur, mengusap pelan rambut Arsen. "Maafin Papa. Papa tau Papa brengsek. Tau banget."
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, sesudahnya menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh Arsen, Andri memutuskan untuk ke luar kamar. Menyisahkan remaja yang tidak sepenuhnya hilang kesadaran itu tersenyum miris dengan netranya yang terpejam. Berat sekali rasanya ingin membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIK✔
Teen FictionArsenik, dikenal sebagai racun mematikan. Kini, aku akan menceritakan sebuah kisah dua orang remaja laki-laki bersaudara. Mereka adalah Arsen dan Niko. Nama yang jika disatukan, malah bermakna binasa. Keduanya tidak pernah saling melihat hadir, hing...