Varsha menyodorkan sebotol minuman pada Arsen yang pada akhirnya beristirahat. Arsen latihan basket seminggu dua kali, dan Varsha hanya dapat menemani sekali sebab satunya lagi, di hari Arsen eskul basket, Varsha juga mengikuti eskul bandnya.
"Sen?" panggil Varsha.
"Hm."
"Nanti malem aku mau ikut Ervin beli kado--"
"Enggak," sanggah Arsen.
Varsha menghela napas. "Sen ...."
"Aku bilang enggak, ya enggak, Sha."
"Aku mau bantuin nyari kado buat Naya," jelas Varsha.
Arsen mendengkus sebal. "Serah," ujarnya yang kemudian memilih bangkit dan kembali ke tengah lapangan.
Meninggalkan Varsha yang harus menghela napas untuk menyabarkan diri. Semenjak permintaan Arsen dulu yang ingin dirinya menjauh dari Ervin, hingga saat ini, Arsen terus saja bersikap seperti tadi jika menyangkut Ervin. Bahkan ketika teman-teman Arsen dan teman bandnya berkumpul, Arsen jadi semakin jarang menanggapi Ervin.
Varsha pun tidak bisa menurut, rumah mereka bersebelahan, Ervin pun merupakan sahabatnya dari kecil. Tidak bisa dia semudah itu 'meninggalkan' Ervin.
***
Kerutan di dahi sebab rasa heran Niko tampilkan ketika mendapati sebuah panggilan masuk dengan nama 'Kakek Adam'. Padahal, seingat Niko, nomornya telah diblok oleh pria tersebut, entah semenjak kapan, tetapi dulu saat Niko ingin menghubungi untuk menanyakan bagaimanakah keadaan sang ayah, nomornya ternyata telah diblok, begitu juga whatsappnya. Dan sekarang, pria itu mengubunginya?
Tidak ada basa-basi lagi, Niko memutuskan untuk mengangkat panggilan.
"Halo, Kek--"
"Tadi siang kamu ketemu sama anak saya?"
"Enggak, Kek. Niko sekolah--"
"Jauhin Fian. Jauhin keluarga saya. Jangan sampek saya liat kamu berkeliaran di sekitar kami. Paham?"
"Iya--" Belum selesai padahal, tetapi telepon sudah dimatikan sepihak oleh orang di seberang.
Niko menghela napas, setelahnya ingin kembali melanjutkan apa yang sedang ia kerjakan. Namun, sebuah ketukan di pintu kamarnya menjadikan Niko bangkit dan mendekat untuk membuka pintu.
"Tante boleh masuk?"
Niko mengangguk untuk menanggapi kehadiran Gina. Ini adalah kali pertama wanita itu masuk, biasanya, Niko lah yang selalu melihat Gina berkunjung ke kamar Arsen.
"Kamu masih nungas?" tanya Gina ketika melihat ke arah meja belajar keponakannya. Dia sedang duduk di tepi kasur, dengan Niko di sebelahnya. Mereka saling memposisikan diri untuk berhadapan.
"Iya, hampir selesai kok, tinggal dikit lagi," jawab Niko. "Tante sendiri belom istirahat?"
"Tante nunggu Arsen, tapi gak dateng-dateng, padahal mau pamit soalnya besok Tante udah harus pulang."
Niko segera terdiam. Entah mengapa, setiap kali Arsen tidak pulang, rasanya ... ialah yang bertanggung jawab akan hal tersebut.
"Niko?"
Niko yang sempat bergeming, kembali dibuat menfokuskan diri pada Gina saat mendengat namanya dipanggil.
"Tante boleh minta tolong gak?"
"Kalo aku sanggup, pasti aku lakuin, Tante."
"Tante bukan bermaksud mendoakan, karna Tante juga mau semuanya baik-baik saja. Tapi, kalo seandainya semua udah gak terkendali, kamu mau kan ngalah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIK✔
Teen FictionArsenik, dikenal sebagai racun mematikan. Kini, aku akan menceritakan sebuah kisah dua orang remaja laki-laki bersaudara. Mereka adalah Arsen dan Niko. Nama yang jika disatukan, malah bermakna binasa. Keduanya tidak pernah saling melihat hadir, hing...