10

1.8K 252 15
                                    

"Kenapa bibir lo?" Reyvand bertanya saat melihat luka di bibir Galang.

Mendengar hal tadi, sang pemilik nama langsung menoleh pada si penanya. "Gak pa-pa."

"Lo berantem?" tebak Zidan.

"Iya, tapi udah gue selesain."

"Sama siapa--"

Roland baru saja ingin menyahut, tetapi kalimatnya malah dipotong oleh Arsen. "Lang, lo ikut gue ke kelas sebelah. Gue mau ngajak kumpul nanti malem."

Tidak ada yang berani menolak atau menyela, Galang pun menurut. Keduanya pun mulai melangkah ke luar kelas. Namun, saat tiba di luar, Arsen malah berujar, "Kita ke belakang gudang."

Sempat mengerutkan dahi, tetapi Galang tetap menurut. Sesampainya di sana, tanpa ada basa-basi, Arsen langsung berucap, "Lo berantem sama siapa?"

"Sama sekolah sebelah--"

"Bohong," potong Arsen.

Mendengar hal tadi, Galang dibuat bergeming sejenak.

"Waktu kalian mabuk, dan gue belum, gue denger dengan jelas apa yang lo ceritain."

"Emangnya gue cerita apa?" tanya Galang, bingung. "Gak usah dianggep serius, gue cuma ngelantur."

"Lo sampek nangis, Lang. Dan itu pertama kalinya gue liat lo nangis kayak gitu."

"Emangnya gue cerita apa?"

"Masa lalu lo," jawab Arsen. "Ketakutan elo."

Beku ditempat, itu yang saat ini Galang lakukan.

"Dan luka dibibir lo itu, dia penyebabnya?"

Galang kini mengepalkan tangannya dalam diam. Apa benar hal yang ia sembunyikan telah terungkap begitu saja?

"Siapa aja yang tau?" Nada bicaranya meninggi sekarang.

"Cuma gue. Jadi lo sekarang--"

"Jangan ikut campur," potong Galang. "Dan lo bisa lupain--"

"Lo bego?!" seru Arsen. "Hal yang lo alamin udah gak wajar--"

"Gue mohon," sanggah Galang. "Lupain."

***

"Lo Niko?"

Sang pemilik nama yang sedang berjalan di koridor sekolah dipaksa menghentikan gerak ketika mendapati tiga orang siswa menghalangi langkahnya. Menanggapi pertanyaan dari salah satu dari mereka, remaja ini memutuskan untuk mengangguk.

"Kita ada perlu sama elo."

"Perlu apa?" tanya Niko was-was. Firasatnya sudah tak nyaman sekarang. Tadi, dia diwajibkan piket sebelum pulang, jadi berakhirlah dengan dia yang tidak bersama Bima. Koridor di lantai ini--tiga--juga sudah sepi.

"Ikut kita."

"Bisa bicara di sini kan?" tawar Niko.

Ketiga orang tersebut tertawa kecil. Memandang remeh ke arah murid baru di hadapan mereka. Tidak perlu waktu lama, salah satu di antara ketiganya langsung membuka kantong plastik yang ditenteng, lalu mengambil cairan kental berwarna merah, yang Niko ketahui adalah saos tomat dan melempar ke seragamnya dengan cara memukul dadanya keras.

ARSENIK✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang