Andri fokus pada bulan yang ia lihat dari balkon kamar. Dingin kali ini menemani renungannya tentang sosok seorang Fian. Setelah sekian lama, akhirnya dia hadapakan dengan laki-laki yang dulu mengalahkannya walau tanpa bertarung demi hidup dengan Kaila
Namun, ia sama sekali tidak menyesali apa yang terjadi di masa lalu, sebab, jika tanpa 'masalah' mungkin saja tidak ada kesempatan untuknya hidup dengan Claura.
"Mas Fian itu baik banget. Sampek-sampek terlalu baik buat aku yang kayak gini."
Itu yang Kaila ucapkan ketika beberapa bulan lalu Andri kembali masuk ke dalam hidup wanita tersebut. Wanita yang akhirnya kembali ia cari sebab sangat ingin menemui anaknya. Saat datang, Andri kira dia akan kembali diusir, sama seperti bertahun-tahun lalu. Namun, salah. Kaila menyambut kehadirannya tanpa menyuruh pergi.
"Fian, benar kata Kaila, kamu memang sangat menyayangi Niko," gumam Andri. "Dan itu petaka buat hubungan antara aku dan anakku."
Dia menghela napas. "Maaf, tapi biarin kali ini aku yang ngambil alih kendali. Jangan terus-terusan kamu yang mendapatkan apa yang seharusnya aku miliki."
***
"Arsen, Om--"
Fian baru saja ingin membuka suara ketika Arsen lebih dulu dipaksa masuk ke dalam mobil oleh Andri. Bahkan, pria tersebut segera menyusul dan melajukan mobil untuk lekas pergi dari tempat ini.
Dalam perjalanan mereka, keduanya sama sekali tidak bicara. Arsen hanya terus memandang lurus. Dia sudah tahu bahwa Fian 'gagal'. Jadi, apa sekarang dia benar-benar harus menyerah dan mengaku kalah?
"Kamu gak perlu mikir macem-macem," peringat Andri. "Hal buruk apapun yang ingin kamu lakuin untuk diri kamu sendiri, itu gak akan pernah Papa biarin terjadi. Paham?"
"Apa susahnya sih nyuruh dia pergi dari rumah?" sahut Arsen. "Lagian dia masih punya orang tua--"
"Orang tua Niko udah cerai--"
"Terus kenapa? Hubungan Papa sama dia bahkan gak diakui sama hukum--"
"Kita jemput Niko sekarang."
***
Canggung, selama Niko memasuki mobil tidak ada satu suara pun yang terdengar. Mereka bersama di dalam satu ruang tanpa adanya percakapan. Rasa tak nyaman juga Niko alami sebab tahu betul bahwa Arsen baru saja 'pulang'. Dan itu karenanya.
"Kita makan dulu--"
"Aku mau pulang," sanggah Arsen dengan tegas.
"Arsen ...."
"Aku mau pulang."
"Pulang aja, Pa." Akhirnya Niko memilih untuk ikut berbicara. "Aku juga mau bersih-bersih badan dulu. Gak enak juga makannya kalo belom mandi."
Andri menghela napas. "Yaudah, nanti makan malemnya di luar aja ya? Bertiga."
Niko hanya tersenyum sebagai sahutan. Beda dengan Arsen yang enggan memberi tanggapan.
Saat sampai di rumah, Arsen turun dengan membanting pintu mobil. Segera masuk ke dalam rumah yang ternyata Adi dan Gina sudah ada di ruang tamu. Wanita tersebut juga langsung bangkit ketika melihat kedatangan sang keponakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIK✔
Teen FictionArsenik, dikenal sebagai racun mematikan. Kini, aku akan menceritakan sebuah kisah dua orang remaja laki-laki bersaudara. Mereka adalah Arsen dan Niko. Nama yang jika disatukan, malah bermakna binasa. Keduanya tidak pernah saling melihat hadir, hing...