"Mew, kami akan pergi ke Bali untuk melihat perkembangan pembangunan Hotel kita disana. Apakah kamu ingin ikut bersama kami? Ayah dan Ibu tidak ingin meninggalkanmu sendirian." Ayah bertanya padaku.
"Aku rasa, akan lebih baik Ayah dan Ibu pergi berdua saja, aku berencana berangkat ke Swiss 3 hari lagi bersama Ohm dan Dean untuk melakukan audit."
Jawabku sambil aku berjalan mendekati Ayah yang sedang berdiri sambil melihat pemandangan diluar ruanganku.
"Apa yang Ayah sedang lihat, disini hanya kelihatan gedung-gedung bertingkat."
"Ayah bisa melihat langit biru Mew, luas dan tak ada ujungnya. Ayah hanya ingin hatimu seluas langit Mew, tapi tetap memiliki ujung agar Ayah dan Ibu bisa mendekati hatimu." Sambil menepuk pundakku, Ayah berlalu keluar dari ruanganku.
Ayah tidak memiliki kerabat atau orang tua sejak berusia 17 tahun. Ayah bekerja dan berusaha mempelajari hal baru.
Bahkan Ayah hanya lulusan sekolah tanpa sempat merasakan indahnya masa muda menjadi mahasiswa karena Ayah sibuk bekerja siang malam untuk menghidupi dirinya dan menabung untuk masa tua Ayah.
Diusia 20 tahun, Ayah bekerja menjadi seorang supir untuk orang Itali dan bos Ayah itu mengajari Ayah mengenai berbagai hal.
Dari membuat laporan sederhana tentang penggunaan uang bensin, parker dan servise mobil, kemudian laporan sederhana mengenai jadwal dan jam kerja Ayah, sampai dengan grafik perhitungan biaya hidup Ayah selama 1 bulan.
Hal sederhana itu menurut Ayah sangat besar manfaatnya. Ayah menjadi disiplin dan belajar untuk mendalami hal-hal mengenai perencanaan biaya dan tabungan.
Setelah 3 tahun Ayah bekerja dengan tuan Dominico, sebelum kembali ke Itali memberikan pengetahuan mengenai saham dan mengajari Ayah bagaimana cara agar meminimalis kerugian.
Tuan Dominico hanya membutuhkan waktu 2 minggu untuk mengajari Ayah, dan memberikan Ayah modal saham di salah satu Hotel yang berada di Bangkok sebesar 7%.
Dengan kepiawaian Ayah dan dengan keuletan Ayah, dari saham 7% itu, ayah dapat membeli saham semula 7% menjadi 10%.
Tidak mudah bagi Ayah mengumpulkan uang dari hasil kerjanya sebagai seorang supir pribadi. Diusia 25 tahun, Ayah menikah dengan Ibu seorang akuntan publik yang tak lain adalah teman Ayah bermain Ayah saat kecil.
Dengan tidak ada ijazah dari perguruan tinggi, sulit bagi Ayah untuk melamar pekerjaan di kantoran. Ibu bekerja sebagai akuntan disalah satu perusahaan dan membantu Ayah dalam merencanakan keuangan keluarga.
Suatu ketika, ada sebuah Hotel kecil di Pattaya yang dijual sangat murah karena pemiliknya mengalami kerugian yang sangat besar dan tidak sanggup membayar karyawannya.
Ayah dan Ibu kemudian membeli Hotel tersebut dengan semua uang yang dimiliki oleh Ayah dan Ibu dan menjual saham yang dimiliki Ayah sebanyak 5%.
Ayah dan Ibu kemudian pindah ke Pattaya dan tinggal di Hotel tersebut, mengelola dari nol sampai aku berusia 10 tahun, Hotel kami menjadi Hotel terbaik di Pattaya. Dalam kurun waktu 20 tahun, Ayah sudah memiliki 2 Hotel lain di Bangkok dan di Swiss.
Saat ini Ayah dan Ibu sudah memilih Bali menjadi lokasi Hotel kami yang keempat. Aku sebagai anak sangat bangga dengan Ayah dan Ibu.
Namaku Mew Suppasit Chaloem anak pertama dari Atid Chaloem dan Ploy Kannika Duangphen. Adikku bernama May Achara Chaloem usia kami terpaut 3 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh cinta padamu lagi...
Fanfiction"Ayah bisa melihat langit biru Mew, luas dan tak ada ujungnya. Ayah hanya ingin hatimu seluas langit Mew, tapi tetap memiliki ujung agar Ayah dan Ibu bisa mendekati hatimu." Sambil menepuk pundakku, Ayah berlalu keluar dari ruanganku. ------- "Tuan...