Part 3

936 76 7
                                    


"Kak Mew, apakah kakak akan menemui Papanya kak Nattarin hari ini?" Tanya May sebelum aku pergi menemui Papa.

"Iya May, aku sudah janji akan bertemu dengan Papa."

"Apa kak Mew tahu apa yang akan dibicarakan oleh papanya?"


"Aku tidak tahu May, kami kehilangan satu-satunya orang yang kami cintai seperti itu May.. Mungkin Papa membutuhkanku untuk menguatkannya, sama sepertiku yang membutuhkan Papa untuk menguatkanku."




"Mew...."

"Papa.."

Kami berpelukan dan kemudian papa kembali duduk di restaurant Hotel kami.

Kami berbincang seputar kegiatan sehari-hari sama seperti yang biasa kami bicarakan saat ada Nattarin.

Nattarin, istriku adalah orang yang sangat ceria, mudah bergaul dan ramah kepada siapa saja. Dia membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Kami menikah setelah 2 tahun menjalin hubungan. 

Nattarin sangat dekat dengan Papanya, mungkin karena dia adalah anak tunggal dan Ibunya meninggal dunia saat Nattarin berusia 12 tahun.

Perbincangan singkat kami tetap hangat dan tidak berubah.


"Mew, papa ingin segera menimang cucu, supaya papa tidak kesepian. Menikahlah Mew, agar papa memiliki cucu.."ucap papa saat kita berjalan menuju kamar papa.

"Belum ada yang bisa menggantikan Nattarin pa, aku sangat mencintainya. Apa yang terjadi padanya belum dapat aku lupakan.."


"Sudah hampir 5 tahun Mew, papa sudah melepaskan Nattarin agar dia bahagia di surga. Kamu adalah anak papa satu-satunya Mew, dan papa tidak ingin kamu merasa kesepian seperti papa saat kamu tua nanti. Karena papa tidak mungkin akan selamanya menemanimu."

"Aku akan pikirkan kembali pa, tapi aku tidak bisa mencintai orang lain lagi pa.."

"Papa tahu betapa kamu sangat mencintai Nattarin, sama seperti papa mencintaimu Mew."




1 tahun sudah sejak kecelakaaan pesawat Ayah dan Ibu. Aku masih berada didalam kamar dan tidak ingin berangkat ke kantor. Aku sudah meminta Ohm dan Dean untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah aku berikan. 

Aku meminta mereka memberiku waktu 1 minggu untuk mengenang Ayah dan Ibu.

Aku mendengar suara ketukan di pintu kamar ku. Dengan sedikit malas, aku membuka pintuku dan aku melihat May sedang menangis dan kemudian dia memelukku.


"Aku mendengar suara Ayah kak....... Aku mendengar suaranya....."

Tangis May semakin keras dan pelukannya semakin erat. Aku pun tak kuasa menahan tangisku dan air mataku telah bercucuran. Kami menangis bersama, aku tidak melihat Boat, sampai dia juga ikut memeluk kami.


Setelah tenang, kami menuju ruang keluarga, Boat bercerita, bahwa 2 hari yang lalu ada yang menghubungi nomor telepon May, dan suara di dalam telepon itu menurut May adalah suara Ayah. May hanya menangis saat mendengar suara orang yang menelponnya dan menutup teleponnya.

Jatuh cinta padamu lagi...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang