satu

4.6K 145 16
                                    

Aku tidak tahu ada orang sekejam ini sampai aku bertemu dengannya. Hidupku yang sempurna berubah total karenanya, seluruh aset perusahaan appa berganti menjadi miliknya.

Kami bertiga akhirnya pindah ke sebuah kontrakan kecil, aku bekerja untuk mendapatkan uang untuk biaya hidup. Appa yang langsung drop sejak perusahaannya diambil oleh pria kejam itu. Eomma hanya biss menemani appa.

Itu tidak masalah, aku masih bisa menghasilkan uang dengan kedua tanganku. Tapi, ia memintaku ikut bersamanya, aku dijadikan alat pelunasan atas hutang appa padanya.

"Pikirkan baik-baik nona Im. Aku memberikan tawaran yang menarik, kamu ikut denganku, aku memberikan hidup yang layak untukmu bukan menjadi pelayan seperti ini" ujarnya. Aku bertemu dengannya di cafe tempatku bekerja, ia tentu saja mengenaliku karena aku sempat menyiramnya dengan air di hari ia mengusir kami keluar dari rumah.

"Kamu sudah mengambil segalanya dari kami, jangan datang mengacau lagi"

"Kamu pikir itu sebanding? Itu hanya tak seberapa dibandingkan pinjaman appamu. Bahkan dengan tubuhmu pun tidak bisa mengganti kerugian yang aku alami karena appamu itu. Jangan mengira appamu itu orang baik,"

"Tentu saja appaku orang baik. Yang jahat dan kejam itu kamu" aku meneriakinya

Ia tersenyum lalu mengenggam daguku.

"Kamu cukup manis jika lebih jinak. Aku memberikanmu tawaran terakhir, jadilah budakku maka aku akan melepaskan keluargamu" ujarnya, aku menendang kakinya. Seharusnya kakiku terangkat lebih tinggi untuk menendang selangkangannya tapi aku terlalu gugup sehingga menendang kakinya saja sudah butuh tenaga ekstra.

"Bermimpi saja" aku mendorongnya

"Aku pastikan kamu tidak bertemu kedua orang tuamu lagi saat pulang nanti" ujarnya dan aku mengabaikannya. Dia pria sialan yang tidak perlu terlalu aku pedulikan. Dia hanya mengertakku, aku yakin.

***

Aku pulang membawa dua bungkus makanan, hari ini cafe terlalu sepi, sehingga ada banyak makanan yang tidak terjual. Bossnya berbaik hati memberikan aku dua bungkus. Sungguh menyedihkan nasibku, makan pun harus dari belas kasihan orang.

Aku juga membawa beberapa bungkus obat, mudah-mudahan obat ini cocok untuk appa.

Setiba di rumah, aku cukup terkejut pintu tidak tertutup sama sekali. Tidak biasanya eomma membiarkan pintu terbuka dengan lebar karena di depan banyak sekali tikus berkeliaran. Aku mengintip ke dalam, keadaan rumah sangat berantakan.

"Eomma,," panggilku, tidak ada sahutan sama sekali. "Appa, eomma,,"

Aku terus memanggil sambil masuk ke dalam, tidak ada siapapun. Makanan dan obat yang aku bawa juga terjatuh begitu saja saat melihat sebuah notes kecil tertempel di pintu kamar.

"Kamu pasti sudah menebak siapa yang melakukan ini kan?? Gadis manis.."

"Bajingan" aku meremas kertas itu dan membuangnya.

***

Aku mengepalkan tanganku saat berdiri di depan pintu club miliknya. Memutuskan antara masuk atau tidak. Aku selalu hidup dalam didikan yang baik selama 20 tahun ini, untuk menjadi seorang yang liar aku tidak bisa. Hanya saja untuk menghadapi pria ini, aku tidak boleh penakut.

Aku memutuskan mendorong pintu club itu dan masuk ke dalam, mencari-cari dimana keberadaan pria itu.

"Cari siapa nona?" Tanya salah satu penjaga pintu.

"Dimana choi siwon?" Tanyaku

"Oh nona Im. Tuan sudah menunggu anda di ruangannya" ujarnya "Mari saya antar"

Aku mengangguk, karena bagaimana pun aku tidak tahu dimana ruangan pria itu.

Ia mengantarku ke lantai dua. Lalu ia menunjuk ke arah ujung ruangan.

"Disana ruangannya nona" ujarnya dan aku mengangguk lalu mengucapkan terima kasih. "Hati-hati nona"

"Nde?"

"Nona tampak seperti wanita baik-baik. Aku sedikit mengkhawatirkanmu"

"Gomawo" ujarku, di tempat seperti ini masih ada juga orang baik. semoga ia mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Aku meneruskan langkahku, saat tiba tanpa mengetuk, aku segera membuka pintu itu.

"Oh shit!!" Desisnya saat aku membuka pintu. Aku melihatnya duduk di sofa dan seorang wanita duduk diantara kedua kakinya. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan sampai ia meminta wanita itu berdiri dan aku melihat apa yang tidak seharusnya aku lihat. Aku menyesal saat ini masuk tanpa mengetuk.

Aku memutuskan untuk balik keluar.

"Masuk Im Yoona" perintahnya, ia berdiri dan membenarkan celananya. Ia mengusir wanita yang tadi itu keluar. "Masih ingin melihatnya?" Tanyanya

Aku segera menghampirinya dan menendang kakinya

"Dimana orang tua ku?" Teriakku

"Jika aku mengembalikan mereka, apa yang aku dapatkan?"

"Kamu sudah mengambil semuanya. Apalagi yang kamu mau? Tidak ada apa pun yang tersisa lagi" ujarku, aku menangis di depannya.

"Simpan tangisanmu sayang. Aku tidak terpengaruh oleh tangisanmu" ujarnya, ia mencoba menyentuh pipiku. Aku menghempaskan tangannya. "Jadilah pemuasku, maka kamu akan memberikan semuanya untukmu" ia mencoba menciumku dan aku meludahinya. Tidak ada pilihan lagi.

Ia mengusap wajahnya dan mencengkram tanganku.

"Wanita sombong. Jangan salahkan aku kalau orang tuamu harus menemui ajalnya" bentaknya

Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan padaku, appa dan eomma tampak disekap didalam sebuah ruangan.

Appaku sedang sakit dan ia tampak kesakitan saat ini.

"Aku hanya perlu menelepon maka mereka akan habis"

"Kamu mau aku bagaimana baru mau melepaskan kedua orang tuaku?" Aku kalah, aku terduduk di lantai dan menangis.

"Sudah aku katakan. Jadilah kucing manisku. Aku akan melepaskan kedua orang tuamu dan memberikanmu kehidupan yang mewah" ujarnya "aku janji akan memberikan mereka kehidupan yang layak"

Aku mengangguk, aku setuju. Tidak ada pilihan lain. Air mata ini terus menangis.

"Aku akan melakukan apapun yang kamu mau, aku mohon tolong lepaskan orang tua ku" ujarku, ia menarikku berdiri. Lalu ia mencium pipiku. Aku jijik padanya, tapi aku tidak bisa melakukan apapun lagi. Dia pria jahat, dia bisa melakukan apapun demi mencapai tujuannya.

"Aku akan melepaskannya setelah kita melakukannya" ujarnya dan aku hanya bisa mengangguk setuju.

Ia duduk di sofa tadi, tersenyum padaku.

"Kamu harus melakukan apa yang wanita tadi lakukan. Karena kedatanganmu menghentikan kenikmatanku" ujarnya, aku hanya diam di tempat, ia menarik tanganku hingga aku terjatuh berlutut tepat di depannya.

"Mengapa kamu harus merendahkan aku seperti ini" ujarku, air mataku menetes tak henti.

"Kamu sudah setuju menjadi budakku. Jangan melawanku" ujarnya "atau besok kamu hanya menemui mayat kedua orang tuamu?"

Aku memegang kakinya, aku akan menurutinya.

"Lakukan sekarang!!" Bentaknya dan aku terkejut sehingga semakin menangis.

Ia lalu menarikku berdiri dan mendorongku ke sofa. Ia mencium bibirku habis-habisan. Ciuman pertamaku direbutnya dengan begitu kasar.

"Kamu akan aku hukum lebih kasar jika saja saat aku menidurimu nanti kamu bukan seorang perawan" ujarnya, ia berdiri setelah melepaskan ciumannya.

"Aku akan menyiapkan kontrak untukmu. Setelah kamu menanda tanganinya. Aku akan membiarkanmu bertemu dengan orang tuamu" ujarnya dan aku mengangguk. Setidaknya aku bisa menyelamatkan kedua orang tuaku.



TBC

You're still the OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang