Mungkin kita sering mendengar kalimat ini "yang kita rasakan adalah yang terbaik".
Beberapa kejadian dalam hidup adalah kepastian yang kita alami tanpa bisa menolaknya untuk tidak terjadi. Dari setiap yang kita rasakan kita butuh dukungan baik, butuh penerimaan dan butuh berdamai dengan satu keadaan yang pernah membuat kita sulit untuk memaafkan.
_Healingbywriting
Saat kita memilih seseorang dengan penuh harusnya mereka mampu memberi dan membalas dengan utuh. Tapi nyatanya, tidak semua hal yang diberi utuh mampu membuat seseorang bertahan, ada sebagian yang sengaja dibagi olehnya dan ada sebagian yang dihilangkan olehnya. Dari setiap yang pernah disemogakan, nyatanya bibir hanya sebuah ilusi. Gagal perihal biasa, namun menyembuhkan adalah usaha.Kenangan tidak akan mungkin untuk dilupa, perihal detak yang hilang dan sudah tidak di temukan pada pertemuan. Ini yang menjadi pertanyaan, bagaimana kita berpikir seseorang menganggap bahwa ada yang tidak berharga setelah pernah bersama. Perihal mereka yang memilih pergi, lepaskan saja. Karena memilih bertahan dengan seseorang yang ingin sudah adalah perjuangan yang sia-sia.
Hal yang paling sulit setelah merelakan adalah mengikhlaskannya. Apa yang kita rasakan sudah menjadi bagian dari hidup kita yang harus terus kita selesaikan. Dan kepergian seseorang yang terjadi pertama kali dengan sengaja, mengajarkan kita untuk melihat lebih teliti lagi.
Seberapa sering kah kita berpikir untuk memastikan takdir kita? Dan seberapa sering kita terus menerka-nerka arti hidup kita? Hidup adalah tentang ketidakpastian. Kita hanya perlu melakukan yang terbaik. Dan tentang bagaimana takdir, biarlah Tuhan yang menentukan apa yang terbaik untuk kita.
Perihal luka, ada yang sembuh tanpa sisa luka dan ada yang sembuh tapi masih membekas. Ketika membekas, tentu masih ada yang belum kelar dari diri kita. Mungkin, kita masih terus memikirkannya atau menolak kenapa harus kita yang alami. Tentu ini akan jadi penyembuhan dan penanganan yang gagal ketika kita terus memikirkannya tanpa melihat kembali, sebenarnya yang kita rasain adalah sesuatu yang terbaik untuk diri kita. Jika kita terus berada di situasi yang terus menguras pikiran kita, tentu kita akan kehabisan energi positif jika masih berada dikeadaan tersebut.
Mari kita kenali setiap luka yang kita rasain. Kita sembuhin lukanya pelan-pelan dan memulihkan bekasnya dengan penerimaan. Coba berdamai dengan setiap luka, memaknai luka adalah level yang harus kita lewati untuk kita bisa upgarde diri kita untuk menjadi sosok yang lebih kuat.
Mari belajar menyembuhkan diri sendiri, dan menerima kegagalan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Healing By Writing
Non-FictionDi Cetak Berisi 152 halaman dengan enam catatan perjalanan :( mengenali diri sendiri, peran hidup & meningkatkan diri, bakat & mimpi, cinta, komunikasikan setiap hal dan pola pikir). Penulis : Emmy Siska Judul Buku : Healing By Writing Ketebalan : 1...