Peran Menulis..

993 40 13
                                    

Menulis, bagi saya bukanlah sekedar sebuah kegemaran. Tetapi menulis bagi saya adalah media bercerita untuk saya memindahkan setiap resah yang mampu membuat saya sedikit lebih tenang dari satu hal yang membuat saya tidak baik-baik saja.

Menulis membuat saya menjadi diri saya sendiri lewat barisan-barisan tulisan yang setiap hari saya ketik, yang mampu membuat saya menjadi semakin hidup seperti halnya saat jatuh cinta. Manusia adalah potongan-potongan kecil yang mampu merasakan berbagai macam rasa : rasa bahagia, rasa kecewa, rasa sedih , rasa cemas dan berbagai macam rasa lainnya.
Bagi saya menulis adalah media yang mampu membuat saya sembuh.

Peran menulis begitu besar bagi saya yang tidak suka bercerita dengan orang lain atau tidak percaya pada orang lain untuk mendengarkan cerita saya. Menulis menjadi media bercerita untuk merangkul setiap sedih dan bahagia yang saya rasain. Bagi saya, menulis menjadi satu kekuatan untuk kita yang membutuhkan treatment. Menulis bukan hanya bercerita tentang kesedihan, dari satu kejadian yang kita alami kita bisa mmemberikan potongan kalimat motivasi yang membuat pembaca ikut merasa baikan dari kondisi yang mungkin sama dan sedang dialaminya.

Menulislah tanpa lelah meskipun kita belum mendapat apresiasi dari tulisan kita.

Sering muncul satu pertanyaan dari salah satu teman saya, emang ngga bosan ya menulis setiap hari? Tidak, jawab saya singkat.  Mungkin lebih tepat, kadang inspirasi ngga muncul saat sedang ingin menulis. Tapi saya tidak memaksa diri saya,  dan saya mencoba melakukan beberapa hal : misalkan, menyeduh coklat hangat atau teh hangat, mendengarkan musik, menonton film, ngobrol dan keluar sebentar untuk menikmati udara segar. Melakukan hal-hal yang membuat saya merasa lebih baik dan tenang untuk mendapatkan ide tulisan.

Awalnya saya takut untuk membagikan tulisan saya, takut tulisan dibilang ngga bagus, takut tulisan dibilang sedih terus, dan masih banyak lagi ketakutan--ketakutan saya tentang tulisan saya. Tapi, saya mengubah ketakutan tersebut menjadi perbaikan bagi tulisan saya. Jika saya mendapatkan kritikan, saya akan melakukan perubahan untuk teman-teman pembaca yang tertarik membaca tulisan saya. Dan saya percaya, setiap tulisan akan menemukan pembacanya.

Saya pikir, banyak dari kita yang punya luka dan kecemasan yang kita simpan sendirian. Mari sama-sama sembuh dengan menulis, mari sama-sama mendengar dan saling dengar, mari sama-sama saling memperlakukan dengan saling memanusiakan. Kita berhak mendapatkan yang baik-baik dalam hidup, karena kita semua adalah sebuah kelayakan.

Menulis nyatanya mampu membuat saya jatuh cinta setiap hari.

_Healingbywriting
Aku tidak bisa bilang tau rasanya
Aku tidak bisa bilang aku pernah merasakannya
Aku tidak bisa bilang aku paham gimana posisinya
Aku cuma bisa bilang "bertahanlah" setidaknya untuk dirimu sendiri

Untuk mimpi yang pernah salah kamu bagikan
Untuk waktu yang tidak mendapat apresiasi karena salah kamu percayakan
Untuk tulus yang dikecewakan karena salah kamu menempatkan

Ibu menegaskan, hidup hanyalah tentang kesetaraan dan kesementaraan.

Ibu bilang : "berikan yang terbaik yang kamu punya meski akan dipatahkan"

Saat itu terjadi, tugasmu sudah selesai berjuang pada hal yang memberhentikan berkali-kali sesuatu yang sedang ditumbuhkan. Berjalanlah ke arah menemukan kebahagiaan yang baru. Meski sulit, luka layak sembuh meski butuh waktu. Nikmati semua rasa sakit, menangislah jika perlu. Kita butuh waktu sendiri untuk sebentar tidak merasa baik-baik untuk bisa memulai kembali. Terkadang, masing-masing dari kita tidak punya tempat untuk menyuarakan setiap luka, tidak percaya bahwa orang lain yang mengetahui akan membantu untuk merawat lukamu atau malah semakin menusuk lukamu.

Disini, barisan-barisan tulisan berhak bercerita untuk sekedar ingin didengar dan merangkul setiap kesedihan.

Berceritalah, kita hanya butuh didengar.

Healing By Writing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang