Surga itu mahal tapi orang miskin mampu membalinya, karna harga nya bukan pada harta, tapi taqwa.
***
***
"Wahhh Yon, sendirian aja lo?!"
Dion hanya tersenyum maklum, pria itu masih melangkahkan kakinya tanpa menjawab pertanyaan itu. Toh mau di ungkapkan juga rasanya sulit.
Fano memandang heran Dion, melihat gelagat pria itu membuatnya bingung. Di bibirnya terpatri senyuman, namun dari mata Dion ada seeprti luka di sana. "Yon, makin dewasa bakal jadi tua. Masa depannya makin rumit" Ucap Fano menepuk bahu Dion.
Dion hanya mengangguk angguk saja, bibirnya hanya kelu. Juga ia malas bicara. Arkan memandang Dion dengan pandangan yg tak dapat di tebak, bagimanapun Arkan bukanlah pria ekspresif, tapi pria itu tau ekspresi orang sedang apa.
Saat ini mereka tengah berkumpul di mansion Arkan, sekali kali setelah masa tegang kemarin, akhirnya mereka dapat bersanda gurau kemarin.
"Si bujangan lo mana Yon?"
Dion mengerutkan dahinya, bingung apa yg di maksudkan oleh Fano. "Bujangan?"
BRAK
Arkan menutup matanya, lalu menatap tajam sekumpulan pria yg beranggotaan 5 orang yg sialnya tanpa berdosanya langsung membuka pintu itu dengan tendangan dan dorongan. Pintu seharga 500 juta nya harus rusak karna anak anak laknat itu.
Raka yg berjalan paling depan itu melewati tempat ruang tamu, pria itu lebih memilih mengganti bajunya. Sedangkan anak anak laknat itu langsung menyalimi orang tua mereka dan duduk. "Tomi dan Romi 250 juta, Justin 125 juta, Gino 125 juta. Bayar cash di muka besok!"
Semuanya mematung, apa yg di bicarakan oleh Arkan? 250 juta? 125 juta? Kenapa?
"A-Arkan lo mau kasih anak gue duit?" Tanya Fano dan mendapat gelengan kepala dari Arkan.
Hati para orang tua dan anak anak mereka seperti dag dig serr, rasanya kalian tidak jadi mendapatkan lotre hanya karna beda satu angka saja. Eh itu mah kesel.
"Pintu gue" Ucap Arkan sambil menunjuk pintu yg rusak itu lalu berkata kembali "Harga nya 500 juta. Tomi, Romi, Gino sama Justin ngerusakin. Besok gue tunggu uangnya. Gk ada nyicil nyicilan!" Tegas Arkan membiat semuanya mematung. Terasa seperti di sambar petir di siang bolong, beberapa hati cukup patah mendengar kata 250 juta. Apalagi Reno yg memiliki double anak.
"Pa-pi, kan tadi Ra-Raka ikut nendang" Cicit Tomi tanpa memandang. Wajah Arkan nampak seperti orang yg sangat marah, padahal untuk pintu 500 juta itu seperti serpihan daun untuknya.
"Raka itu anak Papi, dia gak usah bayar. Mau ngancurin isi mansion juga gak apa apa" Jelas Arkan dengan santainya membuat semuanya memandang Arkan kesal. Coba saja ada Nara, pasti akan di omeli Arkan, lah ini Nara sedang pergi ke supermarket.
"Kan, duit gue gak ada. Buat makan sehari hari aja masih susah, tol-
"Gak usah ngomong gitu, awas aja lo beli odading mang oleh lagi!"
Fano terdiam, ternyata tampang memelas dan ucapan penuh kesedihan saja tak cukup untuk meluluhkan Arkan. Memikirkannya saja membuat Fano pusing. "No, lo ada duit gak? Kasian utang lo sama Arkan 259 juta"
Entah niat Fano untuk bertanya atau meledek, yg kelas lebih ke meledek. "Gue orang kaya, jadi gue santai. 250 juta doang gak buat gue miskin"
"Berarti Reno bayarin utang Fano jadi 375 juta!" Ucapan mutlak Arkan membuat Reno terpaku, salahpa dirimu Reno. Padahal kamu hanya sombong, mengapa semua tak menyukai jika Reno sombong?
"Mampus, 375 juta!" Ledek Fano membuat Reno menatap tajam saudara kembarnya itu. "Fano 250 juta!"
Fano terdiam, lebih tepatnya terkejut. "Kan, itu jauh dari harga pintu lo yg 500 juta" Sargah Fano memandang Arkan tak percaya.
"Gue mau beli pintu yg mahalan, 500 juta terlalu murah"
Ntah ingin mengumpat atau tidak, rasa nya ingin sekali menenggelamkan Arkan.
***
Suara sepatu pantoufel ituterdengar nyaring ketika bersentuhan dengan lantai, suara jangkrik sangat mendominasi ruangan, padahal taka da jangkrik atau yg memeliharanya.
Pria itu tengah menatap gelapnya malam, dari lantai 65 ia memandang Ibukota yang masih macet dengan banyaknya kendaraan. Seringai tipis dari bibirnya membuat siapapun merasa lemas dan takut menjadi ikut terpadu.
"Bagaimana dengan keadaan mereka? Apakah aku di rindukan?"
Suara berat itu keluar dari bibir pria itu, ada nada sedih yg terdengar. Padahal matanya menatap tajam ke arah depan. Dengan segelas wine itu, pria itu langsung meneguk habis wine tersebut. Biasanya, orang yang lemah iman akan menuntaskan segala masalahnya dengan meminum minuman beralkohol, bukan dengan ibadah.
Matanya memandang ke arah depan, membayangkan kejadian masa lalu nya.
[FLASHBACK ON]
"Siapa aku?"
"Kamu Alex sayang"
"Tapi kenapa saat Papa marah, dia memanggil aku anak pungut?"
Wanita paruh baya itu tersenyum, memandang anak nya yg sudah 8 tahun tersebut lalu berkata "Jangan mendengarkan apa kata Papamu Alex, dia hanya bercanda"
Alex, anak laki laki itu hanya mengangguk patuh. Bagaimanapun anak laki laki berusia 8 tahun sepertinya masih belum mengerti urusan orang dewasa.Hingga akhirnya ketika Alex sudah menginjak usia 25 tahun, pria itu mengingat kejadian saat dirinya berusia 8 tahun. Pria itu merasa memang ucapan Papa nya bukan main main, hanya saja dulu Alex masih kecil dan suka main main, makanya dia masih belum mengerti.
[FLASHBACK OF]
"Anak pungut?"
Seringai itu timbul lagi dari bibirnya, ruang tamaram itu bahkan semakin seram, terasa dengan aura mencekam yg di timbulkan.
"Anak pungut ini bahkan membuat anak haram"
***
Terima kasih sudha baca cerita saya, jangan lupa...
•VOTE
•COMENT❤•Punten. Author mau nanya boleh? Kira kira visual yang cocok untuk mereka siapa yah? Kasihs aran dong, author bingung nihh😊
•Mana Kaum kembar No No dan Mi Mi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Grizzly
Teen Fiction"Gue udah punya anak Rak!" -Andreagrizzly Aurora. Ucapan itu di balas dengan sikap.. Dingin Sangat Dingin Namun, bukan tanpa hal pria itu dingin. Hingga tak tersentuh. Pria itu takut di sentuh. Dan sentuhan itu, akan menjadi malapeta...