038|Panik

3.5K 297 107
                                    

Di dunia tak akan kau temukan kesempurnaan, jadi mulailah belajar menerima kekurangan.

***

***

   "Sekarang jadwal nya siapa jaga Kila?"

   Semua nya terdiam, lalu mata mereka menatap ke arah Fano yang tadi bertanya itu "Lo yang jaga sekarang, kenapa malah nanya" Cibir Dion.

   Fano ber oh ria, jujur dia lupa jika dirinya menjadwal untuk menjaga Kila, Fano masih di pusingkan dengan hutang nya itu, yang pintu. Sekarang nasib nya harus bayar nyicil 1 hari 5 ribu, gak tau bakal selesai nya kapan.

   "Di mana anak anak?" Arkan bertanya, pria itu menyerngit ketika mengetahui tempat makan cukup sepi, biasanya tim gak ada akhlaq akan menyeruakkan suara emas mereka, ini hanya ada Dion, Fano, Nara, Reno dan Kayla saja.

   "Emmm.....Anak gue tadi 0ergi jam 5 sore, tapi gak bilang sih mau kemananya" Ucap Dion, tang pria itu tengah mengambil rendang yang letak nya jauh dari pria itu.

   Beda lagi dengan Arman dan Reno, ke dua pria itu di sendoki dengan istri mereka masing masing, cukup menyenangkan rasanya.

   "Gue bakal yakinin diri gue bakal punya istri biduan"

   "Gue sih yakinnya bakal punya istri beda alam" Fano berucap dengan santai nya.

   "Selera lo gak main main ya No" Reno menatap heran saudara kembar nya, mungkin kurang asupan setiap malam, karna istri saja Fano tak punya.

   ~AKU SUKA BODY GOY

   Belum selesai lagu itu di putar, Fano sudah lebih dulu mengangkat nya. Tadi adalah suara nada dering telpon Fano, semua nya tercengang mendengar suara nada dering Fano.
  
   Dengan cepat Fano berdiri dari duduk nya, menjauhi mereka yang ada di meja makan, seperti nya sangat penting.

   "Ada apa?"

   "..."

   "BENARKAH?!"

   "..."

   "Cegah dia, kami akan ke sana"

   TUT

   Fano mencebikkan bibur nya, memandang kesal ke arah telpon nya yang di matikan secara sepihk oleh seseorang yang menelponnya di sebrang sana.
  
   Maklum saja, yang menelpon adalah Raka, sudah pasti darah daging Arkan akan sama hal nya dengan Arkan.

   Namun bukan itu yang harus di sibukkan, sekarang Fano harus memberitahukan jika ada sesuatu hal yang sangat sangat penting.

   Langkah Fano kembali menuju tempat di mana sahabat Fano tengah makan.

   Jam 2 masih makan? Maklum saja, terserah author mau makan apa gk, yang jelas mereka sekarang tengah lapar.

   "Siapa yang telpon? Mamah muda?"

   Dion dan Reno menahan tawanya ketika Arkan bertanya pada Fano. Terlalu frontal sekali ya ampun

   "Kita harus cepet cepet ke rumah sakit"

   Masih dengan keadaan bingung, mereka menatap Fano dengan menautkan ke dua alis nya.

   Pasti bingung lah, tiba tiba saja Fano menyuruh mereka ke rumah sakit, pasti bingunh dong. "Ngapain?" Tanya Reno yang tengah menyuapkan nasi dengan lauk pauk ke dalam mulut nya.

   "Ada seseorang di rumah sakit"

***

   Suara langkah kaki yang tak terdengar ritu terdengar di koridor rumah sakit, mereka harus tanpa suara untuk berlari di koridor, sebab ini rumah sakit, bukan tempat umum.

   "Kenapa ruangan nya harus di tempatkan di lantai 20?!" Gumam Tomi kesal, ketika pria itu masih saja berlari. Meski sudha menggunakan lift untuk menuju ke lantai 20, tapi tetap saja jika ruang inap tersebut ada di tempat paling ujung.

   Saat sudah sampai di ruang inap yang di maksud, Romi langsung saja memegang daun pintu, saat mendorong pintu itu untuk terbuka, sayang nya pintu tersebut tak kunjung terbuka.

   Raka, Grizzly, Tomi, dan Justin di buat panik ketika Romi berkata jika pintu tersebut tak dapat di buka.

   "Dobrak aja" Saran Tomi.

   Grizzly menggeleng ketika mendengar saran Tomi   "Inget Tom, ini rumah sakit. Kalo kita dobrak pintunya bakal ngeganggu pasien yang lain"

   Memang pada dasar nya jika sedang panik pasti fikiran kita tak bisa di kendalikan, atau berfikir pendek, atau jika tak berufngsi dalam sekejap.

   "Terus gimana?! Gue takut ada apa apa sama Kila"

   Baru kali ini mereka melihat Gino sepanik ini, terlihat seperti seorang Kakak yang tengah menghawatirkan adik nya. Gino pernah berkata, jika Kila adalah anak dari Bundanya tapi bukan dari Ayah nya, Gino tak masalah, Gino masih tetap menyayangi nya.

   "Dokter! Dimana dokter?!" Juatin mengedarkan pandnagannya, mengapa koridor nampak sepi sekali? Tak ada suster atau dokter, emreka kan seharus nya 24 jam stand by terus.

   Seperti di film horror, koridor sepi sekali, hanya terdengar suara jangkrik saja.

  "Kalian gak ada kunci duplikat kah?" Tanya Grizzly menatap satu persatu pria yang tengah panik.

   "Biasanya kita gak ngunci ruang Kila, kita gak tau kalau ruangannya punya kunci" Lirih Tomi.

   "Kenapa masih di sini? Orang yang kalian maksud di mana?"

   Para remaja itu terkejut ketika suara mengintrupsi mereka tiba tiba, nampak jelas nafas ngos ngosan dari wajah orang tua mereka. Kasihan, sudah tua harus marathon jam 2 dini hari.

   "Pi-pintu nya di gunci" Cicit Romi.

   Namun saat mereka dalam kegelisahan, suara kunci di putar dari dalam ruang inap terdengar, membuat semua nya spontan melihat ke arah pintu. Penasaran siapa yang akan keluar dari ruangan tersebut.

   Dan saat pintu terbuka, mereka terkejut, snagat terkejut. Oh ini bukan acara lawak kan?

   "Gara?"

***

Terima kasih sudah baca cerita saya, jangan lupa...

•VOTE
•COMENT❤

•Makasih yang sellau coment dan vote cerita aku, untuk silent readers ayo dong vote cerita ini. Gak masalah cuma vote aja. Bintnag nya undah nunggu di pencet tuh😁

GrizzlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang